pancake

16 7 2
                                    

Rutinitas Zahra sekarang seperti biasanya, pergi sekolah bersama Alqa. Sepanjang jalan Alqa menjadi pendengar yang baik saat Zahra menceritakan hal yang terjadi saat Alqa pergi. Tanpa sadar mereka telah sampai ke gerbang depan. Alqa segera memarkirkan motornya.

"Honey!" teriak seseorang yang membuat Alqa menghebuskan napasnya kasar. Mila. Gadis ini tak berhenti mengincar Alqa. Bahkan selama olimpiade, Mila menspam telpon dirinya. Entah dari mana ia dapat nomor Alqa.

"Honey, aku denger kamu menang, ya?" Mila mengelayut di lengan Alqa, ia bahkan mendorong Zahra menjauh. Alqa segera menepis tangan perempuan itu, membuat Mila menampilkan muka mayunnya.

"Ayo, Ra." Alqa menarik tangan Zahra agar menjauh dari Mila. Muak sudah dirinya.

Mila tak kunjung menyerah. Ia segera berlari dan melepaskan tangan Alqa yang mengandeng Zahra.

Mila menatap Zahra tak suka. "Ganjen banget sih."

Zahra melongo mendengar ucapan Mila. Mengapa Mila mengatakan hal itu disaat yang mendekati Alqa adalah dirinya. Zahra sahabat Alqa bukan, lebih dahulu Zahra mengenal Alqa.

"Lo yang ganjen," kata Alqa sarkas. Ia tak suka jika ada yang merendahkan Zahra. Ia akan diam bila Mila berbuat aneh-aneh kepada dirinya, tapi ia tak akan diam jika ada yang jahat kepada Zahra. Catat itu.

"Honey, kamu kok jahat sih," rengek Mila menampilkan muka ingin menangisnya. Malu, ia sangat malu karena Alqa terus menolaknya. Alqa tak mengubris ucapan Mila. Ia segera mengandeng tangan Zahra menjauh lagi. Kali ini Mila diam menahan kekesalannya.

"Lo salah nyari musuh Zahra."

🌹🌹🌹

Alqa mengantar Zahra ke kelasnya. Memang terdengar biasa, namun bisa jadi luar biasa bukan bagi hati seseorang.

Zahra menyodorkan sebuah kotak makan pada Alqa. "Buat lo."

"Buat gue?" ulang Alqa dengan alis naik satu. Zahra segera mengangguk cepat. Pagi-pagi sekali Zahra telah memasak pancake untuk Alqa.

Belum sempat Alqa mengambilnya sebuah tangan sudah lebih dulu meraih kotak itu. Dirga tersenyum menatap kotak itu.

"Kayaknya enak deh, Ra," gumam Dirga menatap Zahra. Alqa tak tinggal diam, ia ingin merebut kotak itu. Namun secepat kilat Dirga mengelak.

"Berbagi itu indah, Bro." Dirga menunjukkan smrik-nya. Rahang Alqa mengeras menahan amarahnya, sedangkan Dirga dengan santainya menatap Alqa.

"Udah ya, Kak, Al," ujar Zahra menengahi. "Masih pagi ini," lanjutnya lirih.

"Gue cuman mau nyicip, Ra." Dirga segera melihat apa yang ada di dalam kotak makan itu. Sebuah pancake dengan topik coklat itu sangat menggugah selera. Dengan tanpa rasa bersalah sedikitpun, Dirga mencomot satu buah pancake.

"Enak," puji Dirga. Zahra menatap Alqa dan Dirga bergantian, sepertinya sebentar lagi bendera perang akan berkibar.

"Lo itu Kakak kelas, tau sopan santun," sinis Alqa menatap Dirga berang. Bukannya menciut, Dirga justru nenatap dengan tatapan menantang ke arah Alqa.

"Kalo ngga berani, jangan marah kalo di ambil orang." Tepat sasaran. Kata-kata Dirga membuat Alqa kehabisan kata-kata membalasnya. Benar kata Dirga, Alqa hanya seorang pengecut egois yang tak mau kehilangan Zahra.

My FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang