Tamu

35 11 2
                                    

Sore ini Alqa sudah tiba dikamar rawat Zahra untuk menjemput gadis manis itu. Sebab ayahnya tiba tiba ada urusan diluar kota dan bundanya tadinya ingin menjemput Zahra tapi Alqa yang mengajukan dirinya.

"Alqa," sapa Zahra yang sudah mengganti bajunya dengan sweater berwarna peach dengan gambar panda didepan. Sangat menggemaskan Dimata Alqa.

"Lo udah gede masih kayak anak kecil aja." ucap Alqa sambil mengacak puncak kepala Zahra.

"Ih Alqa, ntar berantakan." Ucap Zahra sambil merapikan rambutnya dengan bibir maju beberapa senti.

"Lo tuh ya ngga berubah rubah masih aja suka ngacak ngacak rambut orang," tambahnya.

"Abis Lo kayak anak kecil," setelah mengatakan itu Alqa langsung terkekeh, dia tau Zahra selalu kesal kalo di bilang seperti anak kecil.

"Gue udah besar Al," ucap Zahra sambil memasang muka kesalnya.

"Iya iya, Lo udah gede." Ucap Alqa sambil tersenyum. Senyum yang begitu hangat.

'jantung, jangan detak kayak gini dong' batin Zahra yang merasa jantungnya berpacu dengan cepat.

"Kenapa diem?" Tanya Alqa sambil membantu Zahra merapikan barang barangnya.

"Ngga papa," ya jawaban khas perempuan, yang sangat dibenci kaum laki laki.

"Al, disekolah ada apa gitu acara ngga?" Tanya Zahra yang sangat takut jika ia ketinggalan sesuatu yang penting.

"Ngga ada, paling lo tanya Vina ada pr ngga." Jawab Alqa.

"Kemaren Vina udah jenguk kan, dan dia bilang ngga ada tugas," ucap Zahra dengan nada biasa tapi terdengar seperti anak kecil yang mengadu pada Alqa. Membuat laki laki yang memakai hoddie berwarna merah maroon itu terkekeh pelan.

"Kenapa ketawa?" Tanya Zahra Dengan alis yang tertaut.

"Lo tuh, selalu keliatan gemesin," jujur Alqa, karena ia tau Zahra tidak bisa ia bohongi. Perempuan itu mengenalnya lebih dari Alqa mengenal dirinya sendiri.

"Lo kok jadi sering gombal sih," ucap Zahra cemberut. Bukan masalah apa, tapi jantungnya terasa berdetak lebih cepat sekarang.

"Tuan Agsara ini mulai genit ya," ucap Zahra sambil tertawa.

"Gue cuman muji Lo aja, sahabat gue." Senyum yang sebelumnya terukir di wajah manis Zahra perlahan memudar. Kata kata Alqa barusan membuatnya sadar, ia dan Alqa hanya sebatas sahabat dan ia tak boleh egois untuk meminta lebih.

"Udah?" Tanya Alqa

"Udah," ucap Zahra sambil mengangguk.

"Tapi gue ikat rambut gue dulu, ngga enak gerah." Sambungnya sambil mengambil ikat rambutnya di atas nakas rumah sakit itu. Namun Alqa segera mengambilnya terlebih dahulu.

"Sini gue aja," ucap Alqa membuat Zahra mematung, memang ketika masih kecil Alqa sangat suka mengikat rambut Zahra, namun kenapa sekarang rasanya berbeda.

"Gue sendiri aja," ucap Zahra gugup.

"Udah, udah biasa juga kan." Alqa mulai merapikan rambut Zahra dan menyisir nya pelan.

'Alqa ngga tau apa dampak nya ke jantung gue,' batin Zahra, ia yakin sekarang wajahnya pasti merah padam.

"Bagus," puji Alqa melihat hasil tangannya yang sangat rapi. Zahra membalik badannya menghadap Alqa sambil tersenyum canggung.

"Muka lo kenapa Ra?" Tanya Alqa aneh melihat muka Zahra yang memerah.

"Ehh- ini karena kepanasan Al," bohong Zahra yang makin membuat Alqa binggung.

My FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang