Hai ... hai ....
Memang benar sekarang weekend, tapi karena masih waspada covid-19, sebaiknya tetap di rumah saja kalau tidak ada keperluan penting, yaa ....
Kasihan paramedis, mereka juga ingin pulang dan kumpul bersama keluarga mereka. 🙏Pagi ini, saya menemukan artikel bagus menurut saya. Artikel yang mungkin teman-teman butuhkan, sekadar baca-baca di sela kesuntukan kalian.
Artikelnya tidak saya posting secara utuh karena saya ambil yang menurut saya penting saja. 🤓
*****
Bukan Gelar yang Dibutuhkan Penulis
Semua orang bisa jadi penulis. Menulis adalah salah satu dari sedikit keahlian yang bisa dipelajari secara otodidak.
Banyak penulis-penulis bebas yang bisa meraih kesuksesan tanpa harus meraih gelar tertentu. Disiplin ilmu yang mereka miliki tidak ada hubungannya dengan buku-buku yang sudah mereka terbitkan.
☆ Sue Monk Kidd bekerja sebagai perawat selama bertahun-tahun sebelum dia mencoba menulis.
Dia menerbitkan novel pertamanya dan paling terkenal The Secret Life of Bees pada usia 54.☆ Harper Lee keluar dari sekolah hukum untuk mengejar karier di bidang menulis. Tanpa keputusan nekatnya itu, kita mungkin tidak akan pernah membaca salah satu novel paling indah, pemenang Hadiah Pulitzer, To Kill a Mockingbird.
☆ JK. Rowling tidak pernah mempelajari Sastra Inggris. Sebaliknya, ia mendapatkan gelar Bachelor of Art (BA) dalam bidang studi Prancis dan Sastra Klasik karena orang tuanya tidak bisa memahami apa gunanya gelar Sarjana Bahasa Inggris.
Justru karena itu, dia bisa membuat serial Harry Potter yang gaya bahasa Inggrisnya mudah dipahami oleh anak-anak.☆ Dewi Lestari memutuskan untuk berhenti menyanyi dan ia mencetak sukses dengan Supernova.
☆ Andrea Hirata, Tere Liye, dan beberapa novelis Indonesia lainnya, semua tidak pernah sekolah menulis.
Bilapun mereka meraih gelar sarjana, itu juga sama sekali tidak ada hubungannya dengan tema dari buku-buku yang mereka terbitkan.
Banyak juga penulis sukses yang mempelajari mata pelajaran tertentu, meraih gelarnya dan menggunakan pengetahuan itu untuk menulis fiksi gemilang yang temanya masih berkaitan.
☆ John Grisham memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya di bidang hukum untuk menulis novel-novel berbobot yang bergenre law-thriller.
☆ Michael Crichton lulus summa cum laude di bidang antropologi-biologis dan menggunakan pengetahuannya itu untuk menulis buku-buku bergenre fiksi ilmiah dan medical-fiction.
Singkatnya, menjadi penulis bebas memang tidak membutuhkan gelar.
Adapun ilmu atau gelar yang sudah berhasil kita peroleh, bisa kita manfaatkan untuk memaparkan lebih jauh tema tulisan kita.
Dengan gelar tersebut, setidaknya argumen yang kita bangun atau detail-detail informasi dalam tulisan terlihat logis dan bisa dipercaya oleh pembaca.Misalnya saat kita menulis novel berlatar bioteknologi. Bila kita tidak pernah menuntut ilmu yang terkait, detail informasi tentang bioteknologi di dalamnya tentu akan sangat lemah, hanya menyentuh permukaannya saja.
Bisa saja kita terlebih dahulu melakukan riset dan menggali informasi dengan membaca buku-buku bioteknologi, tapi dibandingkan dengan orang yang pernah menuntut ilmunya secara langsung, apa yang kita sajikan masih kalah kelas.
Begitu pula saat membandingkan sebuah opini tentang hukum. Orang yang pernah kuliah hukum opininya lebih dipercaya daripada yang tidak pernah kuliah hukum.
Selain gelar, satu hal lagi yang menentukan kualitas karya tulis adalah PENGALAMAN.
☆ Rick Riordan menulis serial Percy Jackson berdasarkan pengalamannya memiliki anak yang menderita ADHD (hiperaktif) dan disleksia.
Setiap kali hendak tidur, putranya Haley minta dibacakan dongeng mitologi Yunani. Dari situlah Rick Riordan memperoleh inspirasi untuk menulis novel Percy Jackson and The Olympians dengan tokoh utama yang menderita ADHD dan disleksia.
Selain pengalaman pribadinya, pengetahuan tentang sastra klasik dan sejarah ia peroleh saat meraih gelar Sarjana Inggris dan Sejarah.☆ Andrea Hirata menulis Laskar Pelangi berdasarkan pengalaman pribadi masa kecilnya.
☆ Tak jauh berbeda dengan novel Negeri 5 menara yang ditulis berdasarkan pengalaman Ahmad Fuadi saat mondok di pesantren.
Sumber : kompasiana.com
*****
Dari kesimpulan di atas, untuk menjadi penulis tidak harus memiliki gelar.
Karena banyak penulis novel, artikel, blog, dan tulisan lainnya berdasarkan pengalaman mereka.
Seringkali mereka menggabungkan gelar, pengetahuan, dan pengalaman mereka untuk menghasilkan tulisan yang bagus, serta bermanfaat bagi pembaca.Jadi, jangan memaksakan diri untuk menjadi penulis jika kalian hanya bisa merugikan penulis lain dengan cara plagiat cerita mereka.
Hargai para penulis yang sudah lelah menuangkan ide, usaha, dan waktu mereka ke dalam karya mereka.Jangan menulis hanya karena ingin terkenal, ingin punya banyak follower.
Buang-buang waktu! Nama baik kalian akan tercemar, dosanya juga besar gaes .... Apalagi kalo penulis sampai menuntut ke pengadilan, duh ..., makin ribet hidupnya si plagiat. 😒Lalu, bagaimana dengan teman-teman yang punya keinginan menulis, tapi belum tahu ingin menulis apa?
Hmm ..., dulu saya pernah begitu, ingin menulis novel, tapi ide mentok 😅😂
Akhirnya, setelah ditolak penerbit mayor, saya fokus lanjutin kuliah saja dulu.
Seiring bertambahnya usia, bertambah pula pengalaman dan akhirnya saya tahu apa yang harus saya tulis. 😁Main yang jauh dulu kalau mau jadi penulis yang mampu memikat banyak pembaca. *ehh, tapi benar juga, sih.
Oke, sampai sini dulu, yaa, pencerahan dari saya.
See you next time ... 😅😆
![](https://img.wattpad.com/cover/227027553-288-k744410.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Penulis
RastgeleHai .... Di sini aku hanya ingin membantu memberi tips menulis dan menyediakan cara menulis dengan baik dan benar, terutama sesuai PUEBI. Karena kalau ingin menjadi penulis, walau masih amatir/pemula atau sekadar hobby, penting untuk merangkai kata...