Papa.08

497 62 1
                                    

Maaf jika banyak typo🍎





*papa*



Kai meletakkan Jaehyun yang tertidur itu ke dalam mobilnya. Melepas jas miliknya, kemudian menyelimuti Jaehyun. Setelah itu, ia berjalan menghampiri Krystal.

Meskipun ia tak melihat lebih, tetapi ia rasa ia tahu jika rumah tangga Krystal tak harmonis dan Jaehyun tak mendapat sosok ayah yang baik.

Kai menyentuh bahu Krystal. Membuat sang empu menatapnya dengan air mata yang mengalir.

Entah ada alat apa yang menggores hati Kai. Tetapi rasanya begitu perih disana. Ia membantu Krystal berdiri, kemudian membawanya keluar.

"Dimana Jaehyun?" Tanya perempuan Jung itu sambil menghapus air matanya.

"Dia tidur di mobil," jawab Kai.

Krystal membuka pintu mobil Kai, melihat anaknya yang tertidur pulas berbalut jas sebagai selimutnya. Krystal ingin mengambil putranya, tetapi ditahan oleh Kai.

"Bu Direktur,"

Krystal menatap Kai lagi.

Menghela nafas sejenak, lidah Kai merasa tak tahan untuk mengatakan ini.

Melihat diamnya Kai, Krystal menatapnya bingung. "Ada apa?" Tanyanya.

"Eum..." Kai ragu ingin mengucapkannya. Tetapi perasaannya yang mulai menyayangi Jaehyun tak bisa ia abaikan.

"Huh..." Kai memejamkan matanya sejenak, kemudian menatap Krystal dengan tatapannya yang dalam.

"Direktur Jung, ijinkan aku untuk selalu ada di dekat Jaehyun" ujar Kai yakin.

Krystal terdiam. Tak mengerti dengan sikap dan nada bicara Kai yang berubah. "Apa maksudmu?"

"Mungkin terdengar ikut campur karena saya bukan siapa-siapa diantara kalian. Tapi saya hanya ingin melihat anak tumbuh bersama sosok pria dewasa yang dapat menemani dan membimbingnya,"

"Aku tidak mengerti apa yang kamu ucapkan," ujar Krystal mencoba mengecilkan hatinya tentang maksud ucapan dari Kai.

Kai melangkah maju mendekati sang atasan. Hingga dapat terlihat jika kini jarak diantara keduanya cukup dekat.

"Saya mungkin tidak ada hak apapun atas Jaehyun. Tetapi Jaehyun mempunyai hak untuk pertumbuhannya." Kai menjeda ucapannya. "Mungkin yang saya lihat tidak banyak. Tetapi saya yakin, Jaehyun tak mendapatkan kasih sayang yang baik dari papanya,"

Krystal terdiam. Ia mengalihkan pandangannya tak mau menatap Kai. Memang terdengar ikut campur, tetapi terdengar cukup baik untuk pertumbuhan Jaehyun.

"Saya juga merasa sakit ketika perlakuan tak baik itu bu direktur terima," ujarnya membuat Krystal kini menatapnya.

Kedua mata itu saling menyurot satu sama lain. Menatap dengan pikiran masing-masing, dan mengabaikan Jaehyun yang ternyata terbangun dari tidurnya.

"Paman... mama..." ujarnya membuat pandangan Kai dan Krystal teralihkan. "Sudah sampai ya, paman?" Anak itu menatap Kai dengan kondisinya yang masih mengantuk.

"Paman... bisa bawa Jae masuk? Jae belum pernah digendong papa ke kamar," ujar anak itu membuat Krystal menggeleng.

"Jangan sayang, di gendong mama saja ya," ujar Krystal.

"Mama abis nangis ya? Hidungnya merah," anak itu justru terfokus pada keadaan wajah Krystal yang cukup kacau.

Krystal terdiam. Tak tahu harus berkata apa pada sang putra.

"Ya sudah, sini paman Kai gendong. Tunjukkan kamar Jae ya," ujar Kai mengalihkan perhatian Jaehyun.




*papa*





"Terima kasih paman. Jae sangat menyukai paman!" Ujar anak itu yang kini telah mendarat di ranjang kecilnya.

"Sama-sama. Sekarang Jae cepat tidur ya, paman akan pulang" ujar Kai mengusap lembut kepala Jaehyun.

Ketahuilah... jika Jaehyun sangat nyaman ketika bersama Kai. Ia bahkan menikmati perlakuan lembut yang Kai berikan padanya.

"Paman pulang ya, sampai bertemu" Kai tersenyum.

"Hati-hati paman," ujar Jaehyun.

Kai melambaikan tangannya dan keluar dari ruang kamar itu. Ia bertemu Krystal di depan pintu yang baru saja ia tutup.

"Tolong jangan perlakukan Jaehyun seperti itu," ujarnya.

Kai tersenyum simpul. "Tidak bisa bu direktur. Saya sudah terlalu menyayangi Jaehyun."

"Tapi Kai...."

"Kenapa bu? Tidak boleh?" Tanya Kai dan Krystal pun menggeleng. "Jika tidak boleh menyayangi Jaehyun, maka bolehkan saya menyayangi ibu dari anak pintar itu?" Ujarnya dan membuat Krystal mematung.

Perempuan Jung itu terkejut bahkan tak berkedip. Sedangkan Kai juga sama. Ia bingung, kenapa kata-kata itu berani keluar dari mulutnya. Mulutnya benar-benar tak bisa tahu tempat. Bagaimana bisa menyatakan perasaannya saat suami Krystal bisa saja mendengatnya? Matilah kau Kim Jong In....


























To Be Continue🍎
Gimana? Lanjut?:v

Papa-endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang