Bibir Seokjin terasa begitu basah, jemarinya saling menggenggam erat ketika Namjoon memperdalam ciuman mereka. Ini bukan ciuman pertama Namjoon, ini bukan pertama kalinya ia mencumbu bibir seseorang, namun dengan Kim Seokjin, semua terasa baru. Jantungnya yang berdetak kencang, tangannya yang sedikit gemetar, nafasnya yang memburu dan—manisnya bibir Kim Seokjin.
Namjoon memutus ciuman mereka, menempelkan jidatnya pada dahi Seokjin, saling meraup nafas dengan bibir yang terbuka. Dengan perlahan Seokjin menurunkan kedua tangannya lalu memundurkan badan, matanya memandang dengan lemah, bibirnya merah mengkilat—Seokjin tak dapat memikirkan apapun saat ini.
"Wajahmu jangan memerah seperti itu, semakin membuat jantungku berdebar, Kim Seokjin."
"—" Seokjin mengatupkan bibirnya.
Dengan gerakan pelan, Namjoon mengelus bibir basah Seokjin, saat bibirnya menyentuh bibir Seokjin, ia tahu betapa lembutnya bibir itu, namun ketika jemarinya yang menyentuh bibir Seokjin, rasanya Namjoon semakin gila karena yang ia lakukan didetik selanjutnya adalah mengecup kilat bibir Seokjin. Sekali lagi, membuat Seokjin terkejut mematung.
"Terbawa suasana." Namjoon berbicara dengan cepat, menjelaskan situasi yang baru saja terjadi. "Sial kalau sampai rumah aku masih memikirkan bibirmu—aku akan meminta seseorang untuk menculikmu dan membawamu ke rumahku."
Seokjin menukikan alis lalu mengambil sekali nafas. "Jangan berbicara yang tidak-tidak." Wajahnya masih memerah, entah karena udara yang terasa panas, atau kalimat Namjoon yang membuatnya malu—atau, karena bibir Namjoon?
"Sudah malam Namjoon, kau.. pulang sana?"
Namjoon melirik jam pada pergelangan tangannya lalu kembali menatap Seokjin. "Baiklah, tapi kau.. tidak marah kan?"
"Memang kalau aku marah, apa yang akan kau lakukan?"
Namjoon mulai berdiri, merapikan pakaiannya, disusul Seokjin. "Kucium lagi, biar tambah marah, lalu ku cium lagi, marah lagi, cium lagi, marah— ouch." Seokjin mencubit pinggang Namjoon dengan gemas (kencang).
"Seperti Jungkook saja. Aku mengantuk, saatnya kau pulang Namjoon." Namjoon mengangguk, sekilas menatap pintu kamar kedua anak Seokjin lalu tersenyum pada Seokjin dan mulai beranjak pergi. Dan Kim Seokjin yang masih berdiri di tempatnya untuk beberapa menit dan memikirkan apa yang baru saja ia lakukan—dirinya, masih Kim Seokjin kan?
.
.
.
Pagi hari di rumah Seokjin, suasanya begitu ramai, oleh dua Seokjin kecil yang kini tengah berdiri di depan televisi, masih memakai baju tidur mereka dan menari mengikuti serial kartun pagi hari kesukaan keduanya, meski sebenarnya gerakan tarian mereka sangat berbeda.
"Sobinie, narinya harus kaya Hyung, ke kiri, kiri, kiri nanti kanan lalu putar." Jungkook mempraktekannya. "Ayo ikutin Hyung, kiriii." Soobin yang sebelumnya hanya memperhatikan mulai mengikuti langkah Jeongguk. "Kiri lagi, kiri lagi, ingat tiga kali." Jeongguk menunjukkan ketiga jarinya yang hanya diangguki oleh Soobin.
"Lalu putaaar." Teriaknya riang, "Mudah kan?"
Soobin mengangguk antusias. "Soobin mau duduk." Ucapnya dengan nada kecil, bergerak memanjat sofa dengan perjuangan yang amat besar, sementara Jeongguk juga mengikuti. Jeongguk juga harus memanjat namun rasanya begitu mudah hingga dirinya sudah duduk terlebih dahulu baru disusul oleh Soobin.
"Karena iklan, dan Googie Hyungie lebih besar dari Soobin, Googie Hyung yang pegang remot ya?" Soobin hanya mengangguk. Duduk mereka menempel, dengan kaki kecil mereka yang lurus terbalut dengan celana tidur panjang mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue, still Don't
FanficSeokjin merasa ia sudah cukup. Cukup dengan sakit hati Dan rasa malunya. Tapi kenapa dunia selalu mendorongnya menuju labirin biru? mpreg