#1 Kelebihan atau Kutukan

1.1K 157 25
                                    

"Noona tak tahu jika aku menyembunyikan ponselnya di atas lemari." Suara hati sang adik sukses membuat Tzuyu menyunggingkan senyumnya. Dia lantas menatap lemari tempat dimana adiknya menyembunyikan ponselnya.

Tzuyu mengaduk makanannya dengan wajah menahan kesalnya. "Lain kali menyembunyikannya lebih jauh lagi."

Sang adik hanya memasang wajah tak percayanya. Dia pikir kemampuan yang selali dielu-elukan keluarga mereka hanyalah sebuah karangan yang diwariskan secara turun temurun. Ternyata semuanya sangat nyata. Bahkan sudah 3 kali dia melakukan percobaan dan tak sekalipun Tzuyu tak mengetahui isi hatinya.

"Tzuyu bedebah." ledek sang adik dalam hatinya, kembali membuktikan jika sang kakak memang memiliki kekuatan diluar nalar itu.

Tzuyu menatap tajam sang adik sebelum akhirnya melempar sendok ke arahnya. "Yak! kau sungguh keterlaluan!"

"Tidak perlu bertengkar, ini masih sangat pagi," ujar nyonya Chou yang membuat pertengkaran kakak-beradik itu harus terhenti begitu saja.

Chou Tzuyu, nama cantik yang kedua orang tuanya berikan. Dengan rambut panjang sepunggung, manik hazel indah, dan lesung pipi, membuat Tzuyu menjadi gadis yang selalu jadi incaran banyak pria di sekolahnya.

"Aku berangkat," ujar Tzuyu sambil berjalan menuju lemari untuk mengambil ponselnya. Dia lalu pergi keluar, membuat Wenghua--sang adik--memilih meletakan makanannya dan menyusulnya.

"Noona, kau sungguh bisa mendengar apa yang ku katakan dalam hati?" tanya Wenghua yang membuat Tzuyu tak menanggapinya. Tzuyu hanya memasang earphone ke telinganya dan memilih langsung naik ke dalam bus.

"Noona," rengek Wenghua yang membuat Tzuyu memutar malas kedua bola matanya. Dia lantas mengangkat kedua kakinya agar tak menapak di lantai bus itu.

"Ya, tapi itu tak terlalu penting untuk kau tanyakan." Tzuyu kembali memasang earphone di telinganya lalu kembali menapakan kakinya.

Pergi keluar rumah tanpa earphone memang hal yang cukup menyebalkan untuknya. Terlebih karena dia akan mendengar banyak suara hati orang hanya karena menapak. Itulah kenapa dia lebih sering mendengarkan musik kapanpun dan dimanapun.

Tzuyu menghela napasnya begitu sampai ke sekolah lalu memilih untuk melepas earphonenya. "Wenghua, kau duluan saja."

"Kali ini jangan membuat masalah," peringat Wenghua yang membuat Tzuyu mengangguk malas. Dia tak tahu kenapa adiknya itu terlalu banyak ceramah padanya.

Langkahnya kini mengarah pada taman belakang sekolahnya--taman yang sudah sangat jarang dipakai sebab pihak sekolahnya sudah membangun taman lain di sisi lain sekolahnya.

Tzuyu meraih tas salah satu anak kelas 11 yang akan membully adik kelasnya. "Permisi nona Jang, aku rasa ini terlalu pagi untuk masuk ruang BK."

Gadis itu hanya mendelik lalu berbalik. "Yak! memangnya kau siapa?"

Tzuyu menatap kukunya dengan tampang yang membuat gadis itu merasa sebal. "Ck, kau sungguh tak tahu? Chou Tzuyu. Chou, Tzuyu," eja Tzuyu yang diakhiri dengan seringaiannya. "Sudah berapa lama kau sekolah di sini sampai kau tak tahu diriku?"

"Bedebah sialan!"

Tzuyu terkekeh mendengar umpatan gadis itu dalam hatinya. Dia sungguh tak percaya jika gadis di hadapannya benar-benar menantangnya. "Apa yang harus aku lakukan pada gadis pengumpat sepertimu? skors? ah tidak-tidak, aku rasa membersihkan kamar mandi sekolah jauh lebih menyenangkan untuk kalian."

Tzuyu bersiul sambil berlalu, membuat gadis itu melempar sepatunya. "Dasar gadis menyebalkan," gumam Tzuyu yang kemudian berbalik. Dia berusaha memasang wajah biasa saja meskipun sepatu itu tepat mengenai kepalanya.

"Dia hanya so pahlawan." Suara itu kembali membuat Tzuyu yang kini memungut sepatu itu menyeringai. Dia lantas berjalan mendekat dan memberikan sepatu itu.

"Aku memang so pahlawan. Tapi setidaknya aku melakukannya sendiri dibanding atasan kalian ini yang hanya berani saat dia bersama temannya," ujar Tzuyu yang kemudian mendekatkan wajahnya, membuat gadis Jang itu mulai takut. Namun hal ini justru membuat Tzuyu tersenyum lalu kembali menjauhkan wajahnya. "Ck, itu terdengar seperti pengecut bukan?" decak Tzuyu penuh cemooh. Dia lantas menarik tangan sang adik kelas untuk ikut dengannya.

"Sangat menyebalkan." Tzuyu kembali menyeringai kala suara itu mulai terdengar lagi. Dia lalu berbalik, menatap ketiga gadis yang satu angkatan dengannya itu dengan tatapan penuh cemooh.

"Karena kalian tak bisa berkutik, dia jadi tawananku." Tzuyu langsung berlalu bersama sang adik kelas, membuat ketiga gadis di sana masih menatap Tzuyu dengan tatapan tak percayanya sebab Tzuyu bisa membaca hati mereka.

Namun siapa sangka? adik kelasnya itu cukup takut pada Tzuyu sebab dia melihat secara langsung bagaimana Tzuyu mengalahkan 3 orang yang tadi membullynya itu.

"Ma-maaf..."

Tzuyu menghentikan langkahnya lalu berbalik. Dia tersenyum dengan manis hingga membuat lesung pipi juga ikut mempermanis senyumnya. "Aku bukan hantu, jadi jangan pernah takut."

"Tapi..."

"Jika kau kembali dibully, jangan ragu untuk melawan. Jangan lupa untuk memanggilku juga," ujar Tzuyu sebelum akhirnya dia berlalu sambil memasang earphone di kedua telinganya--berjalan dengan keren layaknya seorang model yang sedang melakukan catwalk.

Semua tatapan kini tertuju padanya, membuat Tzuyu semakin menaikan volume dari lagu yang sedang dia putar sekarang. Dia sungguh malas mendengar umpatan dan hinaan yang tak jarang dia dengar dari hati orang-orang yang dia lewati.

"Seperti biasanya terlalu banyak orang munafik," gumam Tzuyu dengan nada sangat pelan saat dia memasuki kelasnya.

Duduk di bangku paling belakang memang suatu kenikmatan untuk Tzuyu dimana dia tak perlu bergabung dengan teman sekelasnya yang lain dan bisa menyendiri di sana. Dia bukan tak ingin berteman. Hanya saja sebagian besar orang yang menjadi temannya selalu merasa tak suka pada Tzuyu dan mengungkapkannya lewat hati mereka. Itulah sebabnya Tzuyu memilih untuk menepi dari pergaulan.

Memiliki kekuatan supranatural memang selalu diinginkan oleh banyak orang. Tapi tidak dengan Tzuyu. Dia sungguh merasa tersiksa karena kekuatan supranatural yang diturunkan secara turun-temurun dari nenek moyangnya itu. Dia merasa jika kekuatannya itu hanya membuatnya terus mengalami perang batin sebab dia bisa mengetahui apapun yang seseorang sembunyikan.

Tzuyu melepas earphonenya, membuat berbagai suara mulai dia dengar. Dari mulai ucapan yang menjelekan dirinya sampai gemuruh hati seseorang yang berada dalam kelasnya.

"Aish." Tzuyu tak sengaja mengumpat saat cairan merah itu mulai keluar dari hidungnya. Ini memang selalu terjadi jika ada banyak orang di sekitarnya yang bicara lewat batin mereka.

Tzuyu mulai membersihkan darah itu, membuat beberapa teman di kelasnya mulai menatapnya, menganggap jika Tzuyu memang mengidap suatu penyakit berbahaya.

"Baguslah jika kau sakit, artinya tak akan ada saingan lagi untuk mendapat juara pertama."

"Kau hanya berpura-pura, Tzuyu. Kau ingin dapat perhatian, bukan?"

"Tzuyu, kau temanku, bukan? kenapa kau tak ingin cerita padaku?"

Tzuyu menyeringai mendengar satu ucapan yang bisa dibilang peduli padanya. Mungkin dari satu kelas ini hanya ada 2 atau 3 orang yang benar-benar peduli padanya. Namun Tzuyu memilih untuk menjauh sebab dia tak ingin jika dia membenci temannya sendiri jika suatu saat salah satu dari mereka menyimpan dendam pada dirinya.

Maaf, tapi aku sudah sering perang batin karena mendengar suara hati keluargaku. Aku tetap menganggap kalian temanku. Hanya saja aku tak akan bisa lebih dekat dengan kalian.



TBC🖤

29 Aug 2020

Kejutan nih👀

Let Me✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang