14 Januari 2014

4.1K 1.1K 253
                                    

Warning:

Cerita ini diikutsertakan event MWM oleh NPC2301
Dengan target tamat dalam sebulan

Akan ada banyak typo, plot hole, dan segala macam anu
karena dikerjakan tanpa proses semedi lebih dulu

Mohon maap jika hasilnya kurang memuaskan ;-;
Jika ingin bantu razia typo dan anu-anu, silakan komentar
I'd really appreciate it

Mohon maap jika hasilnya kurang memuaskan ;-;Jika ingin bantu razia typo dan anu-anu, silakan komentarI'd really appreciate it

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jian tidak menunggu sampai lusa. Rupanya, tak sampai 24 jam setelah pertemuan terakhir kami, dia memutuskan bahwa sudah saatnya untuk pergi. Ketika Wilis dan Olive datang lagi ke rumahku hari ini, pohon mangganya sudah kosong, daunnya berguguran, dan ranting-ranting lapuk mulai berjatuhan ke jalan. Tidak akan butuh waktu lama sampai warga setempat berinisiatif kembali untuk menebangnya.

"Buahnya kayak membusuk di pohon, ya?" kata Wilis saat dia melepas kunci sepeda motor. "Grey pernah bilang padaku pohon ini ada penunggunya."

Olive melirikku sebentar, lalu kembali ke kakaknya. "Kenapa kita balik lagi ke sini?"

"Kita nggak menemukan apa-apa kemarin," kata Wilis. "Dan aku betul-betul habis akal mesti mencari ke mana lagi."

Olive lagi-lagi melirikku, tetapi aku berusaha untuk mengabaikan tatapan matanya. Sejak semalam, dia berusaha membujukku untuk memberi tahu Wilis, atau langsung pergi ke rumah gaib yang terus muncul di pertigaan jalan dekat rumahnya. Dia bahkan melakukan—kukutip dari ucapannya—riset kecil-kecilan. Artinya dia mencari di internet dengan kata kunci "Cara menempelkan roh kembali ke badan," dan "Rumah Gaib" sampai "Cara mengusir iblis jahat".

Nah, sudah kubilang padanya dia tidak perlu melakukan itu. Lagi pula, semuanya sudah berjalan mulus. Kak Safir sudah dipastikan memesan tempat di restoran keluarganya besok malam untuk reuni. Aku bakal jujur ke Wilis tentang apa yang terjadi setelah kembali ke tubuhku sendiri. Pada saat itu, aku mungkin sudah bersama dengan kakakku di sampingku—begitulah rencanaku ... secara garis besarnya.

Aku mencoba untuk menutup mata dari kemungkinan-kemungkinan terburuk. Lintasan waktu yang kacau, terbentuknya lebih banyak dunia paralel, dan mungkin beberapa perubahan yang bakal terjadi—entahlah, bisa saja presiden kami tiba-tiba berubah atau beberapa kelahiran/kematian tertunda. Hal-hal semacam itu tidak terhindarkan. Apa pun itu, tidak masalah. Toh, musibah selalu terjadi. Tidak masalah aku mengubah sesuatu atau tidak, pasti akan ada hal baik dan buruk yang tetap terjadi. Aku hanya perlu berhati-hati dan meminimalkan kerusakan. Ini akan berjalan mulus ... kuharap.

Rasanya aku jadi mengerti apa yang dirasakan Kak Nila dan Kak Safir dulu. Saat aku hanya menonton, aku memberi nasihat: kenapa kalian mau mengubah ini-itu? Kenapa tidak menjalaninya saja? Kenapa ingin sembuh dari astral projection? Itu anugerah, bukan penyakit. Kenapa ingin menyudahi hidupmu? Hidupmu sudah beruntung—lumayanlah. Jalani saja.

IridescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang