Event Organizer

539 64 23
                                    

“Perihal masa lalu yang masih saja membelenggu”.
-Alice Mika Jovanka
✨✨✨

Pantulan suara heels yang bertemu langsung dengan keramik membuat semua orang mengalihkan pandangan. Seorang wanita cantik dengan dress hitam yang melekat pada tubuh modisnya. Dengan senyuman yang mampu membuat pria tertarik dalam pesonanya.

Wanita itu mengedarkan pandangan dengan terus melempar semyuman. Berjalan terus menapaki karpet merah yang telah disediakan. Kini ia berada tepat di atas panggung. Tangannya meraih mik yang telah tersedia.

Meski bukan pertama kalinya wanita itu berdiri di hadapan banyak orang, tetap saja ia selalu gugup. Dengan santai, ia menyembunyikan rasa gugupnya.

“Selamat malam. Boleh saya memperkenalkan diri?” Kalimat pertama sebagai pembukaan pada acaranya malam ini.

“Boleh ...,” sorak penonton dengan banyak peserta yang sudah bersiap di belakang panggung.

Wanita itu tersenyum melihat antusias semua orang yang datang. “Saya, Alice Mika Jovanka. Kalian bisa memanggil saya Alice. Semangat untuk para peserta dan tetap berdoa untuk semua. Kalimat singkat saya sebagai seorang event organizer model 2020. Acara ini resmi saya buka. Terima kasih.”

Alice Mika Jovanka. Wanita cantik dengan karir yang sangat bagus. Seorang EO, management artis, selebgram, yang kini merambah menjadi seorang youtobers.

Kata sambutan Alice berakhir dengan gemuruh tepuk tangan penonton. Bersamaan dengan Alice yang bernapas lega karena ia berhasil melawan rasa gugupnya.

Alice melangkahkan kaki turun dari atas panggung. Wanita itu kini duduk berdampingan dengan para juri. Satu persatu peserta telah naik ke atas panggung.

Melihat para peserta model yang naik ke atas panggung, membuat Alice teringat dengan masa kecilnya. Bayang masa lalu yang masih tetap membelenggu.

“Kamu itu cacat! Kelainan!” hardik pria paruh baya.

“Lihat dia! Dia malu telah melahirkan kamu!” lanjut pria itu yang tak lain adalah papahnya, Jordan Daniel Evanka.

Alice kecil yang mengikuti arah jari telunjuk papahnya menatap penuh harap pada wanita itu. Alice tidak berbicara, ia meminta lewat sorot matanya yang tak lagi bisa membendung air mata.

“Benar kata papahmu. Kamu memalukan,” sarkas mamahnya, Nara Pratista.

Bukan untuk pertama kalinya. Ini sudah ke sekian kalinya Alice terluka. Berharap pada orang tua yang tidak peduli keberadaannya.

Different [Proses Penerbitan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang