Papa.12

448 64 0
                                    

Maaf jika banyak typo🍎


*papa*


Ketiga orang dewasa dan satu anak kecil itu duduk di sofa dengan diam. Ibu Kim yang menilai penampilan Krystal juga Jaehyun masih bingung. Kenapa Krystal terlalu cantik untuk menyukai Kai? Dan kenapa tidak ada kemiripan antara Kai dan Jaehyun?

"Kim Kai, jelaskan!" Tuntut wanita itu menatap anaknya.

Kai menghela nafas lalu menatap ibunya. "Mama cuma salah paham. Kai nggak pernah hamilin anak orang!" Ujarnya.

Ibu Kim  itu menatap Jaehyun dengan penuh selidik. "Terus kenapa anak itu manggil kamu papa?" Tanya ibu Kim yang membuat Krystal juga terkejut.

"Eum... itu..." Kai tampak susah menjelaskan. Ia takut akan menyinggung perasaan Krystal.

Wanita Jung itu menatap sang putra. Seolah meminta penjelasan dari anak kecil itu. Tetapi yang Krystal dapatkan justru tatapan polos Jaehyun.

"Jung Jaehyun..." Krystal pun bersuara. "Kenapa kamu manggil paman Kai dengan sebutan papa?" Tanya Krystal.

Jaehyun diam. Tatapannya berbeda. Tampak tersirat rasa takut sekaligus aneh dalam tatapan anak itu. Krystal menatapnya tak mengerti, dan kini Jaehyun justru berlari memeluk Kai.

Kai menghela nafas, menatap Krystal sembari mengusap kepala Jaehyun.

"Ma, nanti Kai akan jelaskan. Tapi sekarang Kai minta tolong," Kai menunduk. "Tinggalin kami sebentar," ujarnya serius membuat ibu Kim melangkahkan kaki menjauh dari ruang tamu.

Selepas ibu Kim pergi, Kai melepaskan pelukannya dengan Jaehyun dan menempatkan Jaehyun duduk di sampingnya. Tetapi Jaehyun justru tak mau melepaskan pelukannya.

"Kenapa?" Tanya Kai pada Jaehyun.

Jaehyun hanya menggeleng dalam pelukannya.

"Katakan Jae," ujar Kai lagi.

"Papa.... Jae ...." anak itu tampak takut.

"Kenapa?" Kai mengkhawatirkan anak itu.

"Jae takut sama mama," cicit anak itu.

Sekarang Kai mengerti. Ia menatap Krystal dan tatapan mereka pun bertemu. Tetapi Kai segera memutuskan tatapan itu, dan kembali menatap Jaehyun.

"Sekarang Jae duduk dulu ya," ujarnya lembut.

"Papa..."

Mungkin sekarang Kai mulai terbiasa dengan panggilan itu. "Kenapa lagi?" Tanyanya.

"Jae ngantuk," ujar polos anak itu.

Kai tersenyum, ia langsung menggendong Jaehyun dan membawanya ke kamar tamu. Kai membaringkan anak itu.

"Papa..."

"Hm?"

"Jae nggak mau ketemu mama!"

Kai tampak terkejut.

"Mama jahat pa, tadi mama nggak mau peluk Jae. Mama juga nggak suka sama Jae lagi," ujar Jaehyun.

Kai mengusap kepala Jaehyun. "Jangan begitu Jaehyun, mama Krystal sangat baik dan sangat menyayangi Jae,"

"Tapi pa-"

"Sudah" potong Kai. "Jae tidur aja ya, katanya Jae ngatuk." Ujarnya.

Jaehyun pun mengangguk dan memejamkan matanya.



*papa*




"Jaehyun sudah tidur?" Tanya Krystal saat Kai kembali.

Tanpa berkata apapun, Kai hanya mengangguk.

"Tadi Jaehyun sempat bilang, dia nggak mau ketsmu sama mamanya" ujar Kai.

Krystal menelan ludahnya susah payah. Tentu saja ia tak bodoh untuk mengerti perkataan itu. Hari ini, karena terbawa emosi, ia sampai meluapkannya pada Jaehyun yang tidak tahu apa-apa. Bahkan Jaehyun pun bisa dibilang 'korbannya'.

"Aku salah..." ujar Krystal tampak menyesal.

Kai menatap mata yang sudah berkaca-kaca itu. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada Krystal, tetapi entah kenapa ia merasa sakit melihat tatapan Krystal.

"Kai..." Krystal meneteskan air matanya. "Apa yang harus aku lakukan?"

Meskipun tak mengatakan masalahnya, kehancuran tampak jelas dialami Krystal. Bahkan kini wanita itu menangis dan berlutut dilantai.

"Hiks..." tak ada yang bisa Krystal katakan. Terasa begitu berat untuk ia mengatakannya.

Perlahan, Kai mendekat. Bahkan lelaki Kim itu menghapus air mata Krystal dengan jarinya. Membuat Krystal kini menatap Kai dengan mata merahnya.

"Saya tidak tau apa masalah yang bu direktur alami." Ujar Kai.

"Jika itu berat, bu direktur bisa bercerita. Saya siap mendengarkan" ujar lelaki Kim itu lagi.

Kini lidah Krystal seakan kaku. Ia hanya diam dan tahu harus bagaimana lagi. Apakah tepat untuk bercerita pada Kai? Apakah tidak cukup memalukan untuk menceritakannya pada bawahannya itu?

Kai tersenyum. Tangannya itu mengusap pundak Krystal dengan lembut.

"Tapi jika berat, dan jika menangis juga tidak bisa membuatmu tenang. Ijinkan saya memelukmu-"

Belum sempat Kai selesai berbicara, Krystal lebih dulu memeluknya. Tak hanya Kai yang terkejut, Krystal juga. Ia tak tahu kenapa dirinya berani memeluk lelaki lain. Tetapi tak bisa Krystal pungkiri, jika ia cukup nyaman dengan tubuh lelaki Kim itu.


































ToBeContinue🍎......

Papa-endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang