Papa.03

710 63 2
                                    

Maaf jika banyak typo🍎

*papa*

Sedaritadi Kai hanya diam memikirkan kejadian tadi siang. Percakapannya dengan Krystal Jung yang tak lain adalah bosnya itu membuat pikirannya terpenuhi.

Kai akui, ia baru saja mengagumi sosok perempuan cantik yang menjabat sebagai Direktur tersebut. Ia bahkan berusaha mengajak Krystal Jung untuk makan bersama, tetapi berujung suasana yang membuatnya bingung.

Bukan tolakan dari Krystal, melainkan alasan Krystal menolak.

"Bukannya menolak, tapi saya harus menjemput putra saya,"

Putra saya.
Dua kata yang membuat Kai seketika bingung. Ia masih tak percaya dengan apa yang ia dengar. Sosok cantik yang terlihat muda, bahkan seumuran dengannya itu adalah sosok ibu? Sudah mempunyai anak?

Kai masih belum bisa percaya. Tapi... jika itu benar, apakah Krystal juga sudah mempunyai suami?

"Argh!" Pekik Kai menarik bantal untuk menjepit kepalanya. "Masa iya aku beneran suka sama bos sendiri?" Gumamnya.

Satu gerakan membuat Kai kini memposisikan dirinya untuk duduk. "Cinta pandangan pertama, gitu?" Ujarnya menatap pantulan dirinya di cermin yang ada disalah satu sisi tembok sebelah kiri.

"Gilaaa..." ujarnya panjang sambil kembali merebahkan dirinya.

Kai kembali memikirkan tentang perasaannya. Apakah benar, ia sedang mengalami cinta pandangan pertama?

Tetapi jika itu benar, Kai harusnya membuang perasaannya. Ia harus memikirkan tentang keluarga Krystal. Perempuan itu sudah mempunyai anak, dan sembilan puluh sembilan persen kemungkinan, Krystal Jung telah memiliki suami bukan?

*papa*

"Jae!" Teriakkan Yera membuat Kai menghela nafas melihat tingkah keponakannya. Baru saja turun dari mobil, tetapi Yera langsung memanggil nama temannya itu dan berlari menghampirinya. Tanpa memerdulikan Kai tentunya.

"Selamat pagi paman..." sapa Jaehyun pada Kai.

Kai tersenyum lebar, kemudian mengacak pelan rambut Jaehyun hingga sedikit berantakan.

"Paman!" Pekik Yera menatap sebal Kai.

"Jangan begitu, lambutnya Jae jadi belantakan!" Omel anak perempuan itu, dan membuat Kai terkekeh.

"Iyaa.. iyaa.." ujar Kai, lalu menatap Jaehyun. "Maaf ya Jae," Kai merapikan kembali rambut bocah laki-laki tersebut.

Jaehyun tersenyum, hingga matanya tinggal segaris. "Tidak apa-apa paman, Jae suka kok" ujarnya.

Kai ikut tersenyum, kemudian menatap sang keponakan. "Tuh, Jae saja menyukainya!" Ujar Kai dan membuat Yera mengerucutkan bibirnya.

Tangan Jaehyun terulur memegang pundak Yera. "Jangan seperti itu Yera, paman Kai kan baik... lagian Jae suka kok,"

Yera akhirnya mengangguk dan menatap sang paman. Kai hanya tersenyum melihat interaksi keduanya. Ia mencubit gemas pipi Yera, hingga membuat gadis itu protes.

"Paman Kai seperti papanya Yera," ujar Jaehyun dan membuat pandangan Kai teralihkan untuk bocah laki-laki itu.

.
.
.

Kai memasuki kantor bersama Krystal. Tadi mereka bertemu didepan, membuat mereka akhirnya masuk bersama.

"Hari ini anda tidak terlalu sibuk, hanya ada satu pertemuan dengan klien diluar, dan mengerjakan beberapa berkas tentang kelanjutan proyek," ujar Kai menjelaskan. Ia sudah mempersiapkan ini sejak tadi, makanya ia lancar mengucapkannya.

Krystal Jung tersenyum, membuat Kai malah kurang fokus.

"Kau memang sekertaris yang baik," puji Krystal membuat Kai salah tingkah.

"Terima kasih Direktu Jung," ujar Kai  tersenyum.

"Semoga harimu menyenangkan, sekertaris Kim" Krystal tersenyum pada Kai, sebelum ia menghilang dibalik pintu ruangannya.

"Astagaa..." Kai memegangi dadanya. Kenapa Krystal sangat baik padanya? Lalu, bagaimana bisa Kai tidak jatuh hati pada bosnya jika sikap perempuan Jung itu masih seperti ini?

Kai menepuk-nepuk pipinya. "Sadar Kai! Dia itu sudah punya anak!" Ujarnya.

Kedua sisi jari-jari tangannya menarik ujung jas yang ia kenakan. "Ayo bersikap profesional!" Ujarnya menatap lurus kedepan, setelah itu ia duduk di tempatnya.

Sedangkan disisi lain, Krystal terus merasa tidak asing dengan wajah Kai. Ia sepertinya pernah melihat pria itu, tapi dimana Krystal pun tak tahu. Ia juga tak yakin dengan pemikirannya sendiri.

Krystal memejamkan matanya sembari menghela nafas. "Jangan pikirkan hal yang tidak penting, Krystal Jung" ujarnya untuk dirinya sendiri.

Menatap layar laptopnya, Krystal mulai fokus dengan apa yang akan ia kerjakan. Bagaimanapun, ia memiliki tanggung jawab untuk perusahaan ini. Ia harus bisa profesional.























ToBeContinue

Papa-endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang