Monokrom

190 25 26
                                    

“Kita mudah nyaman, tapi sulit bertahan dengan keadaan”.

Rencana Pencipta dan semesta selalu memberi dampak yang luar biasa. Hidup seperti roda yang terus berputar tanpa mengenal waktu. Takdir antara manusia satu dengan yang lain bisa saja bertukar. Tapi, Tuhan tidak akan menukar tanpa sebab.

Jordan menatap murka putra sulungnya. Hal yang sangat ia khawatirkan terjadi. Omset yang terus turun menyebabkan hutang restoran semakin menumpuk. Jordan menyalahkan Alex yang tidak bisa diandalkan.

“Kamu ini gimana, sih, Lex?! Papah udah kasih kepercayaan, restoran, dan semua aset yang papah punya untuk kamu urus. Lihat sekarang! Bagaimana kalau sebentar lagi restoran ini disita pihak bank?” cecar Jordan tanpa henti menatap Alex murka.

Pria bernama lengkap Alex Miko Evanka itu hanya menunduk. Alex tidak mau memperkeruh suasana. Ia merasa hidupnya selalu berada dalam tekanan papahnya. Cukup sudah ia dijadikan sebagai boneka.

“Kenapa diam Alex?” imbuh Jordan.

Alex menarik napas gusar sebelum mengembuskannya asal. Ia memejamkan mata sebentar dan meyakinkan kegundahannya selama ini. “Papah tau kalau Alex sudah punya istri? Kenapa selama ini selalu Alex? Coba Papah didik Zeline dengan benar ....”

Mendengar jawaban Alex membuat tangan kanan Jordan terangkat. “Berani kamu, Lex?!”

Tangan itu berhenti melayang di udara. Alex masih diam dan memejamkan mata. Ia kembali membuka mata saat merasa tidak ada tangan yang menyentuh wajahnya. “Kenapa gak jadi, Pah? Ayo, tampar Alex!”

Jordan menarik tangannya dan meninju udara yang bergerak bebas. Ia merekatkan giginya dan terus menahan degup jantung yang tak terkendali. “Keluar sekarang!”

Alex melangkahkan kaki pergi dari ruangan kerja papahnya. Tanpa meninggalkan sepatah kata pun. Ia sudah lelah dengan sikap egois Jordan.

❤❤❤

Alunan musik yang berasal dari radio terdengar begitu menenangkan. Lagu dengan judul Bahagia yang dibawakan oleh GAC mampu membuat karyawan butik bersemangat.

Alice yang semula fokus pada layar laptopnya, kini ikut menganggukan kepala pelan dan mengetukkan jemarinya di atas meja secara bergantian. Ia menutup layar laptopnya dan mulai bersandar pada kursi kerjanya.

🎵🎵🎵
....
Marilah kita mensyukuri
Semua berkat dalam hidup ini
Kita bahagia

Kita bahagia
Bersama hangatnya mentari

Nikmati dan lukiskan memori
Kita bahagia
Kita bahagia
Ba-ha-gia-ia
....
🎵🎵🎵

Trap ... Trap ....

Sedang asyik terlarut dalam dunia imajinasi, Alice dikejutkan dengan derap langkah kaki seseorang. Ia kembali membuka mata dan menatap sekelilingnya yang kosong.

Alice mencoba kembali fokus pada layar laptopnya. Tiba-tiba, pandangannya gelap. Ia merasa seseorang menutup matanya dengan telapak tangan. “Siapa ini?”

Seseorang yang menutup mata Alice masih diam. Ia membiarkan Alice terus menerka siapa dirinya.

Meski mata Alice ditutup, wanita itu masih bisa mencari tahu dengan indra penciumannya. Ia merasa tidak asing dengan aroma parfum yang tercium; Guess by Marciano Man.

Different [Proses Penerbitan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang