You . 56

579 72 38
                                    

Yena terdiam menatap putranya itu yang kini telah berubah menjadi amat sangat pendiam. Bahkan untuk sekedar bercerita saja terkadang harus Yena duluan yang bertanya.

Junhee itu sangatlah mirip dengan Baekhyun jadi tentu saja sikapnya yang berubah setotal ini tak seperti biasanya jelas membuat Yena menjadi khawatir dan juga cemas.

"Junhee, eomma sudah masakan sup ini khusus untukmu, kau yakin tidak mau makan sayang?" Tanya Yena mencoba lebih bersabar.

Bocah imut itu hanya menggelengkan kepalanya lemah menatap sendu pada mangkuk berwarna biru miliknya berekspresi wajah hampir menangis di hadapan ibunya itu.

Demi Tuhan, Junhee sungguh tidak pernah serewel ini hanya untuk makan, terlebih pada makanan favoritnya. Karena biasanya putranya itu akan paling lahap dengan cepat menghabiskan makanannya tanpa tersisa sedikit pun.

Tapi lihatlah sekarang, bahkan ini sudah hampir setengah jam Yena membujuk Junhee untuk makan makanannya meski hanya sesuap. Sup yang semula hangat pun sudah terasa dingin sekarang.

"Junhee tidak sayang pada eomma? Kenapa tidak mau makan, hem?"

"Sup ini juga kesukaan appa, Junhee tidak mau makan jika tidak ada appa." Ucapnya lirih menahan tangisan.

Yena menghela nafasnya kasar, kepalanya sudah mendongak mencoba untuk tak mengeluarkan air matanya sekarang juga di hadapan putranya itu. Berusaha tegar dan juga kuat.

"Tapi appa sedang sibuk sekarang, Junhee makan bersama eomma saja ya? Bukankah biasanya kita juga makan hanya berdua?" Bujuknya sekali lagi sambil tersenyum.

Junhee menggelengkan kepalanya lagi, lalu mendongak menatap ibunya itu sendu, "eomma bilang, kita hanya tinggal sementara di sini. Lalu mengapa sampai sekarang kita tidak pulang ke rumah? Bukankah eomma selalu mengkhawatirkan appa? Dan eomma juga tahu appa tidak suka sendirian di rumah. Jadi ayo kita pulang eomma. Aku ingin bersama appa."

Yena mengalihkan pandang menatap arah lain mencoba mengusap air matanya yang sudah mengalir membasahi pipi setelah mendengar perkataan putranya itu yang sangat miris untuk di dengar.

Jika ini semua tak terjadi bahkan bayangan untuk hidup hanya bersama anak-anaknya pun takkan pernah terlintas di pikirannya, menyewa di apartement baru, dan sampai harus hidup berhemat dengan sang putra dan calon anaknya yang masih berada dalam kandungan. Ini semua tak pernah terbayangkan oleh Yena.

"Eomma menangis? Maafkan Junhee eomma.. Junhee tidak bermaksud membuat eomma bersedih."

Yena menggelengkan kepalanya menatap putranya itu sambil mengulas senyum hangat, mencoba menutupi.

"Tidak sayang, Junhee tidak salah, eomma tidak menangis karena Junhee.. sekarang jika tidak mau eomma bersedih bisakan Junhee membantu eomma untuk tidak rewel, hem? Jadilah kakak yang baik untuk adik bayi. Bisa?"

Seketika itu juga tangan mungil Junhee terulur menyentuh perut yang mulai membuncit milik ibunya itu dan mengusap-usapnya pelan.

"Maafkan Junhee ya adik bayi. Ayo kita jaga eomma sama-sama." Ucap bocah itu antusias.

Tanpa Junhee sadari, Yena yang menatap putranya itu hanya bisa menggigit bibir bawahnya mencoba menahan isakan tangisnya yang mulai deras.

"Lihatlah putramu Baekhyun, bahkan ia sudah pandai menjaga adiknya dengan sangat baik sekarang." Lirihnya dalam hati. Miris.

🍀

Kai melipat kedua tangannya menatap tajam ke arah Baekhyun penuh amarah. Jika saja Saera tak mewanti-wantinya untuk tidak menggunakan kekerasan maka bisa di pastikan pipi mulus sepupunya itu pasti sudah lebam akibat kepalan tangannya sekarang.

YOU 2 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang