Ambil Saja

800 104 47
                                    


"Dan sebenernya orang tua saya pun juga tau kalau sebenernya Seulgi udah punya Istri dan Mbak Irene adalah Istri sahnya Seulgi."

Deg!!

Irene terdiam seketika mendengar hal itu. Sebenernya ia ingin abai, namun kini ia juga penesaran dengan semual hal yang mungkin saja bisa ia kulik lebih dalam lagi dari Chungha.

"Kalau Mbaj mau tahu semuanya. Kita bisa ngobrol sebentar. Tadi waktu ke sini saya lihat ada toko mini market"

Chungha berjalan menuju mobilnya kemudian dia membukakan pintu mobil sebelah kiri, Seolah sengaja membukakan untuk Irene. Kemudian Chungha memutar memasuki mobil melalui pintu mobil bagian pengemudi.

Baiklah, kali ini Irene akan mencoba meladeni Chungha untuk mendengar penggalan cerita dari sudut pandanh Chungha. Lagi pula malam belum terlalu larut. Jadi Irene memutuskan untuk memberi waktu tiga puluh menit untuk mendengarkan Chungha.

Irene pun memasuki mobil Chungha sekaligus memakai Sealt bealt.

Dihitung hitung, sekita 5 menit waktu yang mereka butuhkan untuk sampai ke toko mini market. Di dalam perjalanan pun mereka hanya terdiam. Hingga pada akhirnya Chunghalah yang membuka suara untuk memecah keheningan tersebut.

"Mbak tahu enggak? Mobil ini pemberian darj Seulgi buat saya, loh. Bagus kan, Mbak?" Ujar Chungha sembari tersenyum miring seolah begitu bangga sekali.

Awalnya Irene agak kaget ketika mendengar hal itu dari mulu Chungha sendiri. Tetapi Irene dapat menangkap kalimat kiasan pada ucapan Chungha barusan.

Irene tidak tahu apa maksud Chungha mengatakan itu? Memangnya Irene peduli dan merasa panas akan hal itu?

Mungkin niatnya hanya pamer dan memanas manasi Irene saja?

Tampak Chungha begitu bahagia sekali melihat Irene yang agak terusik.

"Orang tua saya juga di beliin mobil sama Seulgi" Tambah Chungha.

Irene hanya mampu tersenyum miring. Hati kecilnya merasa agak tidak terima, walau sedikit. Bukan karena ketidak adilan Seulgi yang memberi Chungha dan kedua orang tuanya mobil sedangkan Seulgi tidak memberinya benda serupa tapi alih alih merasa benci, Irene lebih merasa Seulgi begitu keterlaluan.

Selama menikah Irene mencoba menjadi istri yang baik untuk Seulgi, menyiapkan kebutuhan Seulgi, melayani Seulgi dengan sepenuh hati. Bagaimanapun juga Irene merasa jika ia juga memiliki andil dalam kesuksesan Seulgi.

Bukannya rezeki suami adalah rezeki istri juga? Mungkin saja Seulgi sukses juga karena doa yang Irene panjatkan, bukan? Tetapi setelah Seulgi bertambah sukses malahan wanita lain yang menikmatinya.

Tapi ya sudah lah ia tak mau memikirkan hal itu lagi. Irene pun memilih untuk mensedekapkan tangannya di depan dada, kemudian ia menutup matanya mengabaikan Chungha yang entah sedang berpikir apa.

Tapi Irene bersyukur karena selang beberapa menit saja mereja sudah sampai di depan mini market. Setidaknya, dirinya tidak harus menghirup satu udara dengan Chungha.

Irene segera turun dari dalam mobil Chungha. Kemudian ia berjalan memasuki mini market tersebut, meninggalkan Chungha yang masih berada di belakang sedang sibuk memarkirkan mobilnya.

Irene mengambil kopi dalam kemasan botol dan membayar ke kasir. Tidak sudi ia jika harus dibayari Chungha. Makanya ia memilih berinisiatif terlebih dahulu.

Kemudian setelah itu Irene duduk di salah satu kursi yang berada di depan mini market.

Chungha terlihat keluar dari dalam mini market dan saat ini juga membawa satu minuman dingin yang sudah dibelinya barusan.

BETRAYAL & REGRET(√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang