14

8K 940 224
                                    

"Wooaaah? Appa, ini untuk Googie?" Seokjin mengangguk. Dirinya membantu Soobin membuka bingkisan yang sama persis milik Jeongguk. "Appa kewrren." Seokjin hanya membalas dengan senyuman.

"Ini untuk Jeongguk dan Soobin. Hitung-hitung, tanda terima kasihku."

Seokjin kala itu ingin menolak, namun dirinya memilih mengiyakan. Dan ia menyuruh Haein untuk pulang tanpa perlu menjemput Soobin dan Googie. Haein menyetujui dan pergi setelah mengantar Seokjin menuju daycare.

"Hyungie Soobin pu-nya." Soobin juga memamerkan mainan miliknya yang sama seperti Jeongguk meski hanya berbeda diwarna yang mereka miliki. Kedua anaknya bahkan sudah sibuk dengan mainan baru mereka, Seokjin hanya terkekeh kecil lalu merapikan bungkus mainan tadi.

"Appa siapkan air untuk mandi." Saat dirinya telah selesai memberesi bungkus, Seokjin menemukan sebuah kancing yang tergeletak di lantainya. Bewarna hitam mengkilat. Ia memungutnya dan menatap kancing untuk beberapa detik.

Milik siapa? Dirinya?

Lalu tiba-tiba terlintas tentang Kim Namjoon malam itu. Dan pakaian yang Namjoon kenakan. Kancing ini jelas milik jas Namjoon. Seokjin menghela nafas lalu menggenggam kancingnya erat, berbalik menoleh menatap kedua buah hatinya. "Kekanakan."

Kekehnya kecil. Dirinyapun tak mengerti, kenapa kata itu tiba-tiba meluncur dari bibirnya saat ia memikirkan Namjoon. Tapi memang, Kim Namjoon sangat kekanakan. Seseorang yang terlalu memaksakan kehendakanya dan masuk tanpa izin pada kehidupan Seokjin. Semoga setelah ini, Namjoon benar-benar berhenti.

.

.

Jackson melirik kesana-kemari dengan bingung lalu menatap Namjoon. "Oke Kim Namjoon, kenapa tiba-tiba mengajakku kesini?"

"Diamlah !"

Jackson memundurkan wajahnya lalu kembali menatap sekitar. Jackson tak mengerti kenapa tiba-tiba Namjoon menyuruhnya datang ke club malam ini. Dan melihat pria itu mabuk tanpa mengatakan apapun padanya. Bahkan Namjoon berulang kali memarahi tiap wanita atau pria yang mencoba menggoda Namjoon.

Jackson hanya menghela nafas lalu menyenderkan badan pada sofa, menatap Namjoon yang kembali menenggak habis minumannya. "Oh, Kwon Eunji?" Teriakan Jackson membuat Namjoon mengangkat wajahnya cepat, menoleh pada arah yang ditunjuk Jackson. "Bohong."

"Keparat."

Jackson kali ini tak tertawa, justru ia merasa iba. Penampilan Namjoon sangat kacau semenjak ia menemukan sahabatnya duduk sendirian seolah seperti orang frustasi. Well, ini memang sering terjadi, tapi rasanya ini—sedikit berbeda.

"Keparat ! Seokjin menolakku mentah-mentah tapi pergi dengan bajingan sialan itu."

Setelah beberapa menit, akhirnya Namjoon mengungkapkan keresahan hatinya. Jackson menuangkan minum pada gelas berisi esnya dan menenggaknya seperti yang Namjoon lakukan tadi. "Lalu?"

"Lalu? Apanya yang lalu? Itu namanya sialan bodoh ! Keparat !"

Namjoon membanting tubuhnya kebelakang, menabrak kasar sandaran sofa. Matanya mengkilat tajam dan sayu sekaligus. "Iya lalu apa yang kau lakukan memang?"

Namjoon hanya diam dan melirik Jackson. "Marah? Cemburu? Memang sudah kau pastikan itu sangianmu atau memang—itu kekasih Seokjin?"

Namjoon berdecak menyilangkan kakinya. "Jelas bukan kekasih. Aku tahu itu. Aku bahkan sudah ingin memutuskan hubunganku dengan Eunji tapi sial. Dia menolaknya mentah-mentah."

"Ya kau tahu sendiri Eunji sangat menyukaimu. Ya... kalau kau bersungguh-sungguh pada Seokjin, kau memang harus memantapkan diri dan menanggung segala resikonya Kim Namjoon. Ini tidak semudah yang kau pikirkan. Ini menyangkut hati Eunji, hubungan keluargamu dan keluarga Eunji dan tentang Kim Seokjin. Tidak semudah balapan di jalanan sana."

Blue, still Don'tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang