28

172 14 9
                                    

Acara hari ini berjalan dengan lancar seperti bayangan mereka, tanpa ada masalah sedikit pun.

Cinta mengambil hp miliknya untuk menghubungi Arjun, pasalnya sedari tadi ia tidak melihat Arjun dimanapun. Bahkan disaat Cinta bernyanyi tadi, Arjun tidak menontonnya.

Cintaa : Jun kamu lagi ada dimana? Acaranya udah selesai

Hanya centang dua berwarna abu-abu, sepertinya Arjun memang masih sibuk.

Cintaa : tapi kamu bisa jemput aku kan?

Ting

Akhirnya ada balasan dari Arjun.

Arjuna : kamu pulang sama kak Farhan dulu

Cinta mengernyitkan dahinya, tak biasanya Arjun memperbolehkan dirinya pulang bersama kak Farhan, biasanya mah ngelihat kak Farhan aja dimarahin.

Cintaa : kenapa?

Tidak ada balasan lagi setelahnya. Cinta memilih untuk pergi ke luar sekolah untuk mencari taksi

"Mana gaada taksi lewat sini lagi," gerutu Cinta.

"Mau bareng gue?" tanya Kak Farhan yang kini sudah ada di sebelahnya.

"Makasih kak, ini gue udah pesen gojek kok."

"Gue pulang duluan ya kalau gitu, masih ada urusan nih."

"Iya gapapa kak"

"Beneran? lo hati-hati disini," ujar kak Farhan memastikan Cinta benar baik-baik saja sendirian di sini.

"Iya siap."

Motor milik kak Farhan melaju kencang meninggalkan Cinta sendirian di depan gerbang sekolah.

*****
Kesunyian dan juga rasa khawatir mendominasi kamar Cinta saat ini, ia sedari tadi menelfon Arjun tapi tak diangkat. Ia juga sudah ke rumah Arjun, tapi kata Bunda, Arjun belum pulang.

Cinta mencoba menelfon Arjun sekali lagi, siapa tau dijawab.

"Halo," suara Arjun dari sebrang sana.

"Jun kok kamu masih belum pulang? lagi ada dimana? tadi juga di sekolah ga ada pas aku mau pulang, aku khawatir banget sama kamu tau," Terselip nada khawatir disemua kalimat yang Cinta ucapkan.

"Aku tadi lagi nemenin Acha ke rumah sakit," jawab Arjun.

"Ngapain?"

"Tadi katanya dia sakit perut banget, terpaksa deh aku anter," jelas Arjun.

"Acha kenapa kata dokter?" tanya Cinta memastikan, bukannya tidak khawatir, tapi Cinta takut itu semua hanya akal-akalan Acha saja.

"Maag-nya Acha kambuh lagi tadi."

"Tapi kok kamu masih belum pulang sekarang?"

"Aku masih temenin Acha, di rumahnya lagi ga ada orang."

"Lah terus kamu ngapain temenin Acha? Kamu ga ijin ke bunda?" tanya Cinta yang mulai kesal.

Bagaimana tidak, dirinya tadi harus menunggu ojek online sekitar satu jam, sedangkan Arjun berduaan dengan Acha. Bukan masalah apa-apa, tapi ini Acha, sahabatnya yang ingin merebut Arjun dari Cinta.

"Emang kenapa kalau aku berduaan sama Acha?"

Cinta mendecak pelan, bagaimana bisa Arjun masih sempat bertanya kenapa.

"Aku ga mau kamu cuma berduaan sama Acha jun," ujar Cinta lirih dan juga kecewa.

"Kamu ga mikir dari pagi bareng siapa? Kamu dari pagi berduaan terus sama kak Farhan, duduk berduaan, nyanyi bareng, udah cocok banget emang kalau ketua osis sama wakilnya jadi pasangan," ujar Arjun dengan nada meninggi di sebrang sana.

"Tapi, aku kan emang ada tugas bareng kak Farhan jun," ujar Cinta semakin memelankan suaranya, ia takut dengan Arjun. Biasanya, Arjun tidak pernah marah seperti ini.

"Aku juga cuma jagain Acha sebagai sahabat, ga lebih. Dulu kita kan bertiga sahabatan akrab banget, kok kamu jadi cemburu sama Acha sih? Lagian dia pingsan juga, aku ga duduk dan ngobrol sama Acha berduaan," jelas Arjun.

"Kita dulu juga cuma sahabat."

Cinta tak kuasa menahan air matanya, air mata itu kembali mengalir setelah sekian lama.

"Kok diem?" Cinta bertanya dengan suara isakan tangisnya, "Aku paham maksud kamu kok jun. Pulangnya jangan malem-malem ya atau kabarin bunda dulu, kasihan takut bunda khawatir."

Arjun di sebrang sana tetap diam tak menjawab perkataan Cinta.

"Kamu ga mau bicara apa-apa lagi? Ga mau jelasin apapun ke aku? Yaudah kalau gitu, aku matikan sambungan telefonnya ya."

Sekitar beberapa detik, Cinta menunggu jawaban dari Arjun hingga akhirnya ia benar-benar mematikan sambungan telefon itu.

Tangis Cinta pecah setelah sambungan itu terputus, ia mencoba menenangkan dirinya sendiri, tapi tidak berhasil.

"Kalau udah gini, gue harus gimana?" monolog Cinta tetap dengan tangisannya yang tak pernah berhenti sedetik pun.

*****
Kamu setuju nggak sama Arjun?

Are We Really Just Friends? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang