Hyunbin berdeham saat ia dan Jungkook tiba di depan rumah Tzuyu. Ia sungguh tak percaya jika Jungkook yang selama ini dingin berubah menjadi pria yang sangat peduli. Bahkan saat ini Jungkook membawakan buah-buahan untuk Tzuyu.
Suasana rumah Tzuyu benar-benar sepi, membuat Jungkook urung untuk sekedar menekan bel yang terdapat tepat di luar pagar hitam nan tinggi itu. Ia merasa jika saat ini Tzuyu dan keluarganya tak ada di rumah.
"Apa dia pergi ke rumah sakit?" tanya Jungkook, membuat Hyunbin dengan segera mengangkat kedua bahunya. "Aku rasa sakitnya Tzuyu parah."
"Memangnya dia kenapa?"
Jungkook menghembuskan napas beratnya sebelum akhirnya memutuskan untuk pulang saja. Ia tak yakin jika Tzuyu memang ada di rumahnya.
"Jungkook, ini kali pertamanya kau peduli pada seseorang."
Jungkook terkekeh miris mendengarnya. Apa ia sedingin itu hingga Hyunbin menganggap ia tak bisa mempedulikan orang lain? Tapi ucapan Hyunbin memang ada benarnya. Bahkan selama ini Jungkook tak pernah menanyakan kabar Hyunbin sama sekali meskipun mereka merupakan sahabat masa kecil.
Suasana hangat. Suasana hangat sambil mendorong sepeda masing-masing dan berbincang, membuat Jungkook akhirnya sadar. Tak semua orang akan membencinya hanya karena masa lalunya. Tapi satu hal, ia masih enggan untuk membuka hatinya untuk siapapun. Ia tak bisa percaya dengan mudah dan menceritakan segala hal yang ia rasakan.
Tzuyu masih terbaring sambil memejamkan matanya. Tubuhnya menggigil namun buliran keringat itu tak kunjung kering dari pelipisnya. Ini memang hal yang sudah biasa terjadi. Tapi tetap saja Tzuyu membuat Wenghua dan Ibunya merasa sangat khawatir.
"Biarkan Kakakmu istirahat. Jangan dekati dia sebab itu hanya akan membuat kondisinya semakin buruk."
Wenghua mengangguk meskipun ia sangat ingin duduk di samping Tzuyu sambil menggenggam tangannya. Namun ia tahu hal itu menjadi pantangan untuknya. Apalagi karena Tzuyu bisa mendengar suara hatinya.
"Eomma, kenapa Noona harus menerima kekuatan yang justru seperti kutukan itu?" tanya Wenghua sambil menuruni anak tangga, mengekori sang Ibu. "Kenapa tak pria saja yang menerimanya?"
Nyonya Chou berbalik. Ia menampilkan senyumnya kemudian menarik tangan putra bungsunya untuk kemudian duduk di sofa. Tak akan nyaman jika ia harus menjelaskannya sambil berdiri, bukan?
Nyonya Chou meraih tangan Wenghua. "Begini, setahu Eomma, saat penjajahan dahulu banyak wanita yang menjadi korban pelecehan. Dari sana Nenek dari Neneknya Eomma mengucapkan sumpah serapah hingga akhirnya keluarga Chou benar-benar mendapat kemampuan membaca pikiran. Mungkin ini terdengar tak masuk akal. Tapi itu sungguh terjadi dan semenjak saat itu, tak lagi ada pelecehan sebab mereka sudah terlanjur mengetahui pikiran pada tentara itu."
"Benarkah?" tanya Wenghua masih dengan wajah tak percayanya. Ya, ini sudah seperti cerita dongeng yang masih belum jelas kebenarannya. Bukankah memang terdengar sangat mustahil?
"Iya, itu memang kenyataannya."
*
*
*Ting Tong!
Meski dengan ragu, Jungkook menekan bel rumah Tzuyu, berharap ada orang di sana. Ia sungguh khawatir dengan kondisi Tzuyu. Terlebih karena saat di sekolah gadis itu terlihat sangat pucat.
"Selamat malam, Imo." Jungkook tersenyum setelah nyonya Chou membuka gerbang.
"Ah, tidak perlu memanggil seperti itu. Panggil saja WenTzu Eomma," jelas nyonya Chou yang kemudian membuat Jungkook tersenyum. "Kau temannya Wenghua?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me✔️
Fanfiction"Jika hatimu sedalam lautan, aku tak pernah takut meskipun aku akan tenggelam di dalamnya." Kisah seorang gadis dengan kekuatan supranatural yang membuatnya bisa membaca pikiran orang lain. Namun dia tak mengerti kenapa dia tak bisa membaca pikiran...