Pelaku

5 1 0
                                    

Layaknya manusia yang tidak punya kerjaan, Deno dan Austin sedang membolos dari pelajaran Bu Nigshi guru Geografi mereka. Sangat berbanding terbalik dengan Ilham yang sangat rajin belajar di kelasnya. Mereka membolos ke Warung Bu Inem yang ada di belakang SMA Arkana. Disana mereka bermain game dan asik menyantap gorengan disana. Mantap jiwa.

Perhatian Deno teralih menatap tiga orang siswa SMA lain yang ikut bolos seperti mereka berdua. "Lo liat noh si Bujang. Udah bolos, ngerokok lagi," decak Deno melihat kelakuan salah satu dari ketiga siswa itu.

Perhatian Austin juga ikut terarah pada orang yang dibacarakan Deno. "Huh, kalo kita ngerokok bisa mati kita ditangan Dirga ama Ilham."

"Gue juga ogah kali nyentuh rokok, ntah bibir gue yang merah cetar ini bisa ngitem." Austin menyetujui ucapan Deno, walau tak dilarang Dirga dan Ilham pun dia maupun Deno tak akan menyentuh rokok. Kalau kata prinsip Austin, rokok bisa mengurangi kegantengannya.

"Tapi gue kayak kenal deh ama tuh bocah-bocah." Austin menatap menyelidik para siswa itu. Sepertinya Austin mengenali seragam SMA yang dipakai oleh mereka. Ah, sekarang Austin teringat sesuatu. "Tuh anak buahnya es Kiko, kan?"

Dahi Deno berkerut seraya menatap para siswa itu. "Es Kiko siapa, njir?"

"Anak SMA Agra Jaya," jawab Austin singkat.

"Itu bukannya musuh berat SMA Marga, ye?"

Austin mengangguk menyetujui. Pria yang disebut Austin es Kiko tadi adalah Chiko Langston, pria dengan sifat sedingin es kutub utara. Ya, sesuai sih dengan panggilan dari para siswa SMA Marga. Dan yang sedang bolos bersama mereka itu adalah Rafael, Zidan, dan yang satu lagi  Austin sangat mengenalinya ketika laki-laki berbalik menghadap ke arah Austin dan Deno, laki-laki itu adalah musuh terberat semua anggota inti DRAKA karena mulut lemesnya, siapa lagi kalau bukan Nandika Pangestu.

"Ye ternyata ada si cabe-cabean," decak Austin sebal melihat keberadaan Dika.

Deno menghela napasnya kesal. "Cabe-cabean siapa lagi sih, Sat?!" ujar Deno gemas sendiri dengan Austin yang sedari tadi memakai nama sebutan buatannya sendiri.

Austin memutar bola matanya dengan ekspresi datarnya. "Dika."

"Nah gitu dong! Kagak usah segala pake nama panggilan ajaib buatan lu."

Suara cempreng perempuan tiba-tiba membuat seluruh pasang mata yang ada di Warung tersebut teralih menatap arah suara itu berasal.

"ZIDAN ATTHAULA PRADINGA!!" teriakan gadis dengan gaya seperti murid nakal yang ada di cerita-cerita itu menggelegar.

"Ajal menjemput," bisik Rafael tersenyum senang.

"Kamu ngapain bolos?!" Perempuan itu menatap kesal Zidan yang tampak kicep sendiri.

"Emang kamu doang bisa bolos, hah?! Aku juga bisa!" balas Zidan tak mau kalah.

"Berani ngelawan ya sekarang?" gadis itu menajamkan tatapannya, hal itu sontak membuat nyali Zidan menciut seketika.

"Engga, Maaf."

Deno dan Austin yang menyaksikan itu sontak menahan tawanya agar tidak meledak. Bagaimana bisa seorang anggota geng AGYA yang menduduki inti bisa ciut hanya karena tatapan tajam seorang perempuan.

"Kayak lu di depan para pacar lu ye?" Austin masih menahan tawanya melihat muka pias Zidan.

Deno menampilkan muka tak setujunya. "Apaan kagak ye. Yang ada kayak lu di deket Titan," balas Deno tak mau kalah.

Tawa Austin reda seketika, ratapan laki-laki itu berubah menjadi dingin seketika. "Stop bahas Kintan." Deno meneguk salivanya sendiri saat melihat muka dingin Austin. Mampus senjata makan tuan!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang