9. Tak Pernah Padam

635 59 3
                                    






***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Orang tua.

Sejatinya selalu ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.

Tidak ingin anaknya sakit dan terluka. Sebisa mungkin memastikan kebahagiaan anak tidak terhalangi oleh apapun.

Orang tua.

Sejatinya selalu ingin anak-anaknya hidup lebih baik dari kehidupan mereka dulu.

Tidak ingin anaknya sama menderita. Sebisa mungkin memastikan masa depan yang cerah sekalipun awan mendung menutupi langkah.

Regi tahu persis itu.

Sejak dia bisa mengingat, orangtuanya selalu memberikan yang terbaik untuknya entah itu pakaian, makanan, barang, pendidikan, apapun itu Regi tidak pernah kekurangan.

Meskipun ia bukan anak tunggal dan memiliki seorang adik, dia tidak pernah merasakan kekurangan kasih sayang sedikitpun.

Setidaknya itu yang Regi rasakan sebelum dirinya tumbuh dewasa lalu semuanya tampak berbeda.

Orangtuanya tidak lagi sama.

Ternyata, semua yang telah diterimanya dulu harus dikembalikan di masa depan atas nama balas budi.

Dan bagian dari balas budi itu termasuk meninggalkan Kala dulu di saat dia harus mengikuti keinginan kedua orangtuanya dengan bersekolah ke luar negeri.

Itu dulu, saat dirinya hanya seorang siswa SMP yang tidak berdaya karena hidupnya masih di bawah kontrol kedua orangtuanya. Tapi sekarang berbeda, Regi sudah dewasa dan dia berhak menentukan jalan hidupnya.

Tapi lagi-lagi berhadapan dengan orangtua tidak pernah mudah, ada perasaan yang dilibatkan di dalamnya. Salah sedikit bisa menyakiti hati, apalagi jika pengorbanan tak ternilai orangtua mulai dijadikan senjata. Tanpa pernah mengerti bahwa anak juga ingin didengarkan.

"Duduk kamu."

Bahkan air hujan yang menetes di bahu Regi yang berbalut jaket kulit belum hilang ketika ayahnya sudah menyambutnya di depan pintu, secara tidak langsung mengarahkannya untuk mengikutinya duduk di ruang keluarga dimana sang ibu sudah lebih dulu berada di sana.

Regi duduk di sofa persis di hadapan kedua orangtuanya, melepaskan jaket kulit yang dipakainya lalu duduk diam seperti yang biasa cowok itu lakukan kalau kedua orangtuanya sedang menyidang nya seperti ini.

"Papa dengar kamu pindah ke Bandung? Benar?"

Regi mengangguk membalas pertanyaan pria berusia paruh baya dengan tatapan tajam itu.

"Iya, benar."

"Untuk apa?"

"Saya ambil bahan skripsi di Bandung, jadi biar bisa lebih mudah saya harus pindah ke sana."

KALI KEDUA ✔ SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang