Dua Puluh (End)

11.6K 641 51
                                    

Selamat jalan deadline yang mirip neraka, khususnya bagi kami karyawan biasa.

Proyek Pak Bintang resmi berakhir dan anak-anak KingSoft tentu saja senang bukan kepalang.

Bang Deni dengan izin bigboss tidak main-main memberikan kami cuti 3 hari penuh tapi sama saja bohong kalau cutinya di hari Sabtu dan Minggu. Tidak jadilah kami berterima kasih kepada Bigboss.

Gara-gara deadline kemarin itu, kami bahkan melewatkan rapat mingguan yang biasanya dipimpin Bigboss. Makanya tadi pagi barulah rapat mingguan dilakukan.

Namun yang namanya hidup di era digital, pekerjaan yang masuk memang tidak ada habisnya. Bahkan ada beberapa yang terpaksa kami tolak karena kekurangan tenaga. Belum lagi Bang Wawan yang resmi resign minggu lalu dan siap menjadi Boss di perusahaan web development baru yang akan dia rintis.

Memang sih segala sesuatu menyangkut agensi baru Bang Wawan belum sepenuhnya selesai namun dia memilih berhenti bekerja lebih cepat agar bisa fokus mencari gedung kantor yang bisa dia sewa sekaligus menghire beberapa karyawan.

"Gue pindah ke kantor lo aja, ya, Bang kalau persiapan sudah selesai. Pengalaman gue 2 tahun nggak akan mengecewakan Bang Wawan." Ujarku.

Kami keluar berbarengan setelah jam pulang kantor tiba. Berlima di dalam lift cukup membuat kami berdesak-desakan ditambah lagi 3 orang dari lantai atas juga berbaur dengan kami di lift yang sama.

Yang jadi korban tentu saja Bang Deni. Secara dia yang paling kurus di antara Trio Bangsat, jadilah Bang Haris dan Bang Wawan bebas mendorong Bang Deni sampai si kurus itu menempel di sisi lift. Poor Bang Deni.

"Gue juga ikut, Bang." Mbak Tina ikut-ikutan.

"Gue punya pengalaman kerja 5 tahun dan soal kemampuan, nggak perlu gue jelasin juga pasti lo tahu, Bang." Mbak Tina ikut mempromosikan diri.

"Nggak ada yang boleh resign sebelum proyek kita selesai semua, yah." Ancam Bang Deni yang tersembunyi dibalik punggung lebar Bang Haris dan sisi lift.

Aku cekikikan mendengar suaranya tapi fisiknya tidak kelihatan. Definisi dedemit yang sesungguhnya.

"Kalau nunggu proyek kelar, nggak bakalan resign dong, Bang. Setiap bulan juga ada tuh proyek yang masuk." Jelasku. "Mana lagi kita butuh tenaga tambahan. Minta bigboss dong buat ngehire beberapa biar kita kerja nggak kewalahan banget mana gaji nggak naik-naik."

"Pokoknya gue mau kerja sama Bang Wawan, iya, kan, Bang?" Mbak Tina belum menyerah rupanya.

"Gue nggak mau ngehire karyawan yang malas datang pagi, apa lagi kalau kayak lo, Tin. Masa iyya nanti gue bos tapi duluan datang daripada bawahan gue? Siapa yang bos, siapa yang karyawan, kalau begitu?"

Bang Haris tidak bisa menahan ledakan tawanya. Aku jadi ikutan tertawa. Kami akhirnya sampai di lobi. Wira sudah menghubungiku kalau dia tidak bisa mengantarku pulang karena tengah berada si Bandung sekarang, jadi aku minta Mbak Tina mengantarku mumpung dia bawa mobil bokapnya.

Ekor mataku menemukan laki-laki paru bayah yang sangat kukenal tengah duduk di lobi kantorku. Tepat saat aku menatapnya dia juga menatapku. Namun dia tidak terkejut melihatku, tidak seperti aku yang membelalakkan mata menemukan dia.

"Oom ngapain di sini?" Sapaku padanya. Ini pemandangan yang aneh, tentu saja. Menemukan Oom Andrew, pimpinan PieM grup tengah duduk di lobi kantor lengkap dengan jas mahalnya. Siapa gerangan yang mampu membuat beliau rela menunggu?

"Oom nungguin kamu. Bisa bicara sebentar?" Jawabannya langsung menjawab pertanyaanku. Menungguku untuk apa? Apakah untuk...

Mbak Tina menyenggolku sambil berbisik menanyakan siapa Oom Andrew. Aku tidak menjawabnya tapi langsung menyuruhnya pulang duluan. Aku akan meminta Mas Def saja menjemputku atau naik ojek sebagai alternatif lain.

Love Developer (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang