Papa.14

450 61 0
                                    

Maaf jika banyak typo🍎





*papa*






Set.

Sebuah amplop tipis dengan ukuran cukup lebar mendarat tepat dimeja seorang pria yang sedang menikmati kopinya.

Pria itu mendongak menatap sang pelaku yang merupakan istrinya.

"Apa ini?" Tanyanya.

"Buka saja sendiri," ujar Krystal tak perduli.

Dengan santai, Jung Jinyoung meletakkan kopinya dan beralih mengambil amplop itu.

Tangannya membuka amplop tersebut tanpa menyadari keterangan yang terdapat pada amplopnya. Sebuah kertas pun dikeluarkan dan mulai dibaca. Kedua matanya membelalak tak percaya setelah membacanya.

"Cerai?" Ujarnya spontan.

Krystal dengan tegar menganggukkan kepalanya.

"Iya. Aku rasa cukup samapai disini saja," Krystal menatap suaminya itu.

"Kenapa?" Jung Jinyoung menatap tajam istrinya.

Krystal menunduk, menahan air mata yang sudah ingin keluar dari kedua mata cantiknya. "Cukup selama ini kamu melakukan kekerasan padaku. Cukup selama ini kamu tak perduli padaku atau pada Jaehyun. Dan cukup untuk cintaku yang tak terbalas."

Krystal gagal menahan air matanya. Karena buktinya sekarang cairan bening itu telah mengalir membasahi pipinya.

Jung Jinyoung tersenyum miring. "Cinta?" Ujarnya. "Cinta itu hanya sekedar permainan," ia kini mendekati Krystal.

"Apa ini juga ada hubungannya dengan lelaki yang sering Jaehyun sebutkan?" Jinyoung menatap kedua mata istrinya itu.

"Ini murni keputusanku sendiri," ujar Krystal. Entah kenapa ia tak terima jika nama Kai terlibat dalam masalah rumah tangganya.

Jinyoung tak perduli dengan perkataan Krystal. "Apa kau mencintainya?" Tuduhnya.

Krystal terdiam sesaat. Tatapan dari Jinyoung itu membuat senyum miring tercipta dibibirnya.

"Kenapa kau menanyakan itu?" Tanya Kryatal dengan senyum miringnya. "Apa kau tidak rela jika aku bersamanya?" Tanya Krystal lagi.

"Kau sendiri yang tadi bilang jika cinta hanyalah sekedar permainan." Krystal mengalihkan pandangannya. "Tapi sekarang, kau tiba-tiba mengucapkannya?"

Perempuan Jung itu kembali menatap suaminya. "Apa kau cemburu, Jung Jinyoung?"




*papa*





"Papa," panggil Jaehyun pada Kai.

Kai tersenyum dan menghampiri anak yang sudah tiga hari ini berada di rumahnya itu.

"Kenapa?" Tanya Kai.

"Papa sibuk?" Tanya Jae.

Kai menggeleng. "Hanya menyelesaikan sedikit pekerjaan." Ujarnya.

Jaehyun tersenyum manis. Anak ini memang tampak menggemaskan. Membuat Kai rela jika anak ini menjadi anaknya.

"Jae sangat senang punya papa seperti papa Kai!" Ujar Jaehyun semangat. Anak itu bahkan memeluk Kai dengan keras.

"Papa..."

"Hm?"

"Kenapa Jae merindukan mama?" Jaehyun mendongak dengan posisinya hang masih memeluk Kai.

Kai terdiam. Benar juga, kenapa Krystal tidak kesini hari ini? Apa ada masalah?

"Kita telfon mama ya pa," pinta Jaehyun menyadarkan Kai.

Lelaki Kim itu tersenyum, lalu mengambil ponselnya. Kai mencoba menghubungi Krystal.

Panggilan pertama tak diangkat, kemudian panggilan yang kedua pun diangkat.

Kai pun memberikan ponselnya pada Jaehyun yang merindukan ibunya itu.

"Mama!"
"Mama tidak kesini?"
"......"
"Baiklah...."
"......."
"Selamat malam mama..."

Jaehyun kembali memberikan ponselnya pada Kai.

"Mama tidak kesini, Jae disuruh tidur saja," ujar Jaehyun.

Kai tersenyum dan mengusap kepala Jaehyun. "Ya sudah kalau begitu. Jae tidur saja ya," ujarnya lembut.

"Iya pa," Jaehyun pun menurut.

Kai menatap ponselnya yang ternyata masih tersambung dengan Krystal. Ia pun segera keluar dari kamar, dan mencoba berbicara dengan Krystal.

"Halo?"
"Kai.....hiks..."

Seketika tubuh Kai mematung ditempat. "Kenapa? Apa yang terjadi?"

.
.
.
.
.
.
.

Disinilah Kai berada. Ditaman dekat perusahaan tempat ia bekerja. Kedua matanya menatap sekeliling mencari sosok perempuan yang tampak menangis ditelepon tadi.

Ketika pasang matanya telah menemukan perempuan tersebut, dengan cepat Kai pun menghampirinya.

"Krystal...."

Perempuan yang dipanggil itupun mendongak dan langsung memeluknya. Memecahkan tangis dipelukan lelaki Kim itu.

Dengan lembut, Kai mengusap punggung Krystal. Berharap perempuan itu merasa sedikit tenang.

"Kenapa?" Tanya Kai ketika tangis Krystal telah mereda.

Perempuan Jung itu melepas pelukannya. Menatap mata lelaki yang akhir-akhir ini selalu menjadi tempat nyaman untuk kerapuhannya.

"Aku...." Krystal menarik nafasnya dalam. "Aku mengajukan gugatan cerai pada suamiku," ujarnya.

Kai tak tahu harus merespon bagaimana. Ia hanya diam setelah mendengar penyataan itu keluar dari mulut Krystal.

Memang benar jika Kai memiliki rasa pada Krystal. Tapi, apakah benar jika cerai adalah jalan terbaik untuk rumah tangga mereka?

Entahlah.... Kai tak bisa meresponnya.



























































ToBeContinue🍎

Papa-endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang