Tingkah Menyebalkan

129 14 60
                                    

“Banyak orang menciptakan rencana lalu terjebak oleh suasana. Berhenti bermain-main dan menciptakan banyak luka”.
🌼🌼🌼

Setelah beberapa hari dirawat, Jordan sudah diizinkan untuk pulang. Pria itu seolah lupa jika restorannya dalam masa penyitaan bank. Ia masih harus beristirahat di rumah. Tapi, Jordan tidak berhenti membicarakan soal restorannya.

“Apa kamu sudah bicara dengan Alex, Mah?” tanya Jordan kepada istrinya.

Nara mencoba mencari sebuah alibi untuk menenangkan suaminya. “Sudah, Mas. Kamu istirahat saja, Alex lagi cari jalan terbaik untuk semuanya,” ujarnya.

Jordan berusaha tenang. Ia harus ingat dengan penyakitnya. “Ucapan Alex ada benarnya, kamu harus bisa mendidik Zeline untuk mengurus restoran,” pintanya.

Nara tersenyum dan menggenggam tangan Jordan. Ia mengangguk meski dengan pikiran yang berkecamuk. Meski terlihat diam, Nara selalu mencari tahu tentang Alice selama ini. Ia tahu, jika Alice benar-benar pantas untuk mengurus semuanya.

❤❤❤

Alice menikmati segelas susu pisang hangat di taman rumahnya. Dengan layar laptop yang ia biarkan terus menyala di atas meja. Tak lupa sepasang earphone yang tersemat di telinganya.

Untuk mengerjakan segala persiapan yang ia perlukan, ia juga butuh ketenangan. Memutar sedikit lagu-lagu pop cukup menghibur rasa bosannya. Alice sedikit bersenandung kecil dan memejamkan matanya seraya menikmati lagu yang sedang mengalun dalam pendengarannya.

🎶🎶🎶
....
Aku tlah tahu kita memang tak mungkin
Namun mengapa kita
selalu bertemu
....
🎶🎶🎶

Lagu “Maafkan Aku-Tiara Andini” sangat menenangkan hati Alice. Ia terus bersenandung kecil menikmati lagu itu. Sampai, suara bising dari luar gerbang menembus volume earphone yang sengaja ia besarkan.

Brum ... Brum ....

Alice melepas earphone dan berjalan ke arah gerbang. “Kenapa Pak Tejo gak usir, sih?” gerutunya.

Alice terpaku oleh sosok pria di balik helm fullface dan motor sport berwarna biru itu. Ia sangat penasaran dengan siapa pria itu. Alice melihat Pak Tejo dengan santainya di pos satpam dan tersenyum aneh.

“Berisik tau! Lo siapa, sih?” hardik Alice.

Perlahan, pria itu melepas helm yang ia pakai. “Gue keren gak?” ujarnya seraya menaik turunkan alis dan memperlihatkan deretan giginya.

Alice memutar bola matanya malas. Ada-ada saja kelakuan tetangga yang sangat menyebalkan itu. Siapa lagi kalau bukan Randi. “Lo mau pamer atau gimana? Sana-sana, huss .... Gue banyak kerjaan,” sanggahnya.

Randi dengan cepat menarik tangan Alice. “Lo ikut gue! Gak usah banyak omong,” perintahnya.

Cengkraman tangan Randi begitu kuat. Alice tidak mampu memberontak lagi. Dengan terpaksa, ia naik ke atas motor sport itu.

Different [Proses Penerbitan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang