Namjoon kembali ke ruangan bersama Seokjin. Menghampiri Manager Lee yang tengah mengobrol dengan Eunji dan wanita itu yang tengah menyesap teh buatan salah satu karyawan. Tidak ada yang berbicara semenjak Namjoon dan Seokjin turun dari atap. Tadi dengan tiba-tiba Namjoon menarik Seokjin untuk pergi dan setelah itu hening. "Oh kalian sudah kembali. Bagaimana tur nya?" Manager Lee tertawa di akhir kalimatnya. Seokjin berdiri di samping Namjoon hanya tersenyum sedikit.
"Yah, bangunan yang bagus Paman."
Manager Lee kembali tertawa. Lalu Seokjin berpamitan untuk kembali ke bilik kerjanya, meninggalkan Namjoon yang kini terdiam menatap punggung Seokjin. "Baiklah Paman. Kami harus kembali bekerja." Ucapan Eunji membuat Namjoon tersadar dari lamunannya. "Dan ingat, jangan lupa datang ! Kami mengharapkan kehadiran Paman." Ujar Eunji sembari menyampirkan tas.
"Tentu ponakanku. Kalian harus sehat sampai hari pertunangan nanti.. tidak, selamanya maksudku." Namjoon tersenyum mengangguk. Sebelum berbalik ia sempat melirik pada bilik Seokjin di kejauhan sana.
Eunji menaikkan volume suara radio yang tengah memainkan lagu favoritnya. Bergoyang penuh ritme di dalam mobil Namjoon yang tengah melaju. Namjoon akan mengantarnya terlebih dahulu tentu saja. "Eunji-ah."
"Eum?"
Namjoon sempat sedikit menggangguk-anggukkan kepala sesuai dengan ketukan lagu sebelum kembali berbicara. "Menurutmu.. bagaimana karyawan Paman Lee?" Tanyanya tanpa melepas pandangan dari jalanan aspal yang ia lalui.
"Siapa? Yang mana?"
Namjoon memainkan jari di setir mobilnya, memutar sedikit kemudi agar menyalip mobil di depannya. "Seokjin, yang menemaniku tadi."
Eunji sempat terdiam, Namjoon melirik lewat ekor matanya. "Dia... tidak tahu. Aku bahkan sama sekali tidak mengobrol. Hanya sempat melirik saja."
Namjoon mengangguk.
"Tapi sepertinya dia orang yang pendiam—atau dingin?" Eunji menyamankan kepalanya, memainkan pelan sabuk pengaman. "Menurutmu bagaimana? Kan kau yang tadi bersamanya."
"Menurutku.." Namjoon menekan pedal rem ketika lampu lalu lintas berganti menjadi merah. Lalu menoleh menatap Eunji. "Aku bahkan tak dapat menilainya."
.
.
.
"Makan Makan Makan dan SUSU !!"
Seokjin menghela nafas lalu memainkan rambut Jeongguk. "Kan Appa tanya, apa kesukaan Googie, nanti untuk mengisi formulir biodata tugas Googie."
"Apppaaaa. Kesukaan Googie, makan, makan, makan sama SUSU." Seokjin ingin tertawa, melihat Jeongguk yang tengah berusaha keras menulis namanya pada lembar formulir.
"Oke kalau hobi? Hobi Googie apa?"
"Makaaaaaaaaaaaaaaan." Seokjin tertawa, mengusak gemas rambut Jeongguk. Soobin tengah bermain di depan tv, memainkan mobil kecil yang Jeongguk beli di sekolahnya. "Appa besok Googie olahraga ! Googie mau main tenis !"
"Oh ya? Jadi mau bekal apa?"
Jeongguk menaruh ujung tumpul pensil pada dahi seolah tengah berpikir keras. "Googie ingin kepiting rebus ehehe." Seokjin terkekeh. Rasanya ingin mencubit pipi Jeongguk dengan kencang dan memeluk anak itu erat.
"Appa susah masaknya pagi-pagi. Nanti Googie susah juga makannya di sekolah. Nanti siapa yang suapin hayo?"
Mata Jeongguk membola. Menyadari apa yang dikatakan oleh Seokjin. "Nugget Appa Nugget." Tanpa di duga tak lama kemudian Soobin berlari mendekati Seokjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue, still Don't
FanficSeokjin merasa ia sudah cukup. Cukup dengan sakit hati Dan rasa malunya. Tapi kenapa dunia selalu mendorongnya menuju labirin biru? mpreg