Warning:
Cerita ini diikutsertakan event MWM oleh NPC2301
Dengan target tamat dalam sebulanAkan ada banyak typo, plot hole, dan segala macam anu
karena dikerjakan tanpa proses semedi lebih duluMohon maap jika hasilnya kurang memuaskan ;-;
Jika ingin bantu razia typo dan anu-anu, silakan komentar
I'd really appreciate itHantu juga bisa terlambat atau ingkar janji. Sekarang, contohnya. Sudah lewat tengah malam, sebentar lagi pukul satu, dan aku menyesal meninggalkan tempat tidurku di kamar Wilis yang sejuk.
Aku menunggu di tempat kami menggali patung-patung emas itu, dan udaranya luar biasa beku di luar sini. Di bawah pepohonan, sekelompok anjing sepekat asap hitam dengan mata menyala merah memperhatikanku dengan waspada, tetapi hanya sebatas itu—mereka tidak mengganggu. Di sekitar pagar kawat yang membatasi halaman rumput dengan lapangan basket/bulu tangkis, ada beberapa sosok anak perempuan yang duduk-duduk seolah menikmati udara pagi, semuanya tidak punya wajah dan kaki.
Sebagian besar makhluk halus di sini tidak bergerak bebas, hanya mengulang beberapa hal yang dulu menjadi kebiasaan mereka selagi masih hidup. Tidak ada gangguan, hanya sosok samar yang sesekali berkedip lenyap lalu muncul lagi serupa refleksi di permukaan air atau asap tipis.
Aku melirik layar ponsel yang menjadi satu-satunya penerangan. Tepat pukul satu—sesuai peraturan tidak resmi di jam terakhir sekolah, jika guru tidak datang lewat dari satu jam, bergegaslah pulang sebelum ketua kelas muncul membawa tugas titipan. Maka, aku berjalan kembali ke dalam rumah Wilis.
Saat aku masuk ke kamarnya, Wilis tengah memakai jaket.
Aku mengernyit. "Kau mau ke mana?"
"Kau yang ke mana!" serunya. "Jaketmu tidak ada, kukira kau menggali harta lagi, atau ... entahlah, menangkap ular naga yang tidak mau kau ceritakan padaku?"
"Sudah kubilang tidak ada ular naga di halamanmu!" Aku melepaskan kaus kaki dan melemparkannya ke atas kasur rendahku. Kuamati balkon sebelah dari jendelanya yang tidak tertutup tirai, kalau-kalau si gadis hantu tidak tahu diri malah menongkrong di sana. "Aku tadi ada urusan sedikit, tapi tidak ada sangkut pautnya dengan harta—"
Itu dia. Bukan di balkon Olive. Saat aku tengah membuka jaket, mataku tak sengaja menyapu halaman belakang yang baru saja kutinggalkan, dan cahaya putih kekuningan benderang itu berdiri di sana. Aku memicingkan mata dan melihat si gadis hantu, seperti memberi isyarat padaku untuk menghampirinya, turun kembali ke sana.
Penglihatan hantunya pasti melampaui jarak, jadi aku yakin benar dia melihatku dengan jelas saat aku memeletkan lidah ke arahnya.
Si gadis hantu tidak senang. Dengan gaun krem terang yang berombak dan memudar jadi asap, wajahnya terbang menuju jendela Wilis. Suaranya, penuh kemarahan dan rasa jijik, terdengar seperti gesekan jarum di atas kaca di kejauhan, Kau ingin cari masalah denganku? Akan kubuat temanmu itu jadi gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent
Paranormal[Completed Chapter] Danta berusia 75 tahun ini, dan satu-satunya acara jalan-jalan keluar rumah yang bisa pria tua itu dapatkan hanyalah melayat pemakaman kawan-kawan lamanya. Lelah menyaksikan orang-orang di sekitarnya dicomot satu per satu oleh Ma...