Syaima masih asyik bersama dengan Nufa di tempat tinggal Ummi Ifah setelah belajar tahsin. Ia tak sendirian, Nisa pula yang tak lagi single juga ada di sana.
Nisa walau sudah menikah, ia tak meninggalkan rutinitasnya untuk ikut belajar juga menghadiri kajian seperti biasa. Berhubung Azzam juga orang terdekat Abah Ammar, jadi mudah baginya untuk meminta izin.
Nisa masih memperhatikan Syaima yang memangku Nufa yang asyik bermain.
Syaima menoleh."Kapan punya momongannya, Nis?" Tanya Syaima.
"Eh, apaan sih, Ma. Skripsi dulu." Jawab Nisa tersipu.
Syaima tertawa. Ia melihat wajah merona yang telah menghangat karena malu itu.
Tiba-tiba, Haura, sepupu Ummi Ifah masuk sambil mengucap salam. Syaima dan Nisa menjawab serentak. Ketika keduanya mendongak, hampir tak menyangka. Haura telah mengenakan cadar sebagimana Syaima.
"Haura, Masya Allah. Sejak kapan pakainya?" Tanya Syaima.
"Ehehe. Masih belajar, kak. Makasih ya, udah pernah ajarin Haura."
Ummi Ifah tiba-tiba muncul dari pintu antara ruang tamu dengan ruang tengah.
"Haura, sayang. Kapan datang?" Tanya Ummi Ifah.
"Baru aja, mbak."
"Masya Allah, adik sepupu yang mau menyempurnakan separuh agama, ya, Sholihah." Teguh Ummi Ifah.
"Ha? Haura udah ta'arufan, Um?" Kejut Syaima.
"Iya, tuh. Tinggal nazhor aja sama nentuin tanggal." Jawab Ummi Ifah.
"Masya Allah, semoga lancar sampai hari H ya, Haura." Sahut Syaima.
"Aamiin, doakan saja, kak."
========================
"Dek, nanti mas pergi dulu, ya. Adek di rumah aja." Ujar Azzam pada Nisa yang telah membuatkan kopi susu untuk sang suami tercinta.
"Mau ngisi kajian lagi, Mas?" Tanya Nisa.
"Nggak, sayang. Cuma jadi moderator aja."
"Lho? Terus yang ngisi siapa?"
"Fathan."
Nisa terkejut ketika nama itu disebut oleh suaminya.
"Fathan, mas? Bukannya dia--"
"Sssttt." Elak Azzam sambil menempelkan telunjuknya pada bibir manis nisa., "Fathan udah lama berubah, sayang. Dia udah sering ngisi kajian. Hanya saja emang nggak nampak. Baru kali ini dia mau ngisi kajian terbuka."
Azzam menurunkan telunjuknya dari bibir Nisa. Nisa hanya terdiam. Berfikir seakan percaya tak percaya. Ia menatap wajah suaminya.
"Kalau Syaima tau pasti dia bisa maafin Fathan, mas."
"Jangan dulu dikasih tau. Fathan belum mau ngasih tau jati diri dia ke Syaima."
Nisa terdiam lagi. Azzam menenggak habis kopi susu nikmat buatan istri terkasihnya itu.
"Ya udah, sayang. Mas berangkat, ya. Kalau mau keluar chat aja, sama jangan lupa bawa teman."
"Iya, mas. Mas hati hati di jalan. Jangan lupa doa ya, mas."
Nisa meraih tangan kekar Azzam dan mencium punggung tangannya. Azzam mengecup lembut kening Nisa. Kemudian berlalu sambil mengucap salam.
======================
Azzam berkunjung ke tempat Abah Ammar. Namun, untuk kali ini ia membawa Nisa. Karna setelah itu ia akan membawa istrinya jalan-jalan.
Dan ketika sampai di teras rumah beliau. Keduanya bertemu dengan Fathan yang juga berdiri di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di atas Benci
RomanceSyaima, gadis bercadar yang sudah hafal Al-Qur'an itu kembali menjalankan studinya di UNS. Dan di situlah awal pertemuannya dengan Fathan. Lelaki yang sangat di bencinya. Namun, pernah pula mengisi hatinya. "Kenapa Anti benci banget sama Ana?" tanya...