21. Bongkar?

29 15 4
                                    


HAPPY READING
_____________________


Sekolah Kaluna dihebohkan dengan penemuan mayat di dekat tiang bendera. Mayat tersebut sudah tidak layak lagi. Anggota tubuhnya sudah terpisah dengan tubuh yang lain.

Kaluna bersama-sama temannya ikut melihat mayat tersebut.

Dari arah lain, seorang wanita dan laki-laki paruh baya berlari menuju mayat tersebut. Orang tua Sani. Mereka mendapat kabar kalau mayat itu adalah Sani. Terbukti di tangan mayat itu tertera nama Sani di sana.

Soni menatap kedua orang tua itu kasihan, "Kasihan ya si Sani meninggalnya kaya gitu,"

Windy menatap Soni jengah, "Kasihan? gue enggak tuh. Mungkin itu azab dia kali."

"Setuju gue sama Windy. Sani kan sering banget bully orang yang lemah." Ujar Chaca.

Malik dan Soni menggeleng kepala, "Ck. Kalian kenapa ngomong kaya gitu? Seharusnya kita mendoakan arwah Sani bisa diterima dengan baik di sisi-Nya. Bukan menzalimi kaya gini."

Windy, Selin dan Chaca mendengus sebal mendengar perkataan Malik. Tapi dalam hati, mereka juga membenarkan perkataan Malik.

"Gue sih gak kasihan, kan dia udah pernah cari gara-gara sama gue dan Kaluna." Celetuk Erza kalem.

"Dih, pendendam lo!" Liam menabok punggung Erza. Lalu tatapannya teralihkan kepada cewek memakai jedai pink, "Perasaan lo gimana, Kal?"

Kaluna menatap mayat Sani, lalu menatap Liam sebentar, "Kasihan sih. Siapa ya orang yang tega buat dia kaya gitu? Mana dia kejam banget pisahin anggota tubuhnya Sani."

"Psychopath"

Mereka tersentak dengan perkataan yang tiba-tiba dari Yola.

"Kok lo mikir gitu sih?" tanya Selin risih. Percayalah, Selin tidak percaya adanya psychopath di dunia ini.

"Gak tau, kepikiran aja."

"Ini nih orang yang sering banyak baca novel yang genre psycopath. Halu nya gak ketampung lagi." Celetuk Adam seadanya.

"Nahh...gue gak percaya yang begituan. Kalau ada, coba liatin ke gue. Biar gue rukiyah dia sampai setannya pada keluar." Kata Soni yang terlalu pede.

"Dih, setan kok rukiyah setan!"

"Sirik bilang babu!"

Windy menatap Soni berang, enak aja dia di bilang babu! Wajah glow up nya saja tidak cocok dibandingkan dengan babu. Wajah Windy itu sekelas selebgram-selebgram yang sering wara-wiri di sosmed.

"Ck, udah jangan berantem di depan mayat. Ntar kalian bisa ikutan jadi mayat juga."

Windy dan Soni menatap Kaluna horor. Yang ditatap cuma bisa menyengir.

"Tapi kalau Psychopath itu memang ada gimana?"

...

Alam menyeret seorang laki-laki ke belakang sekolah. Laki-laki yang yang di seret hanya bisa pasrah.

"Lo apaan sih ngomong kaya gitu!"

Alam menghempaskan tubuh Erza ke dinding gudang sekolah. Gudang itu sudah lama tidak terpakai. Jadi, setidaknya mereka aman karena tidak ada orang yang akan datang ke sana.

Erza merapikan kerah bajunya, "Gue cuma bicarain fakta," ujar nya santai. "Lagian gue gak bawa-bawa nama lo juga. Jadi gak usah takut gue bongkar siapa lo sebenarnya."

Alam menghembuskan napas lega. Demi apapun, dia sudah menahan napas saat dia menguping pembicaraan Erza dengan teman-temannya. Perasaan Alam langsung was-was jika Erza membongkar kedok aslinya. Tidak. Alam tidak hanya seorang psychopath, dia juga memiliki rahasia besar yang lainnya. Dan sialnya, Erza sudah tau tentang diri Alam sebenarnya.

King Monsters (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang