30. Terbaik Bagimu

632 63 20
                                    















***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***



Karena kita manusia, kita lupa.

Bahwa setelah tawa akan ada tangis.

Bahwa setelah suka akan ada duka.

Karena kita manusia, kita lupa.

Bahwa hanya kata terkadang bisa menghapus tangis.

Bahwa hanya seseorang terkadang bisa menghapus duka.

Tapi karena kita juga manusia, kita lupa.

Bahwa berpura-pura kuat juga ada batasnya.

Bahwa menghadapi luka sendirian itu, melelahkan.

Bahwa kita butuh seseorang.

Tapi karena manusiawinya manusia, kita juga lupa.

Bahwa rasa tidak ingin membebani datang lebih dulu daripada,
Bahwa "Aku lelah berjuang sendirian."

Pukul satu siang kelas Kapita Selekta Meteorologi di Labtek Biru Ganesha dimulai, kelasnya cukup ramai tapi tidak semua kursi terpenuhi.

Mungkin karena PRS belum ditutup jadi para mahasiswa masih bebas memilih kelas. Meskipun mata kuliah ini ada di Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), tapi mata kuliah ini adalah mata kuliah pilihan yang terbuka bagi seluruh mahasiswa dari berbagai jurusan, seperti Kala misalnya, dia bukan anak teknik tapi bisa mengambil mata kuliah ini. Tadinya cewek itu ingin mengambil mata kuliah pilihan Kewarganegaraan atau Pendidikan Agama, karena dua mata kuliah pilihan itu yang paling 'laris' alias mudah untuk dapat nilai A, tapi boro-boro bisa dapat kuota dia sudah terlambat karena didahului oleh mahasiswa-mahasiswa ambis lain di Ganesha, padahal Kala rela tidak tidur sampai lewat tengah malam hanya untuk mendapati tanda silang merah di daftar yang akan ia pilih.

Alhasil disinilah dia sekarang.

"Setiap terjadi bencana kita berduka. Tidak ada orang yang bersorak gembira saat bencana datang menyapa. Itu mah kalian yang kemarin ada kebakaran di Gedung PAU malah sibuk mem-video-kan daripada manggil pemadam kebakaran atau staf K3."

Sesaat seisi ruangan dipenuhi tawa ketika seorang profesor yang tengah menjelaskan menyempatkan waktu untuk 'menyindir' para mahasiswa, tak terkecuali Kala yang kemudian melirik tajam ke arah Langit yang duduk di sampingnya, cowok itu balik menatapnya kemudian memanyunkan bibirnya sebelum kembali melakukan aktivitasnya : menggenggam tangan Kala di bawah meja, oh bukan hanya itu, malah sesekali sebelah tangannya diam-diam melingkar di pinggang ramping cewek itu sambil bergumam,

KALI KEDUA ✔ SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang