Happy birthday Namjoonie 🎉
Blue, still Don't
Ruang kamarnya ia biarkan gelap, bahkan Seokjin tak ingin repot-repot bangkit dari ranjang empuknya. Biasanya ia akan segera terbangun, merapikan Kasur lalu bergerak menuju dapur dan menyiapkan sarapam untuk kedua buah hatinya.
Tapi kali ini Seokjin masih ingin berdiam.
Ia bahkan sulit tidur semalam. Bayang-bayang tentang masa lalunya terngiang, bagaimana orang tua Kangjoon atau khususnya Ibu Kangjoon yang sama sekali tak peduli padanya. Bagaimana Ibu Seungho yang hanya berlutut padanya meminta maaf agar anaknya tak Seokjin laporkan—tanpa menanyakan kondisi Seokjin sama sekali. Jika diingat-ingat, ia tak pernah mendapat orang tua yang baik selain orang tuanya sendiri.
Kini orang tua Namjoon, ia bahkan tak yakin jika mereka menyukai Seokjin. Jeongguk dan Soobin memang pernah datang dan menemui mereka, tapi bukan Seokjin. Kedua anaknya dan dirinya berbeda.
Jika mereka tak menyukai Seokkjin, jika mereka menghina masa lalu Seokjin, jika mereka mencemooh Seokjin, jika mereka memarahi Namjoon karena memilih dirinya—apa yang harus Seokjin lakukan?
Seokjin paham, tidak ada orang tua yang mau anaknya bersama dengan seseorang yang memiliki masa lalu. Seseorang yang cacat dengan masa lalunya, seseorang yang mampu membuat anaknya menjadi perbincangan orang lain.
Bagaimana jika orang tua Namjoon tidak mau menerimanya?
Seokjin jelas tak ingin memiliki hubungan tanpa restu dua keluarga—ia sudah mengalami pahitnya memiliki orang tua yang tak peduli padanya. Orang tua yang tidak peduli pada cucu mereka.
Tapi Seokjin belum ingin meninggalkan Namjoon. Tidak setelah semua ini. Tidak setelah ia mengatakan yakin pada Ibunya.
"Aku memang bodoh atau terlalu terburu-buru?" Monolognya sembari menghela nafas. Memiringkan tubuh lalu memeluk erat selimut putihnya.
"Atau aku berpura-pura sakit?"
Seokjin tak menyangka jika Namjoon akan secepat ini mengajaknya bertemu kedua orang tua Namjoon. Ia bahkan belum menyiapkan apapun. Meski sebenarnya Seokjin tak tahu apa yang harus ia persiapkan.
Dengan tiba-tiba Seokjin menarik ponselnya lalu menekan nomor Yoongi. Ia menggigit bibir bawahnya dengan cepat dan terduduk bersandar pada kepala ranjang. "Halo, Seokjin?"
Seokjin menghela nafas ketika Yoongi mengangkat panggilannya. Ujung jemarinya bermain dengan selimut, tangannya sedikit gemetar dan gugup. "Yoongi sudah bangun?"
"Sudah dari tadi sebenarnya. Aku bangun pagi karena harus membantu Jimin bersiap, dia ada kerja ke luar negeri hari ini."
"Oh.. jadi kau sibuk?"
"Tidak juga, sudah selesai, menunggu Jimin selesai mandi lalu sarapan dan mengantarnya ke bandara."
Seokjin sempat terdiam, gugupnya semakin terasa dan itu membuat jantungnya berdetak dengan kencang. "Kau.. baik-baik saja?"
"Tidak." Jawab Seokjin dengan cepat. "A-aku sedikit takut Yoongi."
"Takut kenapa? Tarik nafas dalam-dalam Seokjin." Seokjin menurut. "Lalu keluarkan. Lakukan sampai tiga kali."
Yoongi sabar menunggu dan dengan samar dapat mendengar suara nafas Seokjin. "Lebih baik?"
"Tidak juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue, still Don't
FanfictionSeokjin merasa ia sudah cukup. Cukup dengan sakit hati Dan rasa malunya. Tapi kenapa dunia selalu mendorongnya menuju labirin biru? mpreg