BAB 30: BANGGA ATAU MURAH

12 1 0
                                    

Siang menyisih, kelas meramai. Para muda yang mulai berjabat tangan dengan angka tujuh belas tahun itu sedang sibuk dengan tawa masing-masing. Melingkar diujung belakang, menceritakan tentang gosip-gosip hangat sekolah yang dibumbui oleh 'katanya'. Berserakan memenuhi lantai, mencari spot paling dingin untuk memejamkan mata. Memutar tubuh berderajat-derajat, mencari makanan siapa yang paling lezat. Mengangkat tinggi-tinggi botol minuman, mengomando sekawan lain untuk bersorak atau mengiringi ilama. Duduk ditempat, tertawa kecil memandangi itu semua. Atau, menunduk, menyelesaikan soal matematika yang tadi ditinggalkan.

"And if you think, that im still holding on to something. Oh baby, You should go and love yourself." Nyanyi mereka bersama, mencoba mengungguli speaker bluetooth yang memutarkan lagu Justin Bieber – Love Yourself.

"Skip-skip!" pinta seseorang, "Kurang galau!"

"Request apa? Request apa?"

"Bruno mars dong, when i was your man."

"Tidur nih sekelas, nih!"

"One Direction dong, Live wguke we're young." Saut Kinan sembari meletakkan pena hitamnya.

"Wooo, Kinan!" puji Gavinda.

"Siap boskuu!" jawab sang operator lagu mantap.

Mendengar teriakan itu, seonggok lelaki yang sedari tadi sibuk mengatur letak kepala agar tak terganggu dengan suara sekitar itu mendadak bangun. Ditatapnya Kinan yang kini kembali sibuk mengerjakan tugas matematika bersama Gavinda –serta beberapa orang yang berdiri melingkar disekitarnya. Gadis itu selalu punya daya tarik khusus, hingga dikeadaan sebising apapun, semua tetap mendengarkannya.

Diruang seriuh apapun, mataku selalu mampu menemukanmu. Rumah dari segala kepulanganku –batin Alan.

"Pusing banget, sumpah." Keluh Okta, "Tugas, ulangan, tryout, ujian praktek, UN, SBM. Bisa nggak sih setengah-setengah aja ngasihnya. Kan bingung mau belajar apa dulu."

"Yang dekat dulu aja." jawab Kinan lembut, "Kasih target harian buat belajar SBM, kemarin aku udah kasih jadwalnya kan?"

"Udah sih, Nan. Tapi siapa betah tidur jam dua belas, bangun jam dua cuma buat belajar?" saut Gavinda.

"Kamu tiap hari gitu, Nan, kalau belajar?"

"Iya, La. Kinan tiap hari begitu. Kalau aku mah, mana bisa nyambung materinya."

Kinan mengulum senyumnya, "Kalau aku bilang enggak, entar dikira merendah untuk meroket kan? Tapi, sebenernya aku nggak tiap hari begitu. Setiap Jumat sama Sabtu, aku tidur cepet. Apalagi sabtu, tidur siang sekalian. Jadi nggak melulu diforsir. Istilahnya cheating day. Tapi dengan syarat, selain itu bener-bener belajar." ujarnya membenarkan.

"Bukan itu, masalahnya, Nan." potong Lala, "Kamu kok betah sih tidur malem? Paginya kan sekolah? kamu juga kayaknya nggak pernah tidur dikelas. Ya kan guys?"

"Soalnya, ada yang ingin aku kejar. Aku mau dapat yang terbaik buat banggain Bunda. Selain itu," Kinan menjeda, menatap satu persatu kawannya yang penasaran, "Aku selalu mikir kalau harus bertahan seperti ini dulu selama satu tahun. Supaya-supaya, kedepannya akan dimudahkan. Ya, berusaha semaksimal mungkin, berharap yang terbaik, dan bersiap yang terburuk."

"Ah, tapi serius, seniat-niatnya manusia. Mana bisa tidur Cuma bentar gitu. Nggak sehat tau, Nan."

"Emang, makanya dia sering mimisan."

Ketika Semesta Sedang BercandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang