24. Sekedar Angan-Angan

366 48 7
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Malam itu Kala tidak bisa tidur sejak Langit mengantarkannya pulang. Meskipun sempat kecewa karena cowoknya itu tidak mampir dulu karena katanya harus bergegas bimbingan, Kala mencoba mengerti terlebih ada perasaan aneh di hatinya yang membuat ia bisa melepas kepergian Langit tanpa drama dan malah berguling-guling di atas kasurnya dengan senyum yang sedetikpun tidak pernah menghilang di bibirnya sesekali bahkan ia tertawa cekikikan sambil menyentuh bibirnya itu, teringat bagaimana Langit menciumnya beberapa jam yang lalu saat mereka berada di dalam mobil.

"Ini udah yang keberapa kali ya? Tiga? Empat?" Kala terkekeh, berguling lagi ke sisi lain kasurnya, tengkurap.

"Gila sih, dulu bahkan cuma sekedar liat Langit dari belakang aja gue udah seneng. Sekarang malah bisa ciuman. Ih Kalaaaaa!" Teriaknya sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya sementara kakinya sedikit terangkat untuk kemudian ia jatuhkan ke atas kasur berkali-kali, menciptakan suara puk puk puk diiringi kekehannya lagi.

Lucu memang bagaimana seseorang yang dulu begitu jauh mendadak bisa sedekat nadi, ralat, gak sedekat itu juga sih mengingat hubungan Langit dan Kala yang seperti apa.

Tapi bagi Kala rasanya bisa berada dekat dengan Langit, menjadi cewek dari cowok yang dulu hanya bisa ia sukai diam-diam, menjadi pacar seseorang yang dulu bahkan tidak menyadari keberadaannya menimbulkan kebahagiaan tersediri, terlebih setelah ada Langit di hidupnya ia jadi tidak merasa kesepian lagi meskipun pada kenyataannya Langit juga tetap memberinya kesepian lain.

Tapi setidaknya Kala punya seseorang sekarang, seseorang yang tidak akan pernah ia tinggalkan meskipun Langit mungkin akan meninggalkannya untuk seseorang lain.

Yang bukan dia.

Bukan Kala.

Beberapa saat kemudian Kala memutuskan untuk mematikan lampu kamarnya dan menarik selimut, bersiap untuk tidur karena tadi ia terus-menerus menguap tetapi deringan di ponselnya membuat gerakan tangannya yang akan menekan saklar lampu terhenti dan sepenuhnya teralihkan pada layar ponsel itu yang menunjukkan nama Langit di sana. Bergegas cewek itu memilih meraih ponselnya lantas mengubah posisinya jadi duduk.

"Halo, Langit kenapa?" Ucapnya antusias, untung Langit tidak bisa melihat bagaimana sedari tadi ia tidak bisa berhenti tersenyum dengan pipi yang bersemu merah.

"Kok belum tidur?" Suara berat Langit membuatnya tanpa sadar terkekeh.

"Belom ngantuk." Jawab Kala cepat, sedikit menjauhkan ponselnya ketika ia menguap lagi dan saat tanpa sengaja melirik layar ponselnya itu ia melihat jam digital yang sudah menunjukkan pukul 12 malam.

"Lo, kok juga belom tidur? Gimana bimbingannya? Jangan-jangan masih? Masa bimbingan sampe malem banget gini."

Tanpa sadar Kala mencerca Langit dengan banyak pertanyaan dan sejenak lupa kalau skripsi anak teknik bisa jauh lebih serem dari skripsi jurusannya.

KALI KEDUA ✔ SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang