BAB 8: KALEIDOSKOP - THE SCAR

46 5 2
                                    

Disuatu kamar gelap, seorang gadis duduk disudut mengutuki kedatangan cahaya. Matanya nanar menatap pantulan luka pada cermin yang kian remuk. Gadis itu menggigil pilu, ketika pikirannya mulai menjelajah ke waktu yang telah lalu. Tiba-tiba, Hyperpnea datang mengetuk pintu kamar pelan. Ia tercekat. Nafasnya pengap, jantungnya berdebar, dadanya menyesak. Gadis itu lagi-lagi kehilangan dirinya.

---

[Jember, 23 Desember 2007]

Semalam ini, mata gadis cilik berpiyama merah jambu itu masih terang benderang. Tepat saat kedua jarum jam bertemu di angka dua belas, umurnya akan genap enam tahun. Perasaannya gelisah, terlalu banyak menerka. Tadi sore, sepintas ia melihat kotak biru berkilau dengan ornamen tokoh kartun kesukaannya tersembunyi dibalik kamar Papa dan Mama. Apa jadinya itu? Apa sebuah rumah barbie? Ah tidak mungkin, itu hadiahnya dua tahun lalu. Atau jangan-jangan sebuah boneka beruang berwarna cokelat yang bisa berbicara 'Papa dan Mama sayang Kinan!' seperti hadiahnya tahun lalu?

Kinan tersenyum senang, yang jelas –apapun itu ia pasti menyukainya.

Gadis itu menenggelamkan kepalanya kedalam selimut, mencoba tidur. Ia ingin benar-benar terkejut saat Papa dan Mama datang membawa kue tart kekamarnya.

Namun sayang, manik mata sang gadis terlalu antusias dan menolak dibawa masuk ke gerbang mimpi. Matanya melirik takut-takut jam dinding, dua menit lagi. Jantungnya berdebar kencang, gugup menyongsong kejutan yang diam-diam telah direncanakan.

BRAKKK!!!

Suara dentuman bergema diluar kamar. Walau sedikit terkejut, Kinan terkikik geli. Pasti sang Papa melakukan kesalahan seperti tahun lalu. Saat hendak membawakan kue tart ke kamarnya, sang Papa tak sengaja menabrak meja diruang tengah dan jatuh terjerembab. Kinan yang terbangun karena teriakan panik sang Mama segera berlari menghampiri mereka. Meskipun kejutan ulang tahun ke limanya gagal, ia tetap berbahagia.

Jam akhirnya bertemu diangka dua belas. Gadis itu segera memunggungi pintu, berusaha senatural mungkin terlihat tertidur.

"ARGHHHHHH!!!!"

Satu suara erangan menyakitkan menusuk gendang telinga Kinan. Gadis itu tercekat, itu suara mama! Ia meringkuk dibalik pintu, menempelkan telinga didaun pintu, mencoba merekam apa-apa yang terjadi dibalik sana. Lamat-lamat, telinganya terpekik suara erangan, teriakan umpatan dan pukulan-pukulan sadis. Kinan membungkam tangisannya, menekuk kedua lututnya rapat-rapat dan mencoba menggapai boneka beruang.
"KINAN THA KELUAR!"
pekik Mama.

Air mata semakin giat membasahi pipinya, gadis itu merengek ketakutan. Apapun yang terjadi diluar sana, tentu bukan perayaan ulang tahunnya. Apapun yang diteriakan mama diluar sana, tentu bukan nyanyian 'happy birthday' untuknya. dan apapun yang sedang jatuh bertubrukan diluar sana, tentu bukan suara kue tart cokelat dengan hiasan Cherry dan lilin angka enam diatasnya.

Setelah bermenit-menit membungkam telinganya, Kinan bangkit dengan kaki gemetar. Matanya menyipit, menelisik lewat lubang pintu. Mendadak, gadis itu tercekat, nafasnya habis ditikam ketakutan. Kaki gemetarnya melemas, ia jatuh. Kedua tangannya meremas bibir, membungkam isakan. Ia tidak tau harus berbuat apa, ia tidak tau harus merangkak ke sudut yang mana.

Gadis kecil itu meringkuk, menggenggam suntik plastik dan terus menangis.

---

Gadis itu terjatuh, terjerambab, berdebam keras. Tangannya yang makin mati rasa, merangkak pelan meremas bibir membungkam isakan. Ia tidak tau harus berbuat apa, ia tidak tau harus merangkak kesudut mana. Ia hanya meringkuk, terengah-engah sesak.

Ketika Semesta Sedang BercandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang