Alqa Agsara

41 13 3
                                    

Perempuan itu turun dari mobil silver miliknya. Berulang kali ia mengetuk rumah minimalis dengan cat putih itu, namun sang empunya tak kunjung membukakan pintu. Karena sudah hampir dua puluh menit tak kunjung ada balasan ia segera menuju rumah disebelahnya. Tak butuh waktu lama muncul wanita yang hampir seumuran dengannya membukakan pintu.

"Rena?" Tami terkejut bukan main, pasalnya mantan tetangganya ini sudah hampir 14 tahun tak datang lagi. Wanita itu hanya membalas dengan senyum kikuk.

"Lama ngga ketemu ya Tami," Iya dia adalah Rena Sheranova, orang tua dari Alqa.

"Ayo masuk," ujar Tami ramah mengizinkan Rena masuk. Rena langsung mengangguk. Rena duduk di sofa tamu sambil melihat sekitar, hanya sedikit yang berubah dari rumah sahabatnya ini. Tami izin sebentar untuk mengambil minum, setelah mengambil minum ia segera duduk di sofa di kanan Rena.

"Kamu apa kabar Ren?" Tak bisa dipungkiri Tami sangat merindukan Rena sahabatnya sejak SMP ini.

"Alhamdulillah baik, kamu sendiri?"

"Seperti yang kamu lihat," Tami membalas Ramah.

"Zahra sama Alqa gimana?" Rena memberanikan diri, ia sangat merindukan Alqa. Ia merasa bersalah telah meninggalkan putra semata wayangnya itu.

"Alhamdulillah mereka baik baik aja,"
Terdengar suara ketukan pintu membuat Tami beranjak dan mengecek siapa yang datang. Ternyata benar tebakkannya, itu Alqa dan Zahra yang telah kembali dari rumah sakit. Tak berlama lama Tami menyuruh mereka masuk, namun saat masuk betapa terkejut Alqa melihat orang yang telah menelantarkannya.

"Alqa sayang," Rena beranjak dan berniat memegang tangan putranya itu namun Alqa segera menghindar. Hal itu sontak membuat Rena murung.

"Anda siapa?" Tanya Alqa dingin membuat ketiga perempuan itu terkejut.

"Al," panggil Zahra yang tak diperdulikan Alqa.

"Ini mama sayang," ucap Rena dengan raut wajah sedihnya, ia tahu ia sudah salah selama ini. Tapi ia kembali untuk menebusnya.

"Mama saya udah ngga ada tante," Zahra yang berada disebelah Alqa langsung memegang tangan sahabatnya itu, Alqa hanya menoleh dengan tatapan Dingin.

"Alqa, ngga baik kamu gitu ke mamamu sayang," Tami berujar membuat Alqa menoleh dengan kening berkerut.

"Maaf tan, tapi yang saya anggep mama saya hanya tante Tami," ucapan Alqa sukses menusuk hati Rena, anaknya sendiri sekarang tak mengakuinya. Mungkin ini balasan untuknya.

"Oya tan, saya sama Zahra mau izin pergi beli makan," Alqa seolah tak perduli kehadiran Rena, ia malah meminta izin untuk pergi.

"Al, disini ada mama lo," ucap Zahra lirih, ia tau saat ini sahabatnya ini tengah sangat hancur.

"Kami izin ya tan," Tami dilema, disatu sisi ia tahu Alqa butuh waktu, disisi lain ia tahu Rena merindukan anaknya ini. Alqa berjalan kearah luar, namun Zahra tak mengikutinya. Zahra mematung membuat Alqa menoleh, Alqa akhirnya memilih untuk keluar sendirian. Tami mengisyaratkan Zahra mengikuti Alqa, karena Alqa sedang butuh seseorang.

Zahra celinggukan mencari Alqa, ia melihat Alqa sedang duduk di teras rumah neneknya. Zahra langsung duduk disebelah Alqa.

"Lo ngga papa Al?" Ujar Zahra sambil mengelus lengan sahabatnya itu. Alqa hanya diam, tatapannya lurus kedepan. Zahra segera memeluk lengan kanan Alqa dengan kepala yang tersender di bahu Alqa.

"Salurin kesedihan lo ke gue Al," Zahra berucap lirih.

"Kenapa dia harus kembali Ra,"

"Lo ngga boleh gitu Al," "bagaimanapun juga dia mama lo." Zahra mencoba menenangkan Alqa.

My FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang