Pulang dari makan-makan bersama dengan semua anggota OSIS, Cinta langsung pulang ke rumah Arjun, ia kangen ngobrol bareng Bunda ataupun Nanad.
"Ehh ada Cinta, sini masuk," ujar Bunda setelah membukakan pintu untuk Cinta.
"Arjun belum pulang Bun?" tanya Cinta, karena ia takk menemukan Arjun disana.
"Belum." Bunda mengerutkan dahinya, "Emangnya Arjun lagi pergi sama siapa sih? Tumben banget ga bareng sama kamu?"
"Sama Acha Bun."
"Cewek?" Cinta yang mendengar pertanyaan itu hanya bisa menggangguk membenarkan.
"Acha siapa? Kok kamu ga ikut Arjun aja?"
Cinta menundukkan kepalanya, "Cinta sama Arjun lagi ada masalah Bun."
"Lambat atau tidak, masalah pasti datang ke dalam hidup kita. Tenang, semuanya pasti akan cepat selesai," Bunda menepuk bahu Cinta menenangkan.
"Rencananya, sekarang Cinta mau ajak Arjun jalan, tapi dia-nya masih belum dateng," ujar Cinta tetap dengan nada lirihnya, "Padahal Cinta mau perbaiki semuanya, Cinta mau minta maaf sama Arjun."
"Nanti kalau Arjun datang, kamu langsung ajak dia jalan aja ya. Bicarain semunya baik-baik."
Cinta mengganggukkan kepalanya, "Makasih ya Bun, udah mau nenangin Cinta."
Bertepatan dengan itu, suara pintu yang telah dibuka berbunyi, Arjun sudah datang.
Cinta yang melihat itu sontak berdiri dan menghampiri Arjun, "Bisa temenin aku bentar ga?"
"Ngapain? Aku baru datang."
"Aku pengen jalan berdua sama kamu, bentar aja. Boleh ya?" pinta Cinta, menatap Arjun penuh harap.
Arjun mengangguk, mengiyakan permintaan Cinta. Cinta segera menggadeng pacarnya itu, memebawanya keluar rumah.
"Ga naik sepeda motor?" tanya Arjun, tetap mengikuti Cinta yang berada di depannya sambil menggandeng tangannya.
"Kamu tadi kemana aja bareng Acha? Dia beneran sakit ya?"
"Aku cuma temenin dia ke rumah sakit," jawab Arjun jujur.
"Dia sakit apa? Cuma maag biasa kan?"
"Acha kena maag kronis."
"Maag kronis?" tanya Cinta heran, karena yang ia tahu maag hanyalah maag, penyakit yang cuma karena telat makan.
"Iya, kalau dibiarin bisa sampe kanker lambung. Makanya aku kasihan banget sama Acha."
"Kok Acha ga pernah kasih tahu aku? Kok dia ga jujur aja kalau sakitnya separah itu?" tanya Cinta denga sangat khawatir, seolah semua kekesalannya dengan Acha hilang begitu saja, Acha tetap sahabatnya.
Arjun hanya mengedikkan bahunya tidak tahu.
"Maafin aku ya Jun, aku udah terlalu cemburu sama kamu, ga seharusnya aku cemburu sama Acha.
Arjun berhenti melangkah, "Aku juga minta maaf udah cemburu sama Kak Farhan, aku juga ngebentak kamu waktu itu, maaf aku udah egois."
Cinta tersenyum, ia sangat bahagia, karena sekarang mereka sudah saling mengungkapkan maaf. Arjun segera memeluk Cinta sambil mengelus rambut pacarnya itu, sungguh Arjun sangat kangen momen seperti ini, memeluk dan mengacak rambut Cinta.
"Makasih udah jadi pacar aku," ujar Cinta yang tenggelam dalam pelukan Arjun.
"Makasih juga, karena udah ngertiin aku yang possesive dan egois ini."
"Iya hehe, kita duduk dulu yuk." Cinta duduk di pinggir trotoar, Arjun juga ikut duduk di sebelahnya.
"Aku ga nyangka, kita bisa jadi gini," ujar Arjun menatap langit.
"Gini?"
"Pacaran sama kamu," Arjun tersenyum ke arah Cinta, "Kamu yang dulunya teman terbaik aku, sekarang jadi teman hidup aku."
Cinta tersenyum, sepertinya pipinya kini sudah merona.
"Teman hidup, makasih udah jadi teman hidup aku." Cinta menyandarkan kepalanya di bahu milik Arjun sambil memeluk lengan Arjun.
Malam ini, Cinta bahagia, masalahnya dengan Arjun sudah pergi dan mengilang begitu saja. Malam ini, ia bahagia, sangat bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We Really Just Friends? ✔
Novela Juvenil[COMPLETED || Belum Revisi] Kita terlalu dekat untuk disebut teman dan tidak ada status untuk disebut pacaran, jujur aku bimbang. . Kalian pernah denger kalimat, "Gaada sahabat antara seorang cewek dan cowok yang salah satunya gak melibatkan perasa...