Kasih Sayang

114 19 6
                                    

“Seseorang yang berhati tulus tidak akan pernah kehilangan rasa kasih sayang dalam hatinya. Meski dunia meninggalkannya sendirian, hatinya tidak akan kesepian”.
🍀🍀🍀

Pipipipi calon mantu. Gimana si tipe idaman mama kamu?😭
Follow dong masa dibiarin gitu aja. Baca plus vote juga bisa, ‘kan? Sayang banget author sama kamu. Bakal double kill kalau kamu komen. Bakal langsung savage kalau dishare.

Avv author jadi kangen mabar sama someone xixi

Judt kidding. Selamat membaca zeyengkkk❤🙏

🌛🌛🌛

Degup jantung Alice masih tak beraturan seperti sebelumnya. Iramanya bersahutan dengan degup jantung seseorang di sebelahnya meski tak terdengar. Alice menundukkan kepala dan menangis dalam diamnya.

“Cerita, Lice ...,” ucap Arga memegang bahu wanita yang masih saja menunduk sejak masuk ke dalam mobilnya.

Alice mendongak dan menatap Arga yang duduk di sebelahnya. “Saya hampir dapat pelecehan seksual, Pak ....” Alice menceritakan setiap detail yang terjadi.

Mendengar cerita Alice, tangan Arga terkepal erat. Arga menyuruh sopirnya untuk mempercepat laju kendaraan menuju mobil Alice yang terparkir di pinggir jalan. Ia ke luar dari mobil dan memperhatikan apakah ada sesuatu yang mencurigakan di tempat itu. Nihil. Tidak ada apa pun.

Tak mungkin Arga membiarkan Alice yang masih ketakutan untuk menyetir mobil. “Pak, bawa mobil saya ke rumah saja,” perintahnya.

“Baik, Pak.”

Arga membantu Alice turun dari mobilnya. Tangan Alice gemetaran dalam genggaman tangan Arga. “Genggam saja tangan saya, Alice. Kamu tidak perlu takut,” ucapnya.

Alice mengangguk kecil dan mengikuti langkah Arga menuju mobilnya. Ia tak pernah menyangka musibah seperti tadi akan menimpanya. Tak bisa dibayangkan apa yang akan terjadi jika tidak melawan.

“Masih takut, Lice? Pegang tangan saya,” ucap Arga mengulurkan tangannya sebelum menyetir.

Meski ragu, Alice tak bisa membiarkan dirinya ketakutan. Setidaknya, dengan menggenggam tangan Arga bisa mengurangi rasa traumanya. “Makasih, Pak.”

Arga terkekeh dengan ucapan Alice yang masih sangat formal meski mereka hanya berdua saja. “Arga saja, Lice. Kamu tadi berniat pergi ke kantor saya, ‘kan?” tanyanya dengan tujuan mengalihkan pikiran Alice.

Alice mengangguk dan tersenyum kepada Arga sebagai jawaban. Sedikit demi sedikit rasa takutnya hilang dengan ketenangan yang Arga berikan. Sampai mereka larut dalam keheningan dengan tangan yang masih saling menggenggam.

Different [Proses Penerbitan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang