11. Logika Rasa

551 60 4
                                    







Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




***

Katanya semakin dewasa keputusan yang diambil oleh seseorang bisa semakin besar dan penuh tanggung jawab. Banyak dari orang-orang yang mengalami kesulitan ketika mengambil keputusan, entah itu karena apa yang harus diputuskan atau alasan dibalik memutuskan sesuatu. Tidak jarang sebagian orang sering berandai-andai untuk kembali ke masa kanak-kanak dimana mengambil keputusan tidak sesulit ketika menjadi dewasa.

Pertanyaannya, apakah menjadi dewasa menjadikan kadar kesulitan sebuah keputusan berubah?

Ataukah kita yang berubah?

Bagi Wafi sama saja.

Cowok itu tidak bisa merasakan bagaimana bedanya ketika dia mengambil keputusan saat masih kecil atau sudah dewasa seperti sekarang. Karena semua keputusan diambil oleh orangtuanya.

Saat kelas 3 SD, ketika ia ingin mengikuti les sepak bola seperti teman-temannya orangtuanya memutuskan dia harus ikut les balet.

Saat kelas 6 SD, ketika ia ingin masuk ke SMP Internasional orangtuanya memutuskan dia harus masuk ke SMP asrama khusus laki-laki.

Begitu pun saat ia memilih jurusan ketika SMA, Wafi tahu passion nya di bidang sosial tapi lagi-lagi orangtuanya memutuskan ia harus masuk kelas IPA.

Wafi kecewa berkali-kali tapi sebagai anak bungsu yang sangat disayang ia memutuskan untuk menikmati kasih sayang kedua orangtuanya saja. Sebuah keputusan berbalut keterpaksaan.

Tapi beruntungnya sejak SMP dia punya Langit dan Ery yang meskipun nasib kedua sahabatnya itu berbeda jauh dengannya mereka berdua perlahan-lahan bisa membuat Wafi mulai benar-benar menikmati setiap keputusan yang telah diputuskan oleh orang tuanya, karena fakta orangtua selalu memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya memang benar adanya. Hanya saja Wafi juga tahu kalau kadang kala yang terbaik menurut orangtua belum tentu menjadi yang terbaik juga bagi anak-anaknya.

Maka cowok itu mulai berani untuk berargumen mengenai keputusan yang ia ambil dalam hidupnya, itu dimulai ketika ia lulus SMA dan akan melanjutkan ke perguruan tinggi. Orangtuanya ingin Wafi masuk FTTM Ganesha yang terkenal elit dan berkelas sedangkan Wafi ingin masuk jurusan Seni Tari karena cowok itu punya portfolio yang lebih dari cukup untuk masuk ke jurusan itu.

Jadi Wafi memilih Seni Tari di pilihan pertamanya dan FTTM di pilihan keduanya. Lalu disinilah dia sekarang seorang mahasiswa teknik pertambangan Ganesha. Meskipun begitu cowok itu tidak pernah menyesal karena baginya menyesal tidak mengubah apapun.

Tidak mengubah keputusan yang sudah diambil.

Tidak juga mengubah perasaannya kecewa yang sudah menjadi teman seumur hidupnya.

Tapi kali ini berbeda, Wafi sadar dia tidak ingin terus larut dalam kekecewaan. Tidak ingin melukai seseorang lebih dalam lagi. Terlebih dia tidak ingin dibuat bingung oleh perasaannya sendiri.

KALI KEDUA ✔ SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang