19

201 15 12
                                    

Bel pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu dan kini Arjun dan Cinta sudah berada di parkiran sekolah.

"Duhh cantiknya, pacar akuu," ujar Arjun.

"Kok diem sii, sini-sini pasang helm dulu."

Cinta hanya mendekat ke arah Arjun tanpa berbicara apapun. Ia masih kesal soal tadi di kantin, huhh sebenarnya Cinta juga tidak mau menjadi seorang pacar yang cemburuan.

"Yuk cepet naik, makanan bunda udah nunggu di rumah."

Selama di perjalanan Arjun tetap saja mengoceh tanpa henti, meskipun tidak ada yang menyahuti.

"Cintaaa, kok diem sih."

"Gapapa."

"Hahaha," Arjun tertawa terbahak-bahak.

"Kok ketawa sih," kesal Cinta.

"Lagian kamu sok ngambek, biasanya juga manja."

"Siapa yang ngambek? Gaada tuh."

"Aku tau kok kamu ngambek soal tadi aku deket-deket sama Acha, tadi sih rencananya mau minta maaf," Arjun berhanti bicara sejenak.

"Terus?"

"Kamunya deket-deket sama kakak ketos yang belagu itu, jadi imbang deh gausah minta maaf," ujar Arjun menjelaskan.

"Ga gitu, harusnya kamu tetep minta maaf tauu."

"Cielah cemburuuu," goda Arjun.

"Aku ga cemburu, masa cuma sama Acha cemburu."

"Yaudah berarti mulai besok, aku gapapa ya kalo deket-deket sama Acha," goda Arjun, lagi.

"Ishh Arjunn ga gitu jugaaaaa," teriak Cinta yang membuat Arjun semakin mengeraskan suara tawanya.

*****
Saat ini mereka sedang berada di pinggir jalan, berhenti untuk membeli sekotak martabak.

"Beli rasa apa nih?" tanya Arjun

"Rasa coklat susu keju yaaa."

"Okeyyy siap cintaaa."

Arjun pun berjalan ke arah abang-abang penjual martabak, menurut Cinta abang itu masih cukup muda dan ya agak ganteng sih untuk menjadi seorang penjual martabak, tapi ya tetep lebih ganteng Arjun.
Lahh kok jadi bicarain si abang penjual martabak.

Sudah sekitar 30 menit mereka menunggu, karena banyak banget yang ngantri. Gak tau kenapa hari ini rame banget, biasanya juga kalau hampir sore gini gaada yang beli. Mungkin, penglaris yang dipake abang penjual martabak sudah berfungsi dengan baik.

"Martabak manis rasa coklat ditambah susu ditambah keju sudah siappp," ujar Arjun sambil menenteng kanton kresek itu ke hadapan Cinta.

Cinta yang ada di hadapan Arjun pun seolah mendapatkan sesuatu yang sangat ia nanti-nantikan, seperti seorang anak kecil yang baru aja dapet uang saku dari orang tuanya.

"Nihh aku beliin yang extra coklatt biar mantap," ucap Arjun sambil memberikan kantong kresek itu kepada Cinta.

"Yuk gasss langsung berangkat, aku udah ga sabar."

"Okeyy, sesuai request bu bos," Arjun mengangkat tangannya seolah hormat ke arah Cinta.

*****
"Assalamualaikum penghuni rumah, kita pulangggg," teriak Arjun yang menggelegar ke segala arah ruangan.

"Lah kok gaada yang nyautt," teriak Arjun lagi.

Arjun dan Cinta berjalan ke arah dapur untuk memakan martabak manis rasa coklat susu keju.

"Nahh ini bunda, kenapa tadi pas Arjun panggil ga nyaut sih bun," tanya Arjun kepada bunda yang sedang menata piring-piring berisi berbagai macam makanan ke atas meja.

"Ya lagian kamu teriak-teriak sih, bunda males jawabnya."

"Ihh bunda, anak manggil ga disautin, durhaka loh bun."

"Bunda ga mau nyautin itu karena males teriak, terus kan ga baik teriak-teriak dalam rumah, kayak orang gila aja."

Arjun memelototkan matanya, "Berarti Arjun barusan kayak—"

"Ya, sesuai sama yang ada di pikiran kamu," Bunda pun tertawa setelah itu.

"Bunn, Cinta barusan beli martabak nih, yuk makan bareng-bareng," ujar Cinta sambil menunjukkan sesuatu yang sedari tadi ia pegang di tangan sebelah kanannya ke arah bunda.

"Duhh baik banget kamuu," puji Bunda.

"Ehh bun itu pake uang Arjun loh belinya, bilang baiknya ke Arjun dongg, Arjun gamau pahalanya nyasar ke Cinta."

"Udah jun jangan ngomel terus, makan dulu disini bareng-bareng, baru deh kita makan martabak manisnya."

Bunda, Cinta dan Arjun pun memakan makanan yang sudah dimasak Bunda sambil diiringi lawakan receh atau cerita-cerita Arjun yang ga penting.

"Bunn, Nanad kemana sih kok belum pulang."

"Lagi ekskul katanya."

"Rajin banget sih tuh anak, ga bolos aja," ujar Arjun sambil menyudahi acara makannya yang memang sudah selesai

"Untung aja dia rajin kann, ga kaya saudaranya, males banget," ujar Bunda yang sepertinya menohok ke hati Arjun.

"Astaghfirullah bun, Arjun salah apa sampe dinistain gini dari tadi."

"Bukan dinistain kali, tapi emang gitu faktanya," ucap Cinta sambil mencuci piring-piring kotor.

"Duhh udah dinistain bunda sendiri malah ditambah lagi sama pacar sendiri," Arjun memasang ekspresi wajahnya semelas mungkin dan disusuli tawa oleh dua orang wanita di ruangan itu.

Sesudah mencuci piring, Cinta pun bergegas untuk kembali duduk di meja makan.

"Cinta suka tinggal disini."

"Kenapa?" tanya Bunda.

"Disini Cinta berasa punya keluarga, ya keluarga yang beneran berasa keluarga, bukan keluarga yang cuma modal bercap keluarga."

Suasana di meja makan pun langsung berubah, sambil ada alunan musik sedih yang dramatis. (skip, garing ga lucu)

Oke, serius.

Suasana di meja makan pun langsung berubah, bunda dan Arjun juga mengerti dengan keadaan Cinta yang memang sedari kecil sering ditinggal seorang diri di rumah.

Memang benar, bisa dibilang keluarga cinta hanyalah keluarga yang sebenarnya hanya modal bercap keluarga.

"Udah sayang ish jangan sedih, nihh sekarang tuh waktunya kita makan martabak manis bang jokooooo," ujar Arjun agak heboh untuk mencairkan suasana seperti semula lagi.

Huftt, Cinta bersyukur. Ya bersyukur, bersyukur karena sudah dipertemukan oleh seorang Arjuna. Cowok yang seakan gila saat berada di hadapannya.

Are We Really Just Friends? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang