Tzuyu menutup buku peninggalan neneknya. Ia sudah membaca dua kali sampai halaman terakhir buku itu. Namun ia tetap tak menemukan jawaban sama sekali soal kasus di mana ia sama sekali tak bisa membaca hati maupun pikiran Jungkook.
"Ah sudahlah, aku menyerah," gumamnya dengan nada kesal.
"CHOU TZUYU!!!" Teriakan itu sontak membuat Tzuyu menoleh. Ia lalu memutar bola matanya saat mendapati Jungkook duduk di atas sepedanya sambil melambaikan tangan.
"Ck, dia sangat tidak punya kerjaan." Tzuyu turun dari jendela, meletakan buku yang sejak tadi bersamanya, lalu menyisir rambutnya sambil bercermin. Setelahnya ia berjalan keluar dari kamarnya untuk kemudian menemui Jungkook.
Sebenarnya ia sangat malas bertemu dengan Jungkook. Meskipun hanya bersama Jungkook lah ia tak perlu dipusingkan dengan suara hati ataupun pikiran yang pasti terdengar olehnya. Tetap saja ia malas jika harus bersama pria so dingin yang terus mengaduk-ngaduk perasaannya itu.
"Ada apa?" Tzuyu melipat kedua tangannya. Ia juga memberikan tatapan datarnya. "Bukan hal yang penting, bukan?"
"Sore ini sepertinya akan seru bermain sepeda ke taman kota."
"Lalu kenapa kau mengajakku? seperti tak punya teman lagi saja," ujar Tzuyu, membuat Hyunbin yang kini berada di samping mereka berdeham. "Kapan kau ada di sana?"
"Sejak kau bicara padanya. Apa kau tak sadar jika aku datang?" tanya Hyunbin, membuat Tzuyu mengangguk paham.
"Tapi aku--"
"Aku bisa memboncengmu. Naiklah di belakang."
Tzuyu baru ingat jika Jungkook menganggapnya sebagai orang dengan penyakit yang berat. Jika seperti ini ingin rasanya ia mengatakan 'Jungkook, aku tidak sakit!' Tapi hal itu sepertinya hanya akan membuat kenikmatannya. Untuk sementara, ia akan menikmati bagaimana rasanya menjadi seorang putri dengan pangeran dinginnya.
Tzuyu memejamkan matanya, merasakan bagaimana angin mulai berhembus ke arahnya. Ia sungguh bahagia sebab saat ini ia tak mendengar suara hati atau pikiran siapapun.
"Jika kau lelah, katakan saja padaku. Kakimu mungkin saja pegal terus berdiri," ujar Jungkook sambil mengayuh sepedanya. Ia merasa jika pergi keluar rumah adalah hal paling menyenangkan untuknya. Apalagi karena rumah yang ia tinggali merupakan tempat kejadian paling menyeramkan dalam hidupnya terjadi.
"Apa kau suka jalan-jalan seperti ini?"
"Tidak. Aku lebih suka diam di rumah. Pergi keluar sama saja dengan membuat masalah," jawab Tzuyu sambil menikmati pemandangan senja di tepi sungai. Ah andai saja ia sama seperti manusia pada umumnya, ia akan sering-sering jalan-jalan sore di sana.
Tzuyu merasa bingung saat Jungkook tiba-tiba saja menghentikan sepedanya. "Kenapa berhenti?"
Jungkook menghentikan sepedanya dekat seorang pedagang ice cream, membuat Tzuyu dengan refleks ikut turun. Mana mungkin jika ia tetap berdiri di atas sepeda Jungkook sedangkan Jungkook turun. Yang ada ia akan terjatuh.
Beberapa suara hati mulai ia dengar. Bahkan cuplikan-cuplikan pikian orang juga mulai masuk ke dalam pikirannya, membuatnya hanya mendesah kesal.
Tzuyu menoleh ke arah kanan, mendapati seorang gadis sebayanya yang berdiri di sana. Ia berjalan mendekat sebelum akhirnya ikut meletakan tumpukan tangannya pada pagar besi putih yang ada di hadapannya.
"Apa aku harus mengakhiri hidupku saja?" Itulah alasan kenapa Tzuyu menghampiri gadis itu. Bahkan cuplikan mengenai pembullyan terlihat jelas oleh Tzuyu. Tzuyu hanya berharap jika dirinya cukup kuat agar tak kembali pingsan seperti yang terakhir kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me✔️
Fiksi Penggemar"Jika hatimu sedalam lautan, aku tak pernah takut meskipun aku akan tenggelam di dalamnya." Kisah seorang gadis dengan kekuatan supranatural yang membuatnya bisa membaca pikiran orang lain. Namun dia tak mengerti kenapa dia tak bisa membaca pikiran...