"Nak, apa ini sebuah mimpi?" Seorang pria paruh baya mengakhiri kalimatnya dengan senyuman. Beberapa tahun berlalu dan pada akhirnya ia kembali melihat wajah putri kesayangannya. Satu hal yang membuatnya heran adalah kenapa Tzuyu tak menjawab bahkan saat dirinya menyapa melalui hati?
Chou Chen. Ayah kandung Tzuyu yang ternyata masih hidup hingga saat ini. Sebenarnya ia tak meninggal. Ia hanya pergi dari rumahnya setelah melihat kejadian menyeramkan yang menimpa Jungkook.
Ya, Chen ada di TKP saat kejadian yang merenggut nyawa Ibunya Jungkook terjadi. Itulah kenapa ia memilih untuk pergi dari rumah dan meminta seseorang untuk menyatakan jika dirinya tiada. Bahkan ia sampai membuat identitas baru dengan nama Jo Jaewook dari sebuah perusahaan ilegal.
Ia memang ingin sekali tetap tinggal bersama keluarga kecilnya. Tapi karena ia tak ingin Ayah Jungkook mengincar keluarganya, Chen memutuskan untuk pergi meski dengan berat hati.
Jungkook baru saja selesai bicara dengan kliennya guna menggali informasi lebih dalam mengenai kasus yang saat ini ia tangani. Ia kemudian menghampiri meja kerja Tzuyu, berniat menghibur gadis itu dengan menuliskan pesan singkat pada sticky note. Setelahnya, ia menempelnya di layar monitor di hadapan Tzuyu.
Tzuyu-ya, apa kau ingin makan chukkumi? Ayo kita makan siang di luar.
Tzuyu membacanya. Ia lantas menggeleng pelan, membuat Jungkook kembali menulis pesan singkat lagi pada sticky note berwarna kuning lalu menempelnya lagi.
"Jungkook, aku tidak lapar."
"Aku tahu kau merasa sedih sekarang. Ayo makan ice cream," ujar Jungkook namun tetap saja Tzuyu menolak.
"Jungkook..."
"Suasana hatimu sedang sangat buruk. Aku tak mau kau membuat kekacauan nantinya."
Tzuyu berdecak kesal mendengar pernyataan Jungkook. Bukankah itu mengatakan secara tak langsung jika ia memang biang dari masalah?
"Makanya ayo makan ice cream. Dari sumber yang ku baca, ice cream bisa membuat suasana hatimu membaik. Kau tidak percaya? Ayo buktikan." Jungkook tak peduli meski Tzuyu akan menolak. Lagipula suasana hatinya sudah sangat buruk dan tak akan mungkin jika Jungkook membiarkannya.
Sesaat Tzuyu merasa jika ia melupakan kesedihannya. Setelah ia menceritakan segalanya pada Ibunya, ia benar-benar sedih karena Ibunya mengatakan jika kelebihannya itu memang lenyap. Jika sudah seperti ini, ia menyesal sudah mengatakan jika ia rela kehilangan kelebihannya demi Jungkook.
Tzuyu merasa jika dirinya benar-benar hampa saat ini. Biasanya kemanapun ia pergi, ia tak akan merasa kesepian sebab ia bisa mendengar suara hati dari orang-orang yang berdiri di sekitarnya.
Jungkook benar, kehilangan apa yang sudah melekat sejak awal hanya membuatku merasa hampa.
Jungkook melirik Tzuyu, berharap jika Tzuyu akan mengatakan sesuatu karena sejak tadi, Tzuyu hanya menutup mulutnya.
Ponsel Jungkook berdering, membuat Jungkook dengan segera mengangkatnya. "Aku ada sedikit urusan, bisa diundur besok?"
"..."
"Baiklah, terimakasih," ujar Jungkook yang kemudian kembali meletakan ponselnya ke dalam saku.
Aku harus mencari cara agar Tzuyu tak merasa sedih lagi. Jungkook berdiri di hadapan Tzuyu, membuat gadis Chou itu sedikit terkejut dibuatnya.
"Ish, kau mengagetkanku."
Jungkook hanya tersenyum sebagai jawaban. Selanjutnya, ia meraih tangan Tzuyu kemudian menggenggamnya. "Hari ini batalkan semua janji temuku atau apapun itu. Ayo berkencan."
"Berkencan?"
"Eoh. Berkencan," jawab Jungkook yang kini mulai melangkah. "Aku tahu dimana tempat yang bagus."
*
*
*Tzuyu hanya memasang ekspresi tak berarti sambil terus menyendok ice cream yang ia pesan. Kehilangan kelebihannya sama seperti kehilangan semangat hidup. Tzuyu benar-benar tak tahu jika efeknya akan sebesar ini.
"Kau mau makan apa setelah ini?"
"Kalian ada di sini? Woah, sangat kebetulan sekali."
Jungkook memutar jengah kedua bola matanya melihat bagaimana Haru yang tiba-tiba saja duduk di sampingnya.
"Ngomong-ngomong, kenapa kau terlihat muram?"
"Bukan urusanmu," ketus Tzuyu tanpa menatap Haru sedikitpun. Ia sudah terlanjur kesal pada gadis bermarga Yoon itu saat pertama kali mereka bertemu.
Haru mengulurkan tangannya. "Bagaimana jika berteman? Tenang saja, aku tak akan mendekati Jungkook. Dia terlalu menyebalkan karena tak kunjung membalas perasaanku."
Tzuyu hanya melirik Haru. Namun beberapa detik berikutnya, ia menyambut uluran tangan Haru. "Baiklah."
Tzuyu kembali memakan ice cream-nya, membuat Jungkook lagi-lagi menghela napas. Ia sungguh kehabisan cara bagaimana membuat Tzuyu kembali menjadi Tzuyu yang banyak bicara. Bahkan reaksinya saat Haru datang juga biasa saja.
"Tzuyu?" Jungkook dengan segera memberikan sapu tangan pada Tzuyu. Ya, kali ini Tzuyu kembali mimisan. "Aku rasa lebih baik kita pulang saja. Kau sepertinya kurang sehat."
"Ck, apa kalian pergi saat aku baru saja datang? Aku sudah susah-susah mencari melalui GPS dan kalian akan pergi begitu saja?" protes Haru yang sepertinya tak terlalu digubris oleh Jungkook. Pria Jeon itu nampaknya lebih mementingkan Tzuyu saat ini.
"Aish, mereka benar-benar menyebalkan," gumam Haru saat Jungkook dan Tzuyu benar-benar pergi.
"Kau memaksakan dirimu?" tanya Jungkook yang membuat Tzuyu menggeleng. "Lalu kenapa kau sampai mimisan seperti ini?"
"Jungkook, aku benar-benar tak mengerti kenapa aku tidak bisa melakukannya. Semuanya hanya terdengar samar."
"Tzuyu, seharusnya kau tak memaksakan dirimu. Aku yakin, kelebihanmu itu tidak hilang. Hanya saja saat ini energimu sedang tidak stabil."
Tzuyu hanya terkekeh kemudian menggeleng setelah mendengar ucapan Jungkook. Ia bahkan tak yakin jika kelebihannya akan kembali.
"Eh? Kenapa jadi menangis?" Jungkook mengedarkan pandangan dengan panik saat Tzuyu tiba-tiba saja menangis. Ia takut jika orang-orang disekitar menuduhnya yang tidak-tidak. "Aku yakin. Bahkan sangat yakin jika kelebihanmu bisa kembali. Apa aku bisa membantumu?"
"Tidak bisa, Jungkook. Semuanya sudah terlambat."
"Kau menyesal karena mencintaiku?" Jungkook tak tahu kenapa tiba-tiba saja mulutnya mengatakan hal yang demikian.
"Aku tidak menyesal soal itu. Aku menyesal karena aku justru sedih setelah aku mengakuinya."
*
*
*Tzuyu masih menatap jendela besar itu, menampakan lampu-lampu dari gedung dan juga lampu jalan yang menurutnya terlampau indah dengan latar langit senja.
"Kau suka dengan jendela ini?" tanya Jungkook saat ia duduk di samping Tzuyu. "Aku sebenarnya selalu benci melihatnya."
"Waeyo?"
"Dengan begini, aku bisa melihat hampir seluruh kota. Tapi aku sama sekali tak bisa menemukan kriminal itu."
Tzuyu menoleh kemudian tersenyum. "Aku yakin kita pasti bisa menemukan dia dan menghukumnya." Tzuyu meraih tangan Jungkook dan menggenggamnya. "Aku pasti akan membantumu."
Jungkook tersenyum. Ia tahu jika Tzuyu pasti selalu ada untuknya.
Perlahan wajahnya mulai mendekat, membuat Tzuyu memejamkan mata saat hembusan hangat itu menerpa wajahnya. Hingga akhirnya ia kembali membuka mata saat benda kenyal itu menempel di bibirnya. Sayangnya itu tak berlangsung lama. Jungkook kini mendekatkan wajahnya ke telinga Tzuyu.
"Saranghae, Chou Tzuyu."
TBC🖤
20 Oct 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me✔️
Fanfic"Jika hatimu sedalam lautan, aku tak pernah takut meskipun aku akan tenggelam di dalamnya." Kisah seorang gadis dengan kekuatan supranatural yang membuatnya bisa membaca pikiran orang lain. Namun dia tak mengerti kenapa dia tak bisa membaca pikiran...