Matematika.
Satu kata dengan 10 huruf itu merupakan kata yang sungguh menyebalkan bagi Tzuyu. Setelah Jungkook berhasil merusak suasana hatinya, kini ia sungguh tak berniat untuk menyimak ataupun mengerjakan soal. Ia bahkan memilih untuk menenggelamkan wajahnya di atas tumpukan tangan dan tertidur.
Jungkook melirik kemudian tersenyum. Ia lalu menulis rangkuman yang mungkin saja akan Tzuyu butuhkan. Ia tak tega jika harus membangunkan Tzuyu sebab ia yakin jika Tzuyu memang memerlukan istirahat.
Tatapan Lily--siswi yang duduk tak jauh dari mereka--membuat Jungkook membalas tatapannya. Ia merasa jika gadis itu seperti membenci Tzuyu. Ah tidak tidak, ia rasa hampir satu kelas menjauhi Tzuyu.
Jungkook mencolek bahu Tzuyu, meminta gadis itu segera membuka matanya sebab saat ini seluruh mata tertuju padanya.
"Diamlah, aku lelah," ujar Tzuyu sambil membenarkan posisinya, mencari posisi ternyaman untuk kemudian kembali melanjutkan tidurnya, membuat Jungkook kembali mengurungkan niat membangunkan gadis itu.
Tzuyu tak benar-benar tidur. Ia hanya menghindari pelajaran memuakan yang dimulai pada jam pertama sekolahnya itu. Ia selalu bertanya-tanya kenapa matematika di kelasnya tak disimpan di jam terakhir saja? dengan begitu, dia bisa berkompromi dulu dengan suasana hatinya.
Tzuyu meminjakan kakinya, mencoba mencari tahu soal kilasan adegan menjijikan yang tak sengaja ia lihat tadi. Ia tak habis pikir kenapa salah satu temannya itu melakukan hal ilegal pada usianya. Bukankah mereka masih usia sekolah?
Tzuyu kembali duduk tegap, menatap Lily dengan tatapan penuh tanya. Ia benar-benar tak habis pikir karena wajah Lily yang dia lihat pada kilasan itu, sungguh menjijikan.
Tzuyu meraih pena miliknya lalu kembali memperhatikan penjelasan gurunya. Ia tak mungkin melewatkan pelajaran tersebut begitu saja hanya karena suasana hatinya yang buruk.
"Aku sudah menulis beberapa hal, kau bisa menyalinnya."
Hati Tzuyu menghangat kala mendapat perlakuan ini dari pria yang mendapat julukan 'pria kulkas' darinya. Jungkook memang dingin, bahkan tatapannya menggambarkan seolah ia memang jiwa yang benar-benar tertutup, membuat Tzuyu semakin penasaran sedalam apa hati pria Jeon itu.
"Baiklah, pelajaran kali ini cukup sampai di sini saja. Kerjakan soal yang ibu tulis di papan tulis."
Tzuyu bernapas lega saat guru matematikanya berlalu meninggalkan kelas. Itu artinya ia tak perlu lagi menahan rasa kantuk karena sungguh, suasana hatinya benar-benar buruk sekarang. Apalagi setelah melihat kilasan menjijikan dari salah satu teman sekelasnya.
"Gomawo." Tzuyu mengembalikan buku milik Jungkook. "Bagaimana dengan bubble tea sepulang sekolah?"
"Aku--"
"Anggap itu sebagai rasa terimakasihku."
Jungkook merasa tersentuh saat melihat senyuman gadis Chou yang duduk di sampingnya. Itu menandakan jika gadis itu memang bahagia di tengah rasa sakit yang mungkin ia rasakan.
Aku yakin dia berpikir jika aku memang sekarat. Tzuyu mendengus kesal kala pikiran itu mulai menyergapnya. Dari awal ia ingin sekali mengatakan pada Jungkook jika dirinya tidak menderita penyakit berbahaya. Ia hanya masih kesulitan jika berada di tengah banyak orang sebab ia akan mendengar banyak sekali suara hati dan gambaran pikiran.
*
*
*Lily menarik tangan Tzuyu, mejauh dari Jungkook yang saat ini masih memberikan tatapan herannya.
"Bisakah ka--"
"Uang tutup mulut," ujar Tzuyu sambil mengulurkan tangannya di hadapan wajah Lily. "Kau ingin aku tak membahas soal hal buruk yang kau lakukan dengan pacarmu 'kan?"
Mata Tzuyu menyusuri tubuh Lily hingga berhenti pada perutnya. "Jangan bilang jika kau hamil."
Lily tergagap, memilah kata yang mungkin saja tepat untuk dia katakan. Sebenarnya ia sudah tahu jika Tzuyu pasti akan membaca pikirannya ataupun kekasihnya, dan ternyata hal yang ia takutkan benar-benar terjadi. "Y-yak! ke-kenapa kau mengatakan hal seperti itu?"
