usaha

42 18 6
                                    

"Lo kenapa Ra?!" tanya Vina berteriak sehingga seluruh mata yang ada dikelas tertuju pada Zahra. Zahra langsung menatap Vina seperti mengatakan diem. Seketika Vina langsung cengengesan.

"Kenapa lo bisa basah kuyup gini Ra?" tanya Vina dengan nada yang tidak tinggi seperti tadi

"Kepeleset Vin," bohong Zahra, ia tidak mau Vina jadi kasian kepadanya

"Lain kali hati hati Ra. kalo lo kenapa napa gimana." Vina dengan tatapan sendunnya, tapi tatapan itu segera hilang setelah ia melihat jaket yang dikenakan Zahra

"Ra kak Dirga ngapain di wc cewek," "Ngitipin?!" Vina dengan wajah terkejutnya sambil terus melihat kearah jaket Dirga.

"Hah--enggak Vin...ini tuh," Zahra binggung harus berbohong bagaimana ke Vina. Karena sifat Zahra memang tidak pandai berbohong

"Apa jangan jangan lo kepeleset gara gara kak Dirga?" Vina masih dengan beribu pikiran negatifnya.

"Enggak kan tadi pas gue...jatoh ada kak Dir..ga lewat...trus minjemin jaketnya." karang Zahra asal, ia binggung harus berbicara bagaimana kepada Vina.

"Owhh...kirain kak Dirga ngitipin cewek," ujar Vina sambil memutar bola matanya. Zahra masih terus memegang bajunya yang masih basah serta rambutnya basah kuyup.

"Apa nggak sebaiknya lo pulang aja," saran Vina yang merasa iba melihat temannya ini basah dan kedinginan.

"Nggak usah Vin, bentar lagi juga pasti kering kok."

"Serius nih nggak mau pulang?"

"Iya," Zahra menjeda ucapannya "Vin...boleh gue tanya sesuatu nggak?"
Zahra bertanya dengan canggung.

"Mau nanya apa Ra?" vina menompang dagunya. Namun tak lama bel masuk berbunyi menandakan jam belajar akan segera dimulai.

"Nanti aja ya Vin," ujar Zahra sambil mengeluarkan buku dari dalam tasnya. Seragam serta rambutnya masih basah kuyup. Ia juga langsung melepaskan jaket Dirga yang menyelimuti tubuhnya dan langsung menyimpannya didalam lokernya. Sesaat kemudian ia baru ingat kalo kotak hadiah dari Alqa masih ada di lokernya.

"Ra...kan guru belum masuk nih." "Gimana kalo lo buka tuh kado, kepo gue," ujar Vina sambil cengengesan. Vina memang memiliki sifat kepo.

"Emm...iya deh," ucap Zahra pasrah bagaimanapun ia juga tadi sudah janji. Segera ia membuka kertas kado yang membalut kota kecil itu. Lalu membuka kotak tersebut, ternyata isi didalam kotak tersebut adalah sebuah gelang perak dengan hiasan huruf 'Z'. Seketika lengkungan senyum Zahra langsung mengembang.

"Ya ampun, Alqa so sweet banget sampe ngasih gelang," ujar Vina sambil mengangkat kedua tangan dipipinya. "Kapan ya gue bakal dapet dari kak Ilham" seketika Vina langsung hanyut dalam khayalannya.

"Nantii," jawab Zahra sambil tersenyum kearah Vina.

"Iya, nantinya pakek banget." "nunggu doi peka tuh susah. Enak jadi lo banyak yang suka,"

"Lo juga kali,"

"Iya batang kali yang suka sama gue." ujar Vina sambil memutar bola matanya malas. Zahra hanya menahan tawanya, bagaimana bisa temannya ini sangat pesimis sedangkan ia memiliki paras yang cantik.

"Lo tuh cantik Vin. Pasti bakal dapet cowok kok," Zahra memberi semangat.

"Tapi gue selama ini ngejomblo karena kak Ilham," Vina menampilkan wajah sendunya.

"Ya, pokoknya lo jangan pesimis pokoknya,"

"Iya deh."

🌹🌹🌹

My FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang