Warning:
Cerita ini diikutsertakan event MWM oleh NPC2301
Dengan target tamat dalam sebulanAkan ada banyak typo, plot hole, dan segala macam anu
karena dikerjakan tanpa proses semedi lebih duluMohon maap jika hasilnya kurang memuaskan ;-;
Jika ingin bantu razia typo dan anu-anu, silakan komentar
I'd really appreciate itSeperti meluncur keluar dari lorong gelap di tengah-tengah udara kosong, aku menabrak Kinantan di balkon. Si gadis hantu menjerit dan buru-buru menjauh, secara tak langsung membuat hantuku terjengkang, nyaris jatuh dari atas balkon.
"Kau mau membuatku mati, ya?!" bentakku di ujung pagar balkon.
"Harusnya aku yang ngomong begitu!" balasnya, masih mengebuti rok gaunnya seolah yang menabraknya barusan adalah segumpalan debu raksasa. "Lagi pula kau sudah mati—mana bisa mati lagi?! Kau juga tidak bisa jatuh dari balkon!"
"Aku belum mati!"
Andai masih punya jantung, aku pasti merasa ia sudah copot. Aku berusaha menenangkan diri. Aku harus berpikir jernih—tidak ada Olive di sini, membuat secuil jiwa manusia hidupku yang tersisa jadi lebih rentan. Sebelum aku jadi berkabut dan linglung lagi, aku harus mencari tahu sesuatu ....
Kucoba menarik lengan Kinantan, tetapi gadis itu berkelit dengan anggun, membuatku lagi-lagi menerjang pagar balkon tanpa harga diri.
"Jangan pegang-pegang!" Gadis itu memeluk dirinya sendiri dengan defensif. "Kau itu cuma bocah jika dibandingkan denganku!"
"Aku tidak—" Kutelan semua komentar-komentar pedas yang menggunung di kerongkongan. Kutekan rasa marahku serendah-rendahnya. "Begini, aku ingin kau mengulangi semua kalimat Jerau—kau pernah melakukan itu, ingat?"
"Yang mana?"
"Tentang kunjungan pertama dan seterusnya—"
"Kunjungan pertama, kuberi tahu kau salah satu rahasia hidupmu. Kunjungan kedua, kubantu kau menggali potensi terbesarmu. Kunjungan ketiga, kubuka jalur tak terbatas untukmu." Secepat munculnya, secepat itu pula surutnya. Tiruan suara Entitas Jerau dari mulut Kinantan berubah kembali menjadi suaranya sendiri. "Maksudmu yang itu?"
"Ya!"
Aku menerobos pintu balkon dan menyeruak masuk ke kamar Olive, mencari-cari gadis itu. Dia tidak ada di sana. Cuma ada Denim yang tidur telungkup dengan kepala berbulunya terselip ke bawah bantal, ekornya menyembul keluar. Maka aku meluncur turun—sungguh mengerikan betapa cepatnya aku bertindak sekarang, tembus ini-itu tanpa ragu lagi.
Gadis itu kutemukan di ruang tamu, tengah memasang sepatu putih bertali. Pakaiannya berupa kombinasi baju terusan biru-putih selutut dan berlengan panjang, juga legging hitam yang tampak sederhana dan modis sekaligus. Ransel kecil di bahunya, dengan gantungan bintang-bintang kecil pada pembuka ritsletingnya. Poninya yang panjang mengikal dijepit ke samping, bibirnya dipoles lipgloss yang mengilap kalem, bulu matanya tampak lebih lentik daripada biasanya, bukan berarti bulu matanya tidak panjang sebelum ini, dan kudapati diriku terpaku sebentar. Aku butuh waktu lebih lama untuk sekadar berucap, "Kau mau ke mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent
Paranormal[Completed Chapter] Danta berusia 75 tahun ini, dan satu-satunya acara jalan-jalan keluar rumah yang bisa pria tua itu dapatkan hanyalah melayat pemakaman kawan-kawan lamanya. Lelah menyaksikan orang-orang di sekitarnya dicomot satu per satu oleh Ma...