2. Kebenaran Terpendam

640 60 7
                                    







Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



***

Sore hari adalah waktu rawan bagi para mahasiswa, karena antara jam setelah makan siang sampai jam 3 adalah saat yang tepat untuk istirahat alias tidur tetapi karena masih ada kelas, jadwal bimbingan skripsi hasil mohon-mohon ke dosbing yang susah banget dikejar, atau sekedar rapat himpunan yang gak bisa dilewatkan karena seniornya galak, beberapa dari mereka memutuskan untuk mencari kesibukan lain selagi menunggu jadwal berikutnya supaya tidak mengantuk.

Olahraga contohnya.

Entah itu olahraga yang memaksa kita untuk menggerakkan hampir seluruh anggota tubuh atau olahraga yang cukup hanya perlu menggunakan beberapa anggota tubuh saja seperti otak dan bibir misalnya, seperti yang dilakukan oleh Ery dan Riga.

Dua sahabat itu sedang duduk di tribun penonton di lapangan basket awalnya untuk menyaksikan Wafi, Mage dan Langit yang tengah asyik menghasilkan keringat sebelum kemudian konsentrasi mereka teralihkan pada Langit yang tiba-tiba berlari ke pinggir lapangan dimana Kala sudah berdiri sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Lo Langit, gua Kala.

"Oke."

"Ih sayang kok kamu ninggalin aku gitu aja sih semalem?"

"Aku gak ninggalin kamu kok. Aku cuma takut kalo terus-terusan deket kamu ntar aku pengen lagi."

"Ih kamu kalo pengen tinggal bilang aja. Aku kasih kok."

"Beneran?"

"Iya. Apa sih yang enggak buat kamu."

"Ya udah ntar malem deh, siap-siap 3 ronde ya."

"Masa cuma 3? 5 dong biar kayak anak kucing aku."

"Oke sip sayang, aku kuat kok. Bahkan 10 ronde pun masih perkasa."

"Goblok."

Puk! Puk!

"Aw anjir!"

"Tai!"

Seketika kegiatan dubbing itu terhenti ketika buku setebal 5cm mendarat di kepala Ery dan Riga yang lalu seketika menoleh ke belakang dengan wajah yang kesal dan siap marah namun justru malah terdiam begitu saja ketika tahu siapa yang kini sudah duduk di belakang mereka.

"Eh hehe ada bapa asdos. Semlekom Pa. Gimana kabarnya Pa? Sehat?"

Ery cengengesan sambil mengusap-usap kepalanya.

"Puji Tuhan. Ga segoblok lo tentunya."

"Hahahah- TAI!" Riga tertawa sebelum gerakan tangan Mika yang sebenarnya hendak mengusir lalat membuat pemuda itu kaget sampai memegangi dadanya.

"Yeu dasar bocah kagetan."

"Elo Mik ah, kira-kira dong."

Tanpa berkata lagi, hanya dengan menatap kedua sahabatnya itu Mika sudah berhasil membuat Ery dan Riga kembali fokus pada permainan basket Mage dan Wafi.

KALI KEDUA ✔ SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang