Chapter 11

455 41 46
                                    

🥀HAPPY READING'S🥀

.
.
.
.

Ranty Maria

Ranty Maria

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Setelah mengantar Ranty pulang ke rumah kedua orang tuanya—ia langsung membaringkan tubuhnya diatas ranjang. Ia menelisik kamar ini, kamar yang sudah ditempatinya selama dua tahun bersama Dinda. Ia memejamkan matanya saat matanya terbuka ia terbelalak melihat perempuan yang ada dalam pikirannya tengah berdiri dihadapannya dengan piyama tipis berwarna merah sebatas paha dia terlihat sangat cantik.

Rambut panjangnya dibiarkan tergerai bahkan ia bisa melihat perutnya yang membuncit namun itu tidak mengurangi kecantikannya malah sekarang dia terlihat begitu sexy.

Ia menelan ludahnya sendiri ketika Dinda tersenyum sambil mengigit bibir bawahnya—sial, libido miliknya seketika bangkit melihat pemandangan yang begitu indah dihadapannya.

Bahkan matanya menatap paha Dinda yang jenjang nan mulus.

"Dinda.." Panggil Rayn dengan suara seraknya bahkan dia sekarang mulai berani duduk dipangkuan miliknya menduduki bukit gairahnya.

Rayn menatap Dinda yang kini tersenyum begitu sensual—dan itu sukses membuat celana miliknya terasa sesak. "Rayn.." Panggil Dinda dengan suaranya yang lembut, ya ampun godaan macam apa ini.

Ia memeluk pinggang Dinda. Entah kenapa dimasa kehamilan itu aura kecantikannya semakin terpancar—bahkan dada kesukaannya semakin kencang dan bulat.

"Din.." Suara Rayn tercekat ketika Dinda melepaskan piyama miliknya.

Dinda tersenyum kearahnya.

Sejak kapan Dinda menjadi seberani ini bahkan sekarang dada indahnya seketika terlihat ketika dia tidak menggunakan bra.

Tenggorokan miliknya terasa kering.

Godaan ini terasa menyesakan untuknya, bahkan bagian bawah miliknya sudah mengeras.

Tangannya melingkari pinggang Dinda dan membalikan posisi hingga ia berada diatas sedang Dinda kini berada dibawah kukungan kedua tangannya—bahkan matanya tetap fokus pada bagian dada kesukaannya.

Ia makin mendekat namun yang ia rasakan berbeda.

Matanya terbuka.

Sial.

Ia hanya bermimpi.

"Ck, gue pikir nyata." Dengus Rayn kesal. Walaupun hanya mimpi tetap sama bukit gairahnya masih mengeras.

"Dinda. Lagi-lagi lo bikin gue kepanasan." Ucap Rayn—lalu bangkit kearah kamar mandi miliknya.

Dan kenapa ia masih memimpikan Dinda padahal ada Ranty yang sekarang menemaninya.

 Sleep FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang