Sembilan

3.9K 448 11
                                    

Calon Mantu VS Pak Wira

Papa dan Mama akhirnya kembali dari Bogor setelah hampir seminggu stay di sana dan menjenguk Oma Restu di Rumah Sakit.

Kata Mama, Oma Restu yang tidak terlalu suka tinggal di RS meminta di rawat di rumah saja. Mempertimbangkan kondisi Oma Restu yang semakin membaik akhirnya Dokter yang memantau kondisi Oma Restu membolehkannya pulang dengan syarat harus terus melakukan kontrol rutin sesuai jadwal.

Karena harus menemani Mama selama di Bogor, pekerjaan Papa juga agak sedikit terbengkalai. Sebagai kepala sekolah, Papa punya tanggung jawab memantau perkembangan atau masalah-masalah yang mungkin terjadi di sekolah. Tapi untunglah, Pak Yoyo, sahabat Papa juga selaku wakil kepala sekolah bersedia menghandle semuanya selama Papa berada di Bogor.

Ngomong-ngomong tentang taman yang sudah nampak asri dan rapi, Mama sangat menyukainya. Katanya dia akan lebih rajin lagi menyiram bunga-bunga berbagai jenis itu. Tapi masalahnya adalah mulut Mas Defri yang isinya comberan tidak bisa ditutup rapat. Baunya tercium di mana-mana.

"Calon mantu Mama? Kamu mau nikah, Def? Setelah Mama menyerah meminta kamu menikah, kamu akhirnya berubah pikiran?" Respon Mama pertama kali.

Jadi sesampainya Mama di rumah, Bang Defri langsung menunjukkan proyek taman yang sudah ia selesaikan bersama dengan Pak Wira yang ia sebut sebagai calon mantu Mama.

"Bukan aku, Ma. Tapi Riri. Kemarin ada cowok datang ke rumah terus bantu Def bikin garden path. Mama bayanginlah, dia rela mengaduk campuran demi biar bisa pdkt sama Riri." Kata Mas Def antusias.

"Pacarnya Riri?" Mama tertawa meremehkan dan aku rasanya ingin menyumpal mulut Mama pakai kaos kaki Mas Defri. Durhaka, kan aku?

"Nggak mungkin, orang Riri jomblo, Def. Kamu ada-ada aja deh. Udah sana, Mama mau mandi!" Usirnya pada Mas Def tapi yang diusir malah tidak menyerah.

"Beneran, Ma. Orangnya ganteng, tinggi, putih, mobilnya keren dan dia boss perusahaan besar, Ma, Chef Juna aja lewat. Def yakin Mama bakalan suka sama dia." Tambah Mas Def tak berhenti mempromosikan Mas Def.

Aku tidak menghentikan ocehan Mas Def tapi sibuk membuka aplikasi instagram yang ajaibnya malah mengetikkan nama Pak Wira di kolom pencarian.

Foto terbarunya adalah dia mengunggah foto dirinya tengah berada di puncak gunung bersama dengan 3 temannya. Entah itu namanya Gunung apa, asal tahu saja seumur hidup aku belum pernah yang namanya nanjak gunung.

Jadi itu alasan kulit Pak Wira tak seputih waktu pertama kali aku ketemu dia. Ternyata karena Pak Wira pergi mendaki pekan lalu.

Tapi ngomong-ngomong apa Pak Wira memang sepopuler itu sampai diikuti 337 ribu pengguna lain dan bahkan akunnya sudah terferifikasi. Sudah seperti artis saja, padahal feednya tidak lebih dari 100 dan itupun kebanyakan unggahan tentang film-film bioskop terbaru yang akan segera rilis atau yang baru saja rilis.

Aku menekan tombol follow back setelah mempertimbangkannya. Pak Wira mengikuti akunku, bukankah seharusnya aku juga harus mengikutinya balik sebagai tanda bahwa kami setidaknya saling kenal? Iya, kan? Iyain aja deh.

Aku memasukkan hape ke dalam tas lalu memperhatikan Mas Def dan Mama bergantian.

Mama kelihatan jadi tertarik mendengar cerita Mas Def, "Siapa sih, Ri? Yang sama kamu waktu nikahan Aldo?" Tanya mama namun aku tak meladeni.

"Hah? Emang ada yang lain?" Mas Defri jadi ikutan penasaran. "Hebat juga adik gue ini."

"Jadi ada yang lain?" Mama kembali menatapku meminta jawaban.

Love Developer (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang