That Man Wira
Seminggu terakhir ini kami sudah disibukkan dengan 2 proyek yang sudah memasuki tahap finishing tapi semunya jadi lebih sibuk karena ditemukan bug dalam proses testing di salah satu web yang kami kembangkan, jadi terpaksa 3 hari ini kami tidur dan makan di kantor demi bisa mengejar waktu dan memenuhi target yang sudah direncanakan di awal.
Bukan hanya penampilan kami yang mengenaskan, keadaan kantor pun tak kalah kacau. Gelas bekas air dan kopi ada di mana-mana, bungkus cemilan berserakan di meja kubikel bahkan di lantai, belum lagi remah-remahnya yang berceceran di mana-mana.
"Guys, semua sudah beres kan? Mending kalian pulang deh. Gue aja yang ngerjain sisanya. Gue takut lihat tampang kalian yang kayak zombie kelaparan."
Perumpamaan Bang Wawan memang tidak berlebihan. Aku menatap tampilan wajahku di cermin kecil yang selalu aku simpan di meja kubikel. Wajah bengkak, muka kusam dan lingkar hitam di bawah mataku sudah tak tertolong lagi. Kalau sudah begitu, aku butuh waktu setidaknya 24 jam untuk memulihkan kondisiku dengan berbaring sepenuhnya di tempat tidur. Badanku rasanya hampir remuk redam apa lagi aku sempat tertidur dengan posisi duduk di kursi.
Bukan aku saya yang kacau, Mbak Tina pun tidak kalah parah. Sejak 15 menit yang lalu dia sudah tepar di atas sofa. Selimut yang semula ia kenakan sudah melorot jatuh di lantai.
"Bang Wawan memang top markotop deh." Puji Bang Haris sambil membuat love sign menggunakan ibu jari dan telunjuknya.
"Bang Haris sih enak, kemarin dapat cuti dua hari. Sementara kita?" Aku menunjuk diriku sendiri.
"Mandi pagi dan sore aja dijamak, Bang! Gue jijik sama badan gue sendiri." Beberku sambil mengendus aroma badanku sendiri disusul gelak tawa Bang Haris dan Bang Wawan.
"Masa calon mertua lo minta gue pulang bentar aja nggak boleh sih, Ri" Gombalnya sambil mengedipkan sebelah matanya ke arahku.
Calon mertua yang dimaksud bang Haris adalah mamanya sendiri. Beberapa hari yang lalu, dia cuti mendadak dengan alasan mau mengunjungi mamanya di Semarang yang katanya ngomel karena hampir 2 bulan Bang Haris tidak pernah pulang kampung. Bang Haris aslinya memang tinggal di Semarang tapi dia kuliah di Jakarta lalu akhirnya mendapat pekerjaan di KingSoft.
Dia memang sering kali menggodaku dengan hal-hal lucu seperti ini, termasuk menyebut mamanya sendiri sebagai calon mertuaku. Tapi percayalah! Bang Haris hanya menganggap hal itu sebagai gurauan.
Dia memang tipikal laki-laki yang lucu dan jenaka melebihi Bang Wawan. Bercandanya kalau tidak menyakitkan hati pasti menggetarkan hati. Namun aku juga cukup santai menanggapinya. Mengenal Haris luar dalam, baik dan buruknya, tidak membuatku melihatnya secara spesial dan aku lumayan terhibur dengan candaan-candaannya yang ia lontarkan.
Kenyataannya, antara Bang Deni dan Bang Wawan, aku lebih sering bekerja lembur dengan Bang Haris karena kami berdua memang memegang bagian web developer.
Terlebih, Bang Haris ini seusia dengan Mbak Tina, lebih tua 3 tahun dari aku. Tubuhnya tinggi meski agak kurus menurutku, kulitnya cerah dan lagi Bang Haris sangat memperhatikan penampilan. Ia punya kemampuan memadupadankan pakaian dan terlihat fashionable dengan gayanya. Minimal tidak malu-maluin-lah kalau dikenalkan sebagai pacar jika dilihat dari segi penampilan dan mengenyampingkan hal bahwa dia adalah cowok yang suka tebar pesona sama cewek-cewek tapi tidak mau komitmen.
Jujur. Bang Haris punya packaging yang menarik. Tak heran banyak cewek-cewek kece yang satu gedung dengan kami senyam-senyum tidak jelas jika bertemu Bang Haris di kafetaria lantai bawah atau sekadar berpapasan di lift dan aku punya kebanggaan sendiri punya teman kerja yang memanjakan mata.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Developer (Completed)
Chick-LitRiri itu bergelar S.E, tapi dia malah terdampar di perusahaan pengembang mobile application. Perusahaan yang kedengaran keren tapi tidak cukup membantunya menemukan calon yang bisa dia perkenalkan kepada Ibu Mulyana Asiz sebagai pacar. Boro-boro pac...