"Mudah saja, hati tak akan bisa berbohong. Sekarang jujur saja pada pihak sekolah dan urus bayi ka--"
Lily menutup mulut Tzuyu, beralih mendorongnya ke arah dinding hingga membuat gadis Chou itu meringis. "Jaga mulutmu!"
"Bukankah itu aturannya?" tanya Tzuyu setelah ia menyingkirkan tangan kotor Lily dari mulutnya. "Jika kau berpikir aku akan diam saja, maka kau salah besar."
"Coba saja jika kau bisa mendapat buktinya. Penglihatanmu bukanlah hal yang bisa dijadikan bukti sebab itu tak terlihat. Satu hal yang pasti, kau harus tutup mulut."
Tzuyu berdecak setelah Lily pergi. Ia sungguh tak menyangka jika gadis seusianya itu memang melakukan hal tidak baik hingga dirinya mengandung.
"Oh astaga, dia membuat pikiranku jadi kotor."
Air wajah Tzuyu membuat Jungkook bertanya-tanya soal apa yang dibicarakan gadis itu dengan Lily. Apalagi setelah ia melihat tatapan sinis Lily saat Tzuyu sedang tertidur, membuatnya ingin sekali mencari tahu soal pembicaraan 2 gadis itu.
"Ayo, aku lapar."
"Kau merasa kesal?" tanya Jungkook tanpa melirik Tzuyu sama sekali. Ia tetap fokus menatap lurus dibanding menatap gadis yang berjalan di sampingnya.
"Apa itu urusanmu? ingat satu hal jika kau hanyalah pendatang baru, jangan mencari tahu soal diriku."
"Ya ya, anggap saja aku peduli padamu. Apa kau merasa nyaman saat kau tak punya teman?" tanya Jungkook, kali ini dengan menatap Tzuyu.
"Percuma saja memiliki teman jika mereka memiliki 2 wajah. Mereka akan membicarakan hal baik padaku lalu membicarakan hal buruk di belakangku. Itu sungguh menyebalkan." Perasaan kesal Tzuyu seolah tertuangkan dengan nada bicaranya.
Jungkook berdiri di hadapan Tzuyu, menghentikan langkah gadis Chou itu menuju kantin. "Kalau begitu bisa aku menjadi temanmu?"
"Baiklah, anggap saja saat ini kau dalam masa percobaan menjadi temanku. Lihat kedepannya dan aku bisa memutuskan apa kau layak menjadi temanku atau tidak." Tzuyu melewati Jungkook begitu saja, meraih nampan untuk mengambil makanan yang ada di sana.
"Kalau aku berhasil?" tanya Jungkook sambil membantu Tzuyu mengambilkan nasi. "Aku sungguh akan jadi temanmu?"
"Seharusnya kau bicara seperti itu dengan ekspresi antusias, bukan wajah datar yang sungguh membuatku ingin menamparmu," kesal Tzuyu sambil kembali melewati Jungkook. Ia sungguh akan memukul pria Jeon itu jika sampai menghalangi jalannya lagi.
Tzuyu meletakan makanannya dengan wajah datar, membuat tatapan aneh dan bisikan itu mulai ia dengar. "Aish, seharusnya tak berbisik sebab aku masih bisa membaca hati kalian," gumamnya kesal.
Kedekatan Tzuyu dan Jungkook memang selalu menjadi topik utama di kalangan siswi sekolah itu. Bukan tanpa alasan sebab sikap Jungkook yang dingin menutup kemungkinan jika pria itu akan selalu sendirian. Tapi pada kenyataannya, Jungkook selalu ada di samping Tzuyu.
"Kau diet?" tanya Jungkook di sela-sela memakan makan siangnya.
"Aku tidak berselera. Dari pagi mereka semua merusak suasana hatiku."
Jungkook tersenyum, membuat Tzuyu yang melihatnya hanya memberikan tatapan 'ada apa dengan pria ini?' Terlebih karena pria itu tiba-tiba saja tersenyum tanpa diminta.
"Kalau begitu kau bisa makan makananku."
"Apa bedanya? tidak, aku tidak mau makan," tolak Tzuyu.
"Makananku mungkin bisa memperbaiki suasana hatimu. Apa aku perlu menyuapimu? baiklah, sekarang buka mulutmu," pinta Jungkook sambil menyodorkan sesendok nasi beserta lauknya. Namun Tzuyu tetap saja menolak.
"Bisakah kau berhenti peduli padaku?" sulut Tzuyu membuat Jungkook akhirnya memiliki kesempatan untuk menyuapi Tzuyu.
"Lihat? kau memakannya. Kunyah lalu telan."
Dia menutup hatinya tapi terus memberikan perhatian? ck, dia sungguh membuatku kesulitan sebab aku sama sekali tak bisa membaca pikirannya.
TBC🖤
11 Sep 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me✔️
Fanfiction"Jika hatimu sedalam lautan, aku tak pernah takut meskipun aku akan tenggelam di dalamnya." Kisah seorang gadis dengan kekuatan supranatural yang membuatnya bisa membaca pikiran orang lain. Namun dia tak mengerti kenapa dia tak bisa membaca pikiran...