Hari berganti, bulan pun juga ikut berganti. Tak terasa, sudah hampir tiga bulan Prilly disibukkan dengan berbagai syuting. Tiga bulan juga sejak pertemuannya dengan keluarga Ali, setelah itu mereka belum pernah bertemu lagi.
Entah, takdir seolah sedang mempermainkannya. Disaat dia sudah bertemu dengan keluarga Ali, ia berharap bisa bertemu Ali sendiri secara langsung. Tapi selalu ada saja rasa gengsi yang lebih tinggi dalam dirinya. Gengsi untuk menghubungi Ali lebih dulu, gengsi hanya untuk sekedar mengetik kata hai dalam chat.
Walaupun begitu, Prilly bersyukur setidaknya ia masih tetap bisa berkomunikasi dengan Kaia dan Gisel, bahkan mereka sudah sering chat-an di WhatsApp hanya sekedar menanyakan kabar. Ya, waktu pertemuan tak sengaja kala itu mereka sempat bertukar nomor satu sama lain. Apalagi sudah dua bulan Kaia bekerja di salah satu restonya dan membuat keduanya semakin akrab walaupun Prilly hanya sebulan sekali mengecek keadaan resto itu.
Setelah menyelesaikan beberapa project akhirnya Prilly bisa meluangkan waktunya untuk mengajak mama, papa, dan adiknya sekedar berlibur walaupun hanya ke negara tetangga, Malaysia.
Saat ini mereka sudah berada di Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur. Prilly beserta keluarganya pun segera menuju ke hotel yang telah ia booking lewat online.
Sesampainya di hotel mereka segera melakukan check in dan masuk ke kamar masing masing. Beristirahat sejenak untuk menghilangkan lelah setelah beberapa jam berada di pesawat.
***
"Li kamar lu nomor berapa?" tanya Kaia sambil berjalan di lorong hotel.
"Nomor 215 Kai" jawab Ali singkat.
"Oh yaudah nanti ketemuan di resto bawah ya, gue pengen cepat-cepat rebahan nih"
"Yee rebahan mulu Kai" balas Baja meledek.
"Biarin gue kan emang kaum rebahan" balas Kaia menjulurkan lidahnya.
"Udah ah gue duluan, bye. Yuk Sel" lanjutnya berjalan lebih dulu diikuti Gisel meninggalkan Ali dan Baja.
"Jangan ngebo lu Kai" teriak Baja saat Kaia sudah menjauh.
"Ja ga usah teriak-teriak deh, ini bukan hutan" ucap Ali menegur.
"Siapa juga yang bilang ini hutan" balas Baja.
"Lah lu pake teriak-teriak segala, kek kembaran lu aja" Ali berujar sambil terus berjalan melangkah ke arah kamarnya.
"Kembaran gue siapa Li? Zayn Malik pasti kan?" ucap Baja kepedean sambil menyisir rambutnya kebelakang.
"Bukan" jawab Ali singkat.
"Lah terus siapa Li?" tanya Baja bingung.
"Monyet tuh haha" jawab Ali tertawa yang membuat Baja menghentikan langkahnya.
"Heh kampret lu Li nyamain gue sama monyet" ucap Baja mengejar Ali yang hampir memasuki lift.
"Gue cuma bercanda kali Ja, baperan lu"
"Hmm" balas Baja dengan deheman singkat.
"Ngambek lu?" tanya Ali menoleh ke arah Baja yang melipat kedua tangannya di depan dada dan mengerucutkan bibirnya.
"Ga pantes lu Ja, sumpah jijik gue liat muka lu kek gitu" Ali terus meledek Baja yang sama sekali tidak ditanggapi oleh Baja.
"Ohh yaudah kalau lu ngambek mah, gue kaga jadi bayarin keperluan lu selama disini" ucap Ali berlalu keluar dari lift karena memang sudah sampai di lantai tempat kamarnya berada.
"Ehh jangan dong Li. Lu kan sepupu gue yang paling ganteng, pintar, ga sombong, rajin menabung. Bayarin gue ya Li, please" ucap Baja memohon, sebenarnya Baja bisa saja membayar sendiri karena ia pun sudah bekerja. Tapi kalau ada gratisan mah kenapa enggak, pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
COMEBACK
Teen FictionTentang dua insan yang masih saling mencintai tapi selalu memendam perasaan sendiri. Dua insan yang berpisah karena keegoisan diri. Lalu saat mereka ditakdirkan untuk bertemu kembali, akankah kisah yang dulu terulang lagi?