Empat Belas

3.8K 432 10
                                    

Karma Does Exist

Rumah Mbak Tina kembali menjadi tempat pelarianku.

Papa dan mama masih di Bogor sedangkan Mas Defri menginap di apartemennya jadi rumah masih kosong. Namun karena rupanya teman-teman Iyan banyak yang menginap di rumahnya, aku menawari Mbak Tina menginap saja di rumahku. Dia setuju tanpa tapi.

Lagi pula aku butuh suasana kondusif untuk curhat kepada Mbak Tina jadi rumah Mbak Tina sekarang ini kurang tepat menjadi pilihan apa lagi teman-teman Iyan yang jumlahnya lumayan banyak itu sama sekali tidak segan berteriak dan tertawa tanpa berpikir akan mengganggu yang punya rumah.

"Jadi lo mau curhat?"

"Iya, kok tahu?"

"Nenek buyut gue dulunya dukun."

"Trus?"

"Maksudnya secara otomatis gue juga punya darah dukun. Jadi gue bisa tahu masalah lo sebelum lo bilang."

"Jadi apa masalah gue sekarang? Coba tebak." Tantangku.

Dia sok-sokan memejamkan mata lalu menggerak-gerakkan tangannya layaknya dukun yang membaca jampi-jampi.

"Kalau memang tebakan lo benar, gue akan traktir makan bakso 3 hari." Aku meremehkannya sambil bersedekap.

"Yuda habis nembak lo."

Entah hanya beruntung atau memang Mbak Tina mewarisi ilmu perdukunan nenek buyutnya. Yang jelas, tebakan Mbak Tina benar dalam sekali percobaan.

"Dan lo belum kasih jawaban sama dia."

Aku membulatkan mata mendengarnya. Sedangkan dia masih memejamkan mata sambil mengerutkan dahi. Entah apa yang dilihatnya dalam penerawangan.

"Tapi sebenarnya lo mau nolak dia karena lo sukanya sama orang lain."

"Dan orang yang lo suka ternyata...."

"Mbak, lo serius punya nenek buyut dukun?" Aku memotongnya.

Mbak Tina lantas membuka mata. Melihatku sejenak yang melongo dan akhirnya menyemburkan tawa. Aku makin bingung melihatnya. Ditepuknya pipiku pelan seperti membangunkan orang dari tidur.

"Riri-ku sayang, nggak perlu jadi dukun atau indigo untuk menebak isi otak lo. Semuanya terlihat jelas di sini dan di sini." Tunjuknya bergiliran di mataku dan dadaku. "Gue bisa tahu isi hati lo tanpa lo bilang. Lagian lo naif banget zaman sekarang masih percaya sama dukun."

Mbak Tina berhenti sejenak lalu kembali melanjutkan, "By the way kasihan banget sih si Yuda lo php-in. Mana dia baik banget, cakep lagi. Kalau dipikir dia sudah lama naksir lo tapi baru bisa ungkapin perasaan sekarang terus ditolak lagi."

"Gue niatnya juga mau serius sama Yuda, tapi yang namanya perasaan nggak bisa dipaksa, Mbak. Asal lo tahu aja, gue merasa bersalah banget sama dia. Dia sudah banyak menghabiskan waktu antar dan jemput gue ngantor. Dia juga loyal banget dan selalu bayarin uang makan dan uang nonton. Dia pasti kecewa banget kalau gue jujur suka sama orang lain sedangkan sejak awal gue kasih harapan sama dia. Iya, gue tahu gue jahat." Aku hanya bisa menghela napas.

"Iya juga sih, Ri. PDKT emang gitu kali. Harus korban waktu dan materi dan harus siap ditolak juga, kan hubungan melibatkan dua belah pihak. Kalau Cuma sepihak aja bukan hubungan, tapi namanya egois. Dia juga pasti bakalan kecewa banget kalau lo terima perasaan dia sedangkan lo punya orang lain di hati lo." Mbak Tina masih melanjutkan.

"Saran gue sih, lo sampaiin perasaan lo yang sebenarnya sama dia. Jangan bikin dia nunggu dan semakin berharap. Kasihan anak orang, siapa tahu kehadiran lo menutup pintu jodoh Yuda. He deserves better and so do you.

Love Developer (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang