33. Diam💜

111 89 41
                                    

"Dyra sana ke Alfamart," teriak Mamih dari kamar besar miliknya. Dyra yang sedang asik latihan dance di kamarnya itu pun langsung bergerak cepat masuk ke dalam kamar sang Mamih.

"Ngapain?" tanya Dyra sambil membuka pintu kamar dan menatap Mamihnya. Mamih yang sedang memainkan hanphonenya langsung menaruhnya dan mengambil uang di dalam dompetnya.

"Bayarin Shoppe di Alfamart nih kodenya," perintah Mamih sembari memberikan Dyra sebuah Uang dan kertas yang berisikan Kode pinnya.

"Yaudah sekalian beli jajan ah," jawab Dyra dan langsung pergi ke dalam kamarnya untuk memakai jaket karena hari pun sudah malam.

Dyra membuka pagar rumahnya dan berjalan santai menuju tempat yang ingin ia jumpai malam ini. Hawanya sangat dingin sekali maklum karena sudah pukul setengah tujuh malam. Setelah sampai di Alfamart, Dyra buru-buru membayar dan membeli apa yang ia mau.

"Kak bayar Shoppe ya nih kodenya," ucap Dyra kepada Kakak Kasir Alfamart ini sebelum Kakak Alfamart memasukan kode pinnya. Dyra buru-buru mengambil Susu, Ice Cream dan juga cemilan kesukaannya dan membawa semuanya ke Kasir untuk dibayar.

Sesudah selesai membayar semuanya Dyra membuka pintu Alfamart untuk pulang, saat Dyra sedang asik memakan Ice Creamnya tiba-tiba saja ada yang mencekalnya dari arah belakang. Dyra sontak ketakutan, takut bahwa yang mencekalnya saat ini adalah seorang penjahat.

Dyra langsung menengok ke arah belakang dengan hati-hati. Betapa terkejutnya Dyra saat ia tau bahwa yang mencekal tangannya adalah sang kekasih, Nevan.

"Mas Nevan?" ujar Dyra bingung sembari menjatuhkan Ice Cream yang masih penuh itu, mungkin saking terkejutnya Dyra sampai-sampai Ice Cream yang ia pegang saat ini jatuh ke aspal.

"Pulang sama siapa kamu?" tanya Nevan mengintrogasi 'kan Dyra malam itu. Sungguh Dyra takut dan kaget karena Nevan berubah menjadi dingin, kasar dan berbeda dari Nevan yang pernah Dyra kenal.

"Sama..., Mamih," balas Dyra sembari menunduk takut melihat Nevan. Nevan yang mendengarkan balasan dari Dyra itu sontak saja berdecak tak suka.

"Jangan bohongin aku Dyra!" tutur Nevan sambil melepaskan cekalan tangannya di tangan kecil dan mulus milik Dyra.

"Be..., ben..., beneran kok Dyra gak bohong," ungkap Dyra gugup sembari mengigiti jari-jarinya. Nevan langsung mengambil hanphonenya dan menunjukkan gambar atau sebuah foto yang tertera di galerinya saat ini.

"Ini apa?" cetus Nevan dingin dan menatap Dyra tajam, "Oh, jadi gini kamu kalau gak ada aku?" tanya Nevan sembari memperlihatkan smirk di bibirnya. Dyra gemetaran karena melihat Nevan yang sangat-sangat berbeda membuat Dyra takut, setakut-takutnya.

"Baru masuk aja kamu udah banyak tingkah laku!" sindir Nevan sambil mencekal tangan Dyra kasar dan membuat Dyra meringis kesakitan karena perbuatan Nevan kepadanya.

"Bukan gitu Mas," sahut Dyra sembari menggelengkan kepalanya karena ucapan Nevan tidak benar. Bukan begitu maksud Dyra.

"Terus apa?" teriak Nevan marah sembari mengepalkan tangannya kuat. Dyra diam tak bisa berkutik sedikit pun.

"Mau ganjen di depan Ketua Osis itu?" sindir Nevan lagi sembari meludah sembarangan. Dyra merasa sedih karena perlakuan Nevan yang kian berbeda.

"Dengerin, katanya kamu mau nganter aku pulang. Tapi apa dari tadi aku nungguin di Halte tapi kamu gak ada, baterai hanphone aku habis, maka dari pada itu aku gak bisa telephone kamu ataupun Mamih dan kebetulan ada Kak Julian disana sekolah juga udah sepi aku gak bisa minta bantuan siapapun kecuali ke Kak Julian," cerita Dyra panjang lebar sembari terisak pelan. Nevan terdiam dan termenung ia sedang mencerna cerita dari gadisnya itu. Nevan merasa bersalah dan ingin meminta maaf tetapi Dyra langsung berbalik arah dan lari meninggalkan Nevan.

PROMISE FOREVER [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang