Kejadian memalukan itu sepertinya benar-benar melekat di pikiran Tzuyu. Ia bahkan sampai memutuskan untuk tetap di dalam kamar dibanding harus bertemu Jungkook. Yang ada ia akan lebih malu lagi nantinya.
"Aish, kenapa aku begitu bodoh?" Tzuyu mengakhiri kalimatnya dengan pukulan pelan di bibirnya. Ia sungguh menyesal karena ia malah menghabiskan hampir seluruh stok bir yang ada di kulkas Jungkook.
"Aish, aku tahu jika aku akan sangat menyebalkan saat mabuk dan aku malah mabuk? Bodohnya aku." Tzuyu mengacak rambutnya, berharap jika yang terjadi hanyalah sebuah mimpi. Mungkin jika ia tahu akan mencium Jungkook, ia pasti tak akan mabuk. "Sayangnya aku tak bisa meramal masa depan."
Suara pintu terbuka, membuat Tzuyu dengan cepat menoleh.
"Kau belum sarapan, Tzuyu. Apa kau marah padaku? Jika kau marah, lebih baik tak melewatkan sarapan. Soal pekerjaan, aku akan mencarikannya untukmu. Tapi kali ini, kau harus sarapan dulu."
Tzuyu hanya menatap Jungkook yang kini terus mengoceh sambil mempersiapkan meja kecil yang kemudian ia letakan beberapa makanan di atasnya.
"Meja ini selalu ku gunakan jika aku sedang sakit. Tapi aku rasa ini akan sangat berguna bagimu karena kau tidak mau sarapan bersamaku. Jadi, sekarang kau harus makan."
"Jungkook."
Jungkook yang berniat pergi, kembali berbalik. "Apa ada yang kau butuhkan?"
"Maaf."
Jungkook tersenyum kemudian duduk di tepi ranjang. Tangannya meraih sendok kemudian mulai menyendok sup yang ia buat pagi ini. "Kau harus makan. Bukan meminta maaf."
"Aku pasti sangat merepotkan. Kau bisa menghukumku dan aku berhutang soal bir itu."
Jungkook mulai memasukan sesendok sup itu ke mulut Tzuyu kemudian kembali tersenyum. "Lupakan soal itu. Aku tidak marah. Hanya saja jangan minum bir lagi karena kau benar-benar tak terkendali."
Tzuyu benar-benar merasa bersalah. Seharusnya ia tak merepotkan Jungkook dan bekerja. Tapi Jungkook melarangnya bekerja. Lalu apa tujuannya datang ke sana? Bagaiamana juga dengan impiannya untuk duduk di meja kerja seperti tokoh utama wanita yang biasanya berada di drama-drama yang ia tonton?
"Kabar bagus karena kau bisa bekerja bersamaku. Tapi kau harus mengendalikan dirimu karena akan banyak sekali orang di sana."
"Kau yakin?" tanya Tzuyu, membuat Jungkook dengan segera mengangguk dan kembali menyuapi Tzuyu.
"Pak Hyeongjun yang bilang. Kau ingat pria yang Haru sebut sebagai Ayahnya? Dia bilang kau bisa bekerja sebagai pegawai magang di sana. Itu akan menyenangkan, bukan?"
Senyum Jungkook benar-benar membuat Tzuyu merasa jika yang ada di hadapannya ini bukanlah Jungkook yang sebelumnya ia temui di sekolah menengah. Bahkan ia tak melihat sama sekali ketakutan dari tatapan Jungkook.
Tzuyu menggenggam tangan Jungkook, menghentikan aktivitas pria yang kini tengah menyuapinya.
"Apa kau sudah merasa kenyang? Jangan bilang jika kau melakukan diet karena aku tak akan membiarkanmu melakukannya."
"Apa aku membuat harapanmu semakin besar? Jungkook, jika aku punya pilihan, aku pasti akan memilih untuk kehilangan kelebihanku saja."
Jungkook tersenyum. "Tzuyu, kau seharusnya tidak menghilangkan apa yang selama ini bersamamu. Aku sudah bilang jika aku tak masalah mencintai tanpa balasan."
"Bagaimana jika pada akhirnya--"
"Kau hanya bisa membaca hati atau pikiran, bukan masa depan. Ayo buka mulutmu lagi."
Tatapan Tzuyu benar-benar sulit diartikan oleh Jungkook. Meski begitu, Jungkook tak ingin jika Tzuyu bersikeras untuk menghilangkan kelebihannya hanya untuk mencintai dirinya.
Jungkook, aku hanya tak ingin mendengar suara hati yang ternyata berlawanan dari apa yang ingin aku dengar darimu. Aku yakin hal itu akan sangat menyakitkan.
Yap, inilah alasan utama kenapa kelebihan yang dimiliki seluruh wanita keluarga Chou. Kelebihan mereka hanya akan membuat sebuah hubungan mudah retak. Apalagi hati adalah yang paling jujur dibanding mulut.
Tzuyu pernah membaca itu dalam buku tua yang ibunya berikan. Tapi satu kutipan yang membuatnya yakin kelebihannya tak akan hilang adalah tentang salah satu buyutnya yang tak kehilangan kelebihan itu walaupun ia jatuh cinta pada seseorang.
Ia hanya berharap keajaiban itu akan datang padanya.
*
*
*"Tzuyu, kau baik-baik saja?" Jungkook sedikit bingung saat Tzuyu terus melamun di meja kerjanya. Gadis itu seolah tenggelam dalam pikirannya sejak tadi, membuat Jungkook merasa sangat khawatir.
"Tidak, aku baik-baik saja. Apa kau butuh sesuatu? Kau ingin minum kopi? Atau mencetak sesuatu?"
"Aku yakin ada hal yang kau sembunyikan. Ayo katakan," ujar Jungkook yang membuat Tzuyu menggeleng. Sebenarnya ia cukup bingung karena suara hati yang ada di sekitarnya benar-benar samar. Bahkan Jungkook yang kini berdiri di hadapannya saja tak terdengar suara hatinya.
"Tzuyu? Kau sungguh baik-baik saja?" tanya Jungkook, membuat Tzuyu kembali tersadar dari lamunan singkatnya.
Tzuyu tersenyum kemudian menggeleng. "Aku akan membuatkan kopi untukmu. Ak--"
"Kau sungguh tak mau mengatakannya padaku?"
Tzuyu tertawa palsu, berusaha terlihat seperti biasanya. "Apa yang harus ku katakan jika tak ada yang terjadi padaku? Tunggu di sini, aku akan membuatkan kopi untukmu."
Apa ini rasanya kehilangan? Aku harus menanyakannya pada Eomma.
Sepertinya karena melamun, Tzuyu sama sekali tak menyadari ada orang yang berjalan berlawanan arah dengannya. Hingga pada akhirnya ia terjatuh karena bertabrakan.
"Nona, kau baik-baik saja? Seharusnya kau lebih berhati-hati."
Tzuyu meraih tangan pria yang menawarkan bantuannya. "Maaf. Aku sedang memikirkan sesuatu tadi. Itulah kenapa aku tidak sadar jika kau berjalan di hadapanku."
"Ah, tidak apa-apa."
Tzuyu merasa sedikit aneh pada pria itu. Pria yang menggunakan seragam khas petugas kebersihan itu terasa sangat tak asing untuk Tzuyu. Tatapan itu benar-benar ia kenali. Tapi ia memutuskan untuk tak mencari tahu lebih jauh dan memilih berjalan ke ruangan tempat di mana ia bisa membuat kopi untuk Jungkook.
Tzuyu lagi-lagi melamun sembari menunggu kopinya. Perasaannya kalut menyusul kejadian di mana ia sama sekali tak bisa mendengar suara hati ataupun pikiran dengan jelas. Dengan begini, ia sungguh tak yakin bisa membantu Jungkook untuk menemukan Ayahnya.
"Kenapa harus terjadi sekarang?" Tzuyu pikir kelebihannya tak akan hilang karena ia menyatakan perasaannya pada Jungkook saat ia dalam pengaruh minuman beralkohol itu. Tapi kenyataannya, perlahan kelebihan itu seolah memudar layaknya warna pada baju yang sudah sering dipakai.
Jungkook jadi memikirkan soal Tzuyu. Ia merasa jika sesuatu terjadi pada Tzuyu. Itulah kenapa Tzuyu terus saja melamun di meja kerjanya.
Satu hal yang semakin membuat Jungkook yakin ada hal yang aneh pada Tzuyu adalah Tzuyu yang tak marah padahal dirinya jelas-jelas mengumpat dalam hati tadi.
"Apa Tzuyu kehilangan kelebihannya? Aigo, ini benar-benar masalah yang besar. Aku akan bicara padanya." Jungkook memutuskan untuk menyusul Tzuyu. Ia yakin jika Tzuyu akan berusaha keras agar bisa mendengar suara hati lagi.
TBC🖤
19 Oct 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me✔️
Fiksi Penggemar"Jika hatimu sedalam lautan, aku tak pernah takut meskipun aku akan tenggelam di dalamnya." Kisah seorang gadis dengan kekuatan supranatural yang membuatnya bisa membaca pikiran orang lain. Namun dia tak mengerti kenapa dia tak bisa membaca pikiran...