Blue 1

10K 850 273
                                    

Okay, ready?

CAMERA ONE, START !!

Seokjin berkedip, dadanya bergemuruh dengan gugup sementara tangannya meremas jemari Namjoon dengan kencang. Bahinya terlihat tegang, wajahnya nampak kaku, sesekali ia melirik pada kedua anaknya yang tengah bermain bersama salah satu kru pria yang terlihat masih muda.

Wanita dengan setelan jas berwarna merah muda, rambut yang terkuncir rapi dan bibir yang merah merona tersenyum melirik pada Seokjin dan tangan Namjoon yang setia menggenggam tangan keringat Seokjin.

"Baik akan kita mulai? Sebelumnya terima kasih kepada pada The Kims Group yang bersedia untuk hadir dalam wawancara dimajalah Qnx Max kali ini. Saya ucapkan selamat atas pernikahan kalian, Tuan Kim Namjoon dan Kim Seokjin."

Namjoon tersenyum dengan luwes dan mengangguk. "Jadi bisa saya lanjutkan ke sesi tanya jawab seputar kehidupan keluarga kalian?" Namjoon kembali mengangguk lalu mendekatkan wajahnya pada telinga Seokjin.

"Relaks sayang. Ini tidak menakutkan."

"Boleh ceritakan terlebih dahulu bagaimana kalian bertemu?"

Namjoon tak dapat menolak ketika ada salah satu majalah yang tiba-tiba datang dan ingin memawancarai dirinya dan pernikahan Namjoon. Salah satu alasan ia mau karena ia akan mendapatkan promosi tentang produk baru perusahaannya, dan juga memang nama mereka yang sudah tak asing lagi bagi beberapa masyarakat dan para pebisnis lainnya. Sebenarnya, ini hanya pijakan Namjoon agar produk lebih terjual.

"Aku masih ingat jelas bagaimana aku dan Seokjin bertemu. Kau masih ingat kan sayang?" Seokjin mengangguk kecil lalu melirik pada Namjoon. "Saat itu aku bersama temanku sedang mencari ya seperti makanan ringan ketika malam di salah satu mini market."

"Ohh.. mini market." Goda wanita itu dan membuat pipi Seokjin memerah dan Namjoon yang tersenyum kecil.

"Ya saat itu, dia sedang mencari jelly. Aku memblokir jalannya dan tiba-tiba dia berteriak permisi padaku. Saat itu bagiku juga hanya pertemuan kecil dan asing yang tak berarti apapun." Namjoon kembali melanjutkan. "Lalu pertemuan kedua ketika pagi hari. Di tempat yang sama dan dengan cerita yang sama. Aku memblokir dirinya dari salah satu mesin minuman, dan dia berteriak permisi lagi padaku, akupun terkejut ketika menoleh dan melihatnya lagi."

Seluruh kru dari majalah tersenyum tanpa sadar. "Oh ini seperti kisah cinta dalam film, Namjoon-ssi."

Namjoon tertawa mengangguk. Tangannya terus mengelus punggung jemari Seokjin. "Ya seperti film. Kalau diingat-ingat perjuanganku memang layak untuk dijadikan sebuah film." Namjoon terkekeh dengan kalimatnya. "Seokjin sangat susah di dapat."

"Semakin menarik, bisa ceritakan lebih detailnya Namjoon-ssi?"

"Aku mengejarnya seolah-olah aku bahkan sudah takut kehilangan sebelum mendapatkan Seokjin. Dia bersikukuh menolakku. Aku akan bangun lebih pagi agar dapat datang untuk mengantarnya menuju kantor, itu saja dia menolakku. Banyak cara yang kulakukan, aku juga melakukan kerjasama dengan Googie dan Soobin agar Appa mereka luluh padaku." Seokjin mengerutkan kening menatap Namjoon. "Kata Googie, Appa suka makan, jadi aku sering mengajak mereka makan agar Seokjin menyukaiku."

"Namjoon !!"

Seisi ruangan tertawa sementara Seokjin menghela nafas. "Tidak tidak seperti itu. Kuakui Namjoon memang bebal, tapi tidak seperti itu."

Namjoon menaikkan alis melirik pada Seokjin, akhirnya suami tersayangnya ini mulai berani membuka mulut.

"Kita terus dipertemukan dalam waktu yang tepat. Akupun tidak mengerti dengan hal itu, tapi kuyakin itu salah satu bentuk takdir. Aku saat itu, kuakui aku tidak langsung menyukai Namjoon, bahkan dia terlihat menyebalkan bagiku."

Blue, still Don'tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang