Keluarga

277 24 6
                                    

“Masa lalu memang akan selalu berjalan bersama kita, tapi tidak dengan siapa yang terlibat di dalamnya”.
💨💨💨

“Mamah ...,” panggil seseorang.

Nara menatap sekelilingnya, mencari tahu dari mana suara itu berasal. Ia tidak mendapatkan apa pun. Selain ruangan gelap yang mengurungnya. “Kamu siapa?”

Suara itu tidak asing. Tapi, sudah sangat lama ia mendengarnya. Faktor usia sedikit membuatnya sulit untuk mengingat.

“Aku Alice, Mah. Anak yang tidak dianggap ada. Tapi, Alice tau Mamah baik,” ucap Alice yang masih tidak terlihat oleh mamahnya.

Nara menangis. “Kau kah itu, Alice? Mendekatlah,” ujarnya.

Alice terkekeh. “Wajah papah begitu menyeramkan, Mah. Alice masih takut sampai sekarang,” keluhnya, “tapi, tunggu Alice, ya, Mah. Dadah ....”

“Alice ...!” teriak Nara dan terbangun dari tidurnya.

Mimpi itu begitu terasa nyata. Nara semakin merasa bersalah karena perbuatannya tidak menahan kepergian Alice dulu. Keringat sudah membasahi seluruh wajahnya dengan napas yang masih tak teratur.

Jordan juga terbangun karena teriakan istrinya. Ia segera menarik Nara dalam pelukannya. “Sadar, Ra. Alice sudah tidak ada,” ujarnya asal.

Nara menatap tak terima. “Selama ini aku diam. Tadi Alice datang dalam mimpiku. Dia sangat sedih,” terangnya.

Jordan mengusap wajahnya gusar. “Anak kita dulu sudah tiada. Dia orang lain,” timpalnya.

Arkan tak sengaja lewat depan kamar orang tuanya dan mendengar perbincangan mereka. Ia merasakan hal yang sama dengan mamahnya. Apa Alice akan kembali?

Ia segera mengetikkan sesuatu di ponselnya. Ia harus menyatukan kembali keluarganya yang tak pernah harmonis. Arkan tak pernah merasakan ketulusan. Selama ini, hanya tipuan yang sengaja diciptakan.

❤❤❤

Bukit Randu, Lampung.

Tidak ada suara Grey yang selalu mengganggu Alice setiap pagi. Seharusnya Alice merasa tenang sekarang. Tapi, itu tidak bisa terjadi. Notifikasi yang masuk pada ponselnya lebih memberi kejutan.

Different [Proses Penerbitan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